Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SUNG Y. Kim diangkat sebagai Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia pada Oktober 2021 dan tahun ini akan mengakhiri masa tugasnya. Selama tiga tahun itu, diplomat yang lahir di Seoul, Korea Selatan, ini menghadapi masa sulit pandemi Covid-19 dan pelemahan ekonomi dunia. Dia berusaha memperkuat hubungan diplomatik Indonesia-Amerika, yang tahun depan akan berusia 75 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di tengah rencana pertemuan Presiden RI Joko Widodo dengan Presiden Amerika Joe Biden di Washington, DC, serta Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di San Francisco, California, Amerika, pekan depan, Negeri Abang Sam menuai kritik karena kebijakannya terhadap perang Hamas-Israel di Gaza, Palestina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kim menjelaskan sikap Amerika soal Gaza dan perkembangan kerja sama Indonesia-Amerika dalam wawancara dengan wartawan Tempo, Iwan Kurniawan, Abdul Manan, dan Nabiila Azzahra, di rumahnya di kawasan Menteng, Jakarta, Senin, 6 November lalu.
Kedutaan Amerika diprotes demonstran pendukung Palestina. Bagaimana tanggapan Anda?
Saya bisa melihatnya dari kantor saya. Indonesia dan Amerika menganut kebebasan berpendapat. Kami menghormati orang-orang, termasuk warga negara Indonesia, yang menyampaikan keprihatinannya di kedutaan atau tempat lain. Saya tidak keberatan jika ada orang yang mengutarakan kekhawatirannya.
Kita semua sangat prihatin terhadap situasi di Israel dan Gaza. Kami mengutuk terorisme. Titik. Tidak ada alasan yang bisa membenarkan tindakan Hamas. Kami mendukung Israel untuk membela diri. Seperti yang dikatakan oleh Menteri Luar Negeri Anthony Blinken, bos saya, baru-baru ini, bagaimana tindakan Israel dan bagaimana mereka mempertahankan diri adalah hal yang sangat penting. Dan kami mendorong Israel agar melakukan segala hal yang mungkin untuk menghindari korban sipil.
Kami juga merupakan donor terbesar bagi Palestina. Jadi kami akan terus melakukan apa pun yang mungkin dilakukan setelah krisis ini. Apa pun yang memungkinkan kami dapat membantu warga Palestina.
Mengapa Amerika terlihat tidak mendukung gencatan senjata Israel-Hamas?
Apa yang telah disampaikan Presiden Biden dan Menteri Blinken adalah pentingnya proses kemanusiaan sehingga krisis kemanusiaan yang kita hadapi saat ini bisa diatasi. Tampaknya ini merupakan pendekatan yang masuk akal dalam situasi ini, yakni berfokus pada krisis kemanusiaan dan apa yang dapat kita lakukan bersama untuk membantu proses ini. Kami juga bekerja dekat dengan Israel untuk melakukan hal tersebut dan mendorong segala sesuatu yang mungkin dilakukan untuk menghindari jatuhnya korban sipil. Meskipun kami mendukung Israel untuk membela diri, kami yakin bahwa cara Israel melakukannya itu penting. Jadi kami ingin mereka berhati-hati agar tidak merugikan warga sipil.
Bagaimana menyalurkan bantuan ketika Israel masih mengebom Gaza?
Kami sangat prihatin terhadap proses kemanusiaan di Gaza dan banyaknya korban sipil. Kami bekerja sangat erat dengan Israel, juga Mesir, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan negara-negara lain, untuk memastikan adanya aliran bantuan kemanusiaan yang stabil kepada warga sipil di Gaza. Bantuan ini sangat mendesak dan kami akan terus bekerja keras untuk memastikan kelancaran aliran bantuan kemanusiaan buat mengatasi krisis ini.
Kita semua melihat di berita bagaimana penderitaan warga sipil dan tentu saja Hamas tidak terlibat dalam situasi ini sama sekali. Semuanya rumit, setidaknya untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga sipil. Ini adalah hal terakhir yang dipedulikan Hamas terhadap rakyat Palestina.
Mengapa AS selalu memveto resolusi PBB mengenai Israel?
AS adalah donor terbesar bagi rakyat Palestina. Ini bukan hanya karena kami harus berbuat terhadap rakyat Palestina. Pada saat yang sama, kami yakin Israel mempunyai hak sebagai negara merdeka. Dan, menurut saya, adalah suatu kesalahan jika kita mempersoalkan apa yang dilakukan Hamas terhadap rakyat Palestina dengan kebijakan AS. Hamas adalah organisasi teroris yang melakukan serangan brutal terhadap warga sipil. Tidak ada alasan untuk membenarkannya. Saya rasa kita semua sepakat bahwa tidak ada tempat untuk terorisme. AS selalu mendukung rakyat Palestina dan AS selalu mendukung Israel karena mereka berhak membela diri. Namun mempertahankan diri adalah sebuah masalah, karena itu kami mendorong Israel untuk melakukan segala hal yang mungkin buat menghindari kerugian di Gaza.
Jokowi akan bertemu dengan Biden. Apa yang akan mereka diskusikan?
Pertama-tama, kami sangat gembira Presiden Jokowi akan melakukan perjalanan ke Washington, DC, dan bertemu dengan Presiden Biden dan beliau akan menghadiri APEC di San Francisco. Banyak hal yang akan dibicarakan oleh para pemimpin kita dan ada yang sangat penting bagi kedua negara. Presiden Biden akan meninjau kembali perjanjian kita di masa lalu, juga apa yang bisa kita lakukan bersama. Seperti diketahui, tahun depan kita merayakan 75 tahun hubungan diplomatik kita. Sehubungan dengan perayaan ini, kedua pemerintahan kita telah memutuskan bahwa kita akan meningkatkan hubungan ini menjadi apa yang kita sebut kemitraan strategis yang komprehensif. Kita memiliki kemitraan strategis dan akan meningkatkan kemitraan strategis yang komprehensif. Kedua pemerintah telah bekerja keras untuk menghasilkan rencana tindakan yang akan dibahas oleh kedua pemimpin dan diharapkan disetujui oleh kedua pemimpin ketika mereka bertemu di Washington.
Bagaimana kerja sama selama ini?
Ada begitu banyak kerja sama dalam hubungan kita. Di bidang ekonomi, kami memiliki beberapa perjanjian perdagangan bilateral. Hampir 50 persen peningkatan perdagangan dua arah, termasuk investasi, jadi saya yakin Amerika kini merupakan investor terbesar keempat atau kelima di Indonesia. Dan, harapan saya, tren positif ini akan terus berlanjut. Para pemimpin juga sangat tertarik pada kemitraan infrastruktur dan saya yakin mereka akan berbicara bersama untuk mengembangkan kemitraan.
Masalah keamanan juga penting. Kita punya hubungan militer yang kuat. Misalnya Super Garuda Shield, latihan militer tahunan kedua negara yang sangat besar. Ribuan tentara Amerika dan ribuan tentara Indonesia turut serta dalam latihan tersebut. Kami gembira bahwa kedua negara telah memutuskan untuk mengundang mitra-mitra penting lain di kawasan ini untuk bergabung dalam latihan ini. Tadinya Garuda Shield dan kini Super Garuda Shield, yang melibatkan lusinan mitra utama di kawasan. Itu adalah contoh yang bagus tentang bagaimana kedua negara dapat melakukan hal tersebut.
Apa isu utama APEC?
Dalam konteks APEC, saya pikir kita semua sepakat bahwa kita menghadapi tantangan global, gangguan rantai pasokan, maka penting bagi negara-negara untuk bekerja sama dan APEC memberikan kesempatan yang luar biasa bagi negara-negara untuk berdiskusi tentang bagaimana menangani tantangan global dengan lebih efektif seperti yang pernah kita lakukan saat menghadapi dampak seperti Covid-19, invasi brutal Rusia, dan juga dampak negatif terhadap perekonomian global.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Israel Berhak Membela Diri"