Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEBULAN upaya Israel melumpuhkan Hamas di Jalur Gaza, Palestina, telah membuat kawasan di tepi Laut Mediterania itu luluh lantak. Berdasarkan analisis citra satelit, Corey Scher dari City University of New York Graduate Center, New York, dan Jamon van den Hoek dari Oregon State University, Amerika Serikat, menyimpulkan bahwa 27-35 persen bangunan di separuh bagian utara Gaza hancur. Adapun kondisi seluruh wilayah Gaza tak jauh berbeda, diperkirakan 38.000-51.500 bangunan atau 13-18 persen dari semua gedung porak-poranda dihantam rudal-rudal Israel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tentara Israel menyasar semua gedung, termasuk rumah sakit, sekolah, dan fasilitas umum. Mereka menuduh Hamas membangun sarang dan kanal di bawah bangunan seperti Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza dan Rumah Sakit Indonesia di Bayt Lahiya. Korban sipil pun berjatuhan. Hingga Kamis, 9 November lalu, diperkirakan 10.569 orang tewas, termasuk anak-anak dan perempuan. Badan Pekerjaan dan Pemulihan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) mencatat sekitar 1,6 juta orang telah kehilangan tempat tinggal dan mengungsi ke kamp-kamp pengungsi PBB ataupun rumah sakit dan sekolah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tentara Israel memasuki bangunan yang hancur selama invasi darat di Jalur Gaza, Palestina, 8 November 2023. Reuters/Ronen Zvulun
Menurut Ibnu Burdah, guru besar kajian Timur Tengah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, perang Hamas-Israel kali ini akan berlangsung lama. “Militer Israel tak akan berhenti sampai dapat melumpuhkan Hamas,” katanya pada Kamis, 2 November lalu. “Secara psikologis, ini mungkin merupakan luapan kemarahan akibat kegagalan memprediksi adanya serangan Hamas itu.”
Pada Sabtu, 7 Oktober lalu, milisi Hamas menyerang dari Jalur Gaza ke wilayah Israel. Menurut Israel, Hamas telah membunuh sekitar 1.400 orang dan menyandera 240 orang lebih. Militer Israel membalas dengan serangan tanpa henti ke Jalur Gaza dari laut, darat, dan udara.
Perang ini sudah berlangsung sebulan tanpa ada tanda-tanda akan berakhir. Ribuan orang telah menjadi korban di kedua belah pihak. Dewan Keamanan PBB telah gagal menghasilkan resolusi mengenai nasib Gaza setelah beberapa kali diveto Amerika. Sementara itu, resolusi Majelis Umum PBB, yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan, ditolak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Akhir perang ini masih menjadi tanda tanya.
“Kapan perang ini akan berakhir bergantung pada daya tahan kedua pihak. Hamas mungkin dapat bertahan. Israel kini menghadapi komplikasi antara kepentingan militer dan ekonomi,” ujar Ibnu. Bank of Israel, bank sentral negeri itu, memperkirakan total biaya perang kali ini mencapai US$ 600 juta atau Rp 9,5 triliun lebih per minggu. Makin lama perang berlangsung akan makin mahal biayanya dan menggerus cadangan dana negara.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Gaza Hancur Lebur"