Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Cina mulai menggarap studi kelayakan kereta cepat Jakarta-Surabaya.
China Railway dan KCIC menggarap studi kelayakan tahap awal.
Menambah pendanaan Cina dalam kerangka Belt and Road Initiative.
KABAR kelanjutan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya datang dari Cina pada pertengahan bulan lalu. Di sela perhelatan The 3rd Belt and Road Forum for International Cooperation yang digelar di Beijing pada 17-18 Oktober lalu, rupanya Indonesia dan Cina menyepakati kajian pembangunan kereta cepat yang menjadi kelanjutan rute Jakarta-Bandung itu. “Kita melakukan joint study bersama Cina untuk melihat feasibility ataupun cost project secara keseluruhan,” kata Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara Kartika Wirjoatmodjo pada Rabu, 1 November lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kajian ini membuka babak baru pembangunan kereta cepat Jakarta-Surabaya yang mengemuka lebih dari sepuluh tahun lalu. Pada 2012, Kementerian Perhubungan menggagas pembangunan jalur kereta api supercepat yang disebut Argo Cahaya dengan kecepatan 300 kilometer per jam. Bedanya, ketika itu pemerintah menjajaki kerja sama dengan Jepang. Bahkan studi awal jalur kereta sepanjang hampir 700 kilometer ini sudah digelar pada 2008.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kartika menjelaskan alasan pemerintah kini memilih Cina sebagai mitra proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya. Menurut dia, Cina sudah berpengalaman membangun kereta cepat Jakarta-Bandung. Namun Kartika menyatakan pemerintah masih akan melihat kajiannya, termasuk dari aspek komersial dan skema pendanaan jika proyek ini bakal berjalan.
Acara penandatangan kerja sama antara Indonesia dan Cina disaksikan oleh Presiden Joko Widodo di Indonesia-China Business Forum, di Beijing, 16 OKtober 2023. Presidenri.go.id
Peluang lain dalam proyek ini adalah keterlibatan pelaku industri dalam negeri. Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir mengaku ingin melibatkan PT Industri Kereta Api (Persero) atau Inka agar proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya memiliki tingkat kandungan dalam negeri. Apalagi, menurut Erick, PT Inka sudah mampu membuat kereta ringan seperti yang kini digunakan di Jakarta dan sekitarnya. "Kita melakukan kerja sama sehingga untuk kereta cepat ke depan bisa sama-sama membangun," ujarnya.
Adapun Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan optimistis Cina mau mengucurkan pinjaman dengan bunga rendah untuk proyek ini dibanding tawaran kepada negara lain. Luhut pun yakin proyek sepur kilat Jakarta-Surabaya bakal berjalan mulus seiring dengan pengalaman Indonesia menyelesaikan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh bersama Cina. "Teknologi kita sudah buktikan dan kita sudah punya pengalaman," ucapnya dalam unggahan video di akun Instagram @luhut.pandjaitan.
Proyek kereta cepat ini pun bakal memperpanjang sejarah kerja sama Indonesia-Cina, yang terbuhul melalui kerangka Belt and Road Initiative. Meski belum ada kesepakatan tentang pendanaan atau kontrak-kontrak lain, sinyal untuk Cina sudah makin jelas. Sedangkan nasib proyek yang sebelumnya digagas bersama Jepang hanya menyisakan pertanyaan.
•••
BADAN Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) sudah menerbitkan studi kelayakan kereta cepat Jakarta-Surabaya pada Mei 2015. Dalam simulasi yang tercatat di dokumen studi itu, Stasiun Manggarai di Jakarta Selatan bakal mendapat tugas baru pada 2030. Tidak hanya menjadi stasiun terpadu untuk kereta komuter, kereta bandar udara, dan kereta antarkota, Stasiun Manggarai juga akan melayani kereta cepat Jakarta-Surabaya, yang menurut kajian awal bertarif Rp 800 ribu per orang.
Studi kelayakan itu dikerjakan JICA bersama sejumlah lembaga, seperti Yachiyo Engineering, Oriental Consultants Global, Mitsubishi Research Institute, dan Nippon Koei. Tiga lembaga asal Indonesia, yaitu PT Matra Rekayasa Internasional, Universitas Gadjah Mada, dan PT LAPI ITB, juga terlibat dalam kajian itu. Jalur kereta cepat Jakarta-Bandung sepanjang 142 kilometer yang kajiannya disusun pada 2013 menjadi trase pertama megaproyek kereta cepat Jakarta-Surabaya sepanjang 733 kilometer.
Dalam kajian yang digarap bersama lembaga Jepang, rute kereta cepat Jakarta-Surabaya juga akan melewati Kota Bandung, berbeda dengan jalur kereta konvensional Jakarta-Surabaya yang melintasi pantai utara Jawa seperti Cirebon di Jawa Barat. Opsi itu didasari studi pendahuluan pada 2011 yang menunjukkan potensi penumpang jalur Jakarta-Bandung lebih banyak ketimbang rute Jakarta-Cirebon, kendati kontur lahannya naik-turun dan berliku-liku.
Menurut kajian lembaga Jepang, jalur Jakarta-Bandung membentuk keselarasan kota-kota besar yang penduduknya lebih dari 1 juta jiwa, dari Jakarta, Bekasi, Bandung, Semarang, hingga Surabaya. Struktur perkotaan tersebut dianggap sama dengan rute Tokaido-Sanyo, jalur kereta secepat peluru Shinkansen pertama Jepang yang menghubungkan Tokyo dengan Osaka pada 1964.
Penumpang turun di stasiun kereta cepat Jakarta Bandung Halim, Jakarta, 27 September 2023. Tempo/Prima Mulia
Adapun dalam dokumen Rencana Induk Perkeretaapian Nasional 2030 yang terbit pada 2020, potensi perpanjangan jalur kereta cepat Jakarta-Bandung menuju Surabaya malah melalui rute selatan Jawa. Rutenya mengekor trase kereta konvensional dari Jakarta menuju Bandung, Kroya, lalu ke Yogyakarta dan akhirnya sampai di Surabaya.
Opsi berbeda muncul dalam rencana yang disusun pemerintah kali ini. Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan memberi kisi-kisi rute, yaitu dari Bandung kereta cepat bakal menuju Bandara Kertajati di Majalengka, lalu berlanjut ke timur menuju Semarang, turun ke selatan mengarah ke Yogyakarta dan Surakarta, baru ke timur sampai di Surabaya. Jalur kereta cepat Jakarta-Surabaya bakal dibuat bersisian dengan jalan tol Trans Jawa agar biaya pembebasan lahan tidak terlalu mahal.
Dalam studi kelayakan bersama kereta cepat Jakarta-Surabaya, pemerintah Cina mengutus perusahaan kereta terbesar, China Railway Group Limited, untuk berkolaborasi dengan Kementerian BUMN. Sebelum berangkat ke Cina dalam agenda The 3rd Belt and Road Forum for International Cooperation bulan lalu, pemerintah rupanya sudah menggenggam studi pendahuluan yang dikerjakan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dibantu sejumlah kontraktor asal Cina. “Sementara (studi itu) dipegang pemerintah," kata Direktur Utama KCIC Dwiyana Slamet Riyadi kepada Tempo, Kamis, 9 November lalu.
Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi Septian Hario Seto mengakui adanya studi awal tersebut, tapi menurut dia terlalu dini untuk menjelaskannya. “Akurasinya belum bagus,” ujarnya pada Jumat, 10 November lalu. Seto ditunjuk Menteri Luhut memimpin akselerasi proyek kereta cepat Jakarta-Bandung serta perpanjangan rute menuju Surabaya. Berdasarkan permintaan Presiden Joko Widodo, durasi perjalanan kereta cepat Jakarta-Surabaya dibuat tiga setengah jam agar bisa bersaing dengan pesawat.
Baik kajian lembaga Jepang, dokumen Rencana Induk Perkeretaapian Nasional 2030, maupun studi awal yang digarap pemerintah sama-sama menargetkan perpanjangan rute kereta cepat Jakarta-Bandung sampai Surabaya bisa mengerek naik jumlah penumpang. Seturut hitungan JICA, jumlah penumpang harian yang tadinya hanya 68 ribu dalam rute Jakarta-Bandung pada 2030 akan meningkat menjadi 161 ribu jika jalurnya diteruskan sampai Surabaya. Pada 2050, jumlahnya akan menjadi 323 ribu per hari, jauh lebih banyak daripada jika jalur kereta cepat dibangun hanya sampai Bandung dengan jumlah penumpang 148 ribu per hari.
Volume konversi penumpang pun akan lebih banyak jika kereta cepat dibangun hingga Surabaya. Jika rute hanya sampai Bandung, penumpangnya hanya berasal dari konversi pengguna kendaraan pribadi, yaitu 85-88 persen. Sedangkan jika kereta cepat dibangun sampai Surabaya, tingkat konversi dari pengguna mobil atau sarana transportasi darat lain sebesar 61-65 persen, sementara angka konversi dari penumpang pesawat naik mencapai 17-18 persen. “Kalau kita buat sampai Surabaya, bandara yang dilewati pasti akan terkena dampak,” tutur Seto. “Penerbangan Jakarta-Surabaya itu rute gemuk. Tapi pada akhirnya pasarnya akan terbentuk sendiri."
•••
BAGI Cina, pembangunan jalur kereta cepat di berbagai negara adalah cermin kesuksesan Belt and Road Initiative, program kebanggaan Presiden Xi Jinping yang ia umumkan pada September 2013 di Nazarbayev University, Kazakstan. Laporan "A Global Community of Shared Future: China's Proposals and Actions" yang dirilis pemerintah Cina pada 26 September lalu bahkan menyebut kereta cepat Jakarta-Bandung sebagai salah satu capaian penting Belt and Road Initiative. "Sekarang kereta tersebut sudah beroperasi, perjalanan Jakarta-Bandung telah berkurang dari tiga jam lebih menjadi hanya 40 menit," demikian petikan dokumen tersebut.
Buku putih itu juga menyebut proyek lain, seperti kereta Mombasa-Nairobi di Kenya, kereta Cina-Laos, dan kereta Cina-Eropa, sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi. Jalur kereta Mombasa-Nairobi, menurut pemerintah Cina, telah menambah lebih dari dua poin persentase pertumbuhan ekonomi Kenya. Adapun kereta ekspres Cina-Eropa berfungsi sebagai “armada unta baja” yang menjembatani dua kawasan. Karena itu pula, jika terwujud, kereta cepat Jakarta-Surabaya yang rute dan nilainya lima kali lipat kereta Jakarta-Bandung akan memperpanjang klaim kesuksesan program kerja sama Cina dengan Indonesia.
Meski begitu, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi Septian Hario Seto menyatakan studi kelayakan akan dikerjakan lebih mendalam untuk proyek besar ini. “Biaya modal sudah pasti tinggi. Bagaimana pembiayaannya, kapasitasnya, itu harus dipikirkan,” katanya.
Menurut Seto, pemerintah optimistis terhadap megaproyek kereta cepat Jakarta-Surabaya, berkaca pada rute Jakarta-Bandung yang jumlah penumpang puncaknya sudah menembus 14.200 orang per hari atau melampaui perkiraan awal. Dia memastikan pemerintah akan memilih rute terbaik agar memberikan dampak ekonomi maksimal.
Dalam sejumlah kajian, termasuk studi kelayakan yang digarap Jepang pada 2015, kereta cepat Jakarta-Surabaya disebut diperlukan untuk mengatasi kepadatan lalu lintas yang berlebihan sekaligus mendorong pembangunan negara secara seimbang. Kereta cepat juga dianggap dapat mendorong berbagai industri, menciptakan lapangan kerja, hingga memperkenalkan moda transportasi yang hemat energi dan ramah lingkungan.
Kajian JICA dan lembaga Jepang merekomendasikan kereta cepat Jakarta-Bandung menjadi prioritas sebelum kemudian dilanjutkan dengan kereta Jakarta-Surabaya. Alasan pengembangan bertahap itu, menurut studi JICA, adalah mengurangi risiko pendanaan, membangun pengetahuan operasi dan teknologi kereta cepat secara bertahap, hingga memanfaatkan daya jual rute Jakarta-Bandung.
Kini daya jual rute Jakarta-Bandung, menurut klaim KCIC, telah meningkat. KCIC bahkan menambah jumlah perjalanan harian kereta dari 25 menjadi 28. Sejak kereta beroperasi komersial pertama kali pada awal Oktober lalu, rata-rata okupansi penumpang pada setiap rangkaian mencapai 85-99 persen. Angka-angka itu bakal menjadi justifikasi pemerintah untuk melanjutkan rutenya sampai ke Surabaya. Apalagi Menteri Luhut sudah menyebutkan Cina telah sepakat memberikan utang dengan bunga lebih murah.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Moh. Khory berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Mengebut Sepur Kilat ke Surabaya"