Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Korban baru qadhafi

Libya yang sedang dilanda kelesuan ekonomi, mengusir puluhan ribu buruh mesir & tunisia karena menolak menjadi warga negara libya. akibatnya hubungan dengan mesir dan tunisia retak. (ln)

31 Agustus 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERHATIAN dunia kembali tertuju kepada Kolonel Muammar Qadhafi, ketika ia mengusir 24.000 dari 92.000 buruh Tunisia yang bekerja di Libya. Sebenarnya, yang paling dirugikan oleh gelombang pengusiran yang terjadi sejak Jumat pekan lalu itu adalah Mesir. Tidak kurang dari 100.000 buruhnya di Libya terkena PHK (pemutusan hubungan kerja). Nasib yang sama menimpa sejumlah kecil buruh dari Mali, Mauritania, dan Niger. Qadhafi mengamuk, ada apa? Ia jengkel karena buruh asing dari Tunisia dan Mesir menolak dijadikan warga negara Libya. Sebagian pengamat memperoleh kesan, kewajiban menjadi warga negara itu hanyalah dalih yang dibuat Qadhafi sendiri agar bisa menghalau sejumlah besar buruh asing yang telanjur menimba rezeki di negerinya. Soalnya, kini pasaran minyak dunia lagi sepi dan rezeki Libya menyusut. Presiden Mesir Husni Mubarak menuduh pemimpin Libya itu kehabisan dana. Puluhan juta dolar dihambur-hambur Qadhafi untuk membiayai kegiatan terorisme internasional, sementara kehidupan ekonomi rakyatnya morat-marit. Untuk menenteramkan mereka, ia pun memutar akal, dan muncullah gagasan "warga negara Libya" yang berbuntut pada pengusiran. Presiden Mubarak sangat marah, menuduh tindakan itu tidak manusiawi. Tunisia pun tidak ketinggalan. Negara ini memanggil pulang dutanya dari Tripoli, dan pada saat yang sama mengusir 253 orang Libya, 30 diantaranya diplomat. Pers Tunisia kabarnya menggebu-gebu mengecam Libya hingga pemerintah di Tripoli mengirimkan sepucuk surat kepada sekjen PBB Javier Peres de Cuellar, menandaskan bahwa negeri itu "siap menghadapi ancaman kekerasan dari mana pun datangnya". Pernyataan serupa dikirimkan pihak deplu Libya kepada kedutaan Tunisia di Tripoli. Tak dapat dihindarkan lagi, suasana tegang terlihat di sepanjang perbatasan Libya-Tunisia-Mesir. Kepada utusan dari Liga Arab, menlu Libya Ali Tureiki menyatakan "ketidaksenangan yang mendalam" terhadap Tunisia. Serangan jurnalistik yang dilancarkan pers Tunisia dianggapnya merupakan pelanggaran besar terhadap piagam Liga Bangsa-Bangsa. Ditegaskannya, pemerintah Libya punya hak memecat tenaga kerja asing, dan tindakan itu tidak dimaksudkan untuk merugikan negara mana pun. Diakui oleh Tureiki bahwa PHK terhadap buruh asing terpaksa dilakukan karena kondisi ekonomi Libya tidak mengizinkan. Lagi pula, sudah tiba waktunya bagi negeri itu untuk sepenuhnya bergantung pada tenaga kerja bangsa sendiri. Apa pun alasan Tureiki, yang pasti Libya tidak luput dari kelesuan ekonomi dunia. Tapi, jika negara lain sibuk mengamankan rakyatnya dari cengkeraman resesi, Qadhafi sibuk mengamankan diri sendiri. Untuk itu, Komite Revolusioner yang senang menakut-nakuti rakyat sewaktu-waktu dapat saja menahan bahkan membunuh orang. Pengejaran terhadap para pembangkang Qadhafi di luar negeri masih terus berlanjut meskipun tidak segencar dulu. Sementara itu, Qadhafi tidak merasa tenang kalau tidak mengadakan pakta pertahanan bersama dengan Sudan, negeri miskin yang sebenarnya lebih memerlukan dana daripada senjata. Pemimpin Libya itu pada saat yang sama terus-menerus mengadakan konsolidasi. Karena tidak satu suku dengannya, 600 pengawalnya yang terpercaya dimutasikan keluar Tripoli, Maret lampau. Beberapa tokoh penting digeser. Antara lain Brigjen Mustapha, yang telah berjasa menumpas beberapa kudeta, dan Abderrahman Sayd, yang dulunya bertugas pada pucuk pimpinan angkatan darat. Diburu-buru ketakutannya sendiri, Qadhafi akhirnya kian bergantung pada Komite Revolusioner dan penasihat militernya - seorang asal Jerman Timur - yang kini bernama Khelifa al-Hannesh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus