Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kota Iga di Prefektur Mie, Jepang, mendapat banyak pertanyaan dari para peminat posisi pemeran ninja, yang ingin melamar pekerjaan di kota itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca:
Ini setelah tersebarnya kabar hoax tentang adanya kebutuhan Kota Iga untuk merekrut tenaga pemeran ninja untuk kegiatan pariwisata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Walikota Iga, Sakae Okamoto, mengadakan konferensi pers pada 24 Juli untuk mengklarifikasi berita itu. Ini karena pemerintah kota tidak mempekerjakan orang sebagai pemeran ninja atau pendekar ninja.
“Kami terkejut mengetahui betapa menyebar dan menariknya ninja bagi sebagian orang,” kata Okamoto dalam jumpa pers seperti dilansir Asahi, Rabu, 25 Juli 2018.
Pemerintah daerah lalu mempublikasikan penjelasan ini di situs web resmi kota dalam bahasa Jepang dan dalam empat bahasa lain pada hari yang sama.
Wali Kota Iga, Sakae Okamoto, sedang berpose ala ninja di ruang kerjanya. NPR via Asahi.
Kota Iga di Prefektur Mie, Jepang tengah, muncul dalam laporan stasiun radio asal Amerika, NPR, pada pertengahan bulan ini. Dalam acara berjudul Planet Money itu, Kota Iga disebut mengalami penurunan tingkat populasi dan masalah kekurangan tenaga kerja.
Pemerintah Kota Iga mencoba menggunakan sepenuhnya sejarah kota itu, yang terkenal dengan klan ninja Iga, sebagai tempat asal para petarung ninja dengan membangun museum baru. Museum ini bertema sejarah para pendekar khas Jepang itu.
Baca:
Dalam laporannya, NPR mengatakan mereka yang ingin menjadi ninja dibayar antara US$ 23.000 -- 85.000 atau sekitar Rp332 juta -- Rp1,2 miliar per tahun.
Tetapi media lain yang mengutip laporan NPR ini membuat laporan yang keliru dengan memberikan judul yang kurang akurat: "Kota di Jepang ini membayar US $ 85.000 untuk berlatih sebagai seorang ninja."
Setelah menjadi viral, sedikitnya 115 orang dari 14 negara menghubungi pemerintah setempat untuk mendaftar sebagai pemeran ninja atau pendekar ninja. Para peminat termasuk Amerika Serikat, Italia, India, Ekuador, dan Jepang. Rupanya, Spanyol memiliki populasi ninja yang besar dengan 16 peminat bertanya lewat email.
Soal ini, media Japan Times menulis bahwa pemerintah Kota Iga tidak mempublikasikan informasi soal mengalami kekurangan ninja apalagi jumlah pendapatannya. "Waspadalah terhadap berita palsu," begitu pernyataan pemda.
Selama ini, sejumlah perusahaan swasta telah menawarkan pertunjukan ninja di Iga selama bertahun-tahun. Asosiasi wisata mengoperasikan Ninja Museum of Igaryu, yang menampilkan seni Ninja dari Iga. Tetapi pemerintah kota itu tidak pernah menggunakan pendekar ninja sungguhan. Para pemeran ninja juga tidak mendapat penghasilan hingga miliaran per tahun.