Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Lawan Taliban, Sekolah Menengah Siswa Perempuan di Afghanistan Timur Kembali Dibuka

Penduduk di Provinsi Paktia, Afghanistan mengatakan setidaknya empat sekolah menengah untuk siswa perempuan di ibu kota provinsi sudah dibuka lagi

7 September 2022 | 17.00 WIB

Seorang siswa sekolah dasar kelas 4 di Kabul, Afghanistan, 25 Oktober 2021. Taliban melarang perempuan mengakses pendidikan sekolah menengah. REUTERS/Zohra Bensemra/File Photo
Perbesar
Seorang siswa sekolah dasar kelas 4 di Kabul, Afghanistan, 25 Oktober 2021. Taliban melarang perempuan mengakses pendidikan sekolah menengah. REUTERS/Zohra Bensemra/File Photo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Melawan larangan Taliban atas pendidikan menengah untuk siswa perempuan, penduduk di satu provinsi Afghanistan timur mulai membuka kembali sekolah menengah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Penduduk dan aktivis hak asasi di Provinsi Paktia mengatakan kepada ABC setidaknya empat sekolah menengah untuk siswa perempuan di ibu kota provinsi, Gardez. Sementara satu sekolah lagi dibuka di distrik Samkani oleh staf akademik lokal dan sesepuh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Masyarakat sudah muak dengan [larangan pendidikan anak perempuan] ini dan memutuskan untuk menghadapi konsekuensi apa pun yang mungkin ditimbulkannya," kata warga Paktia, Mohammad Sidiq kepada ABC Rabu 7 September 2022.

Shafiqa Khpalwak, salah satu aktivis hak-hak perempuan dan anak perempuan terkemuka Afghanistan dan penduduk asli provinsi Paktia, mengatakan kepada ABC bahwa larangan itu tidak memiliki pembenaran budaya atau agama.

Perempuan dan anak perempuan terus bersekolah dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, sosial dan ekonomi di negara-negara Islam lainnya di seluruh dunia, katanya.

“Taliban gagal memberikan penjelasan yang valid tentang tidak mengizinkan anak perempuan pergi ke sekolah, karena tidak ada satu alasan pun dalam Islam dan budaya Afghanistan untuk melarang anak perempuan mendapatkan pendidikan – bahkan mendorong dan mewajibkan perempuan seperti halnya laki-laki untuk mencari nafkah dan pengetahuan,” katanya.

"Langkah ini [untuk membuka kembali sekolah] juga merupakan contoh yang baik dari fakta bahwa larangan sekolah perempuan semata-mata merupakan keputusan Taliban dan tidak didukung oleh penduduk dari komunitas Pashtun, Tajik atau Hazara."

Seorang pejabat Taliban setempat juga mengkonfirmasi sekolah telah dibuka kembali. "Pengelola sekolah-sekolah ini meminta siswa untuk kembali ke sekolah dan sekolah menengah putri dibuka," ujar Mawlawi Khaliqyar Ahmadzai, kepala departemen budaya dan informasi Paktia, dalam sebuah pernyataan video.

Juru bicara departemen pendidikan Paktia membenarkan bahwa sekolah menengah perempuan sudah berjalan, namun menuturkan departemen mereka tidak diberi tahu sebelumnya. Mereka juga telah mengirim surat ke kementerian pendidikan dan sedang menunggu balasan dari pihak terkait.

Namun, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan kepada wartawan di Kabul bahwa penyelidikan sedang dilakukan memastikan siapa yang memerintahkan pembukaan kembali sekolah menengah siswa perempuan.

“Kapanpun sekolah-sekolah ini akan dibuka kembali, akan dibuka secara serentak di semua provinsi dan kementerian pendidikan akan mengumumkannya,” katanya.

Setelah kembali berkuasa pada Agustus 2021, Taliban menutup sekolah menengah untuk anak perempuan di negara itu, meski berjanji untuk membukanya kembali tanpa memberikan tanggal tertentu. Sebelumnya, Taliban berjanji untuk membuka kembali sekolah pada Maret.

Pada Maret, Taliban membatalkan pengumuman sebelumnya tentang pembukaan sekolah menengah bagi anak perempuan mulai akhir bulan itu. Mereka mengatakan bahwa sekolah-sekolah itu masih akan ditutup sampai ada sebuah rencana yang sesuai dengan hukum Islam untuk membuka kembali sekolah.

Langkah itu lantas menuai kecaman dari komunitas internasional, sehingga mempersulit upaya diplomatik. Sejumlah negara Barat menegaskan mereka tidak akan mengakui pemerintah Taliban dan memberikan bantuan ke Afghanistan jika kelompok tersebut tidak mengubah kebijakannya atas hak-hak perempuan.

ABC | REUTERS

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus