Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah insiden kebencian terhadap ajaran Islam atau Muslim di Spanyol pada 2017 meningkat. Laporan yang diterbitkan Platform Against Islamophobia (PCI) pada Jumat, 2 Maret 2018, seperti dilansir Al Jazeera, menyebut terdapat sekitar 546 insiden antimuslim di Spanyol sepanjang tahun itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dari jumlah itu, 48 persen berupa serangan verbal terhadap ajaran Islam dan umat Muslim. Diantara serangan verbal yang pernah terjadi adalah serangan pada sebuah masjid di Barcelona dan Granada.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Warga Muslim di Spanyol menggelar salat Idul Adha berjamaah di Melilla, Spanyol, 24 September 2015. REUTERS
Seperti dikutip dari Metro.co.uk, Masjid Seville Mosque Foundation pernah menjadi sasaran serangan kebencian terhadap ajaran Islam. Dinding masjid itu ditulisi grafiti berbunyi ‘para pembunuh akan membayar’. Terdapat pula tulisan bernada ancaman akan memenggal kepala umat Muslim.
Teror terjadi pula di sebuah Masjid Granada. Sekelompok orang tak bertanggung jawab menyalakan suar dan melemparkan ke arah masjid. Serangan ini membuat orang-orang dalam masjid panik. Insiden Islamofobia di Spanyol bukan hanya terjadi pada masjid-masjid, tetapi juga dialami perempuan dan anak-anak.
Jalid Nieto, juru bicara Masjid Granada mengatakan serangan teror ini menyakitkan bagi umat Islam. Dia pun menyerukan masyarakat dunia harus memahami bahwa umat Islam pun seperti orang lain, yang bisa menjadi korban ketidakadilan individu.
Dikutip oleh Al-Jazeera pada Minggu, 4 Maret 2018, insiden antimuslim atau Islamofobia pada 2017 sebanyak 51 persen terjadi di wilayah utara Katalonia, 22 persen di Andalusia dan 20 persen di Valensia. Temuan ini, tak pelak membuat Spanyol sejajar dengan Jerman sebagai negara dengan insiden Islamofobia tertinggi sepanjang 2017.