PATROLI militer bergerak dengan mudah. Jalan raya lengang oleh
kendaraan. Toko-toko serta kantor-kantor di kiri-kanan jalan
pada tutup, tapi sampah terserak di mana-mana. Ini tidak berarti
Teheran berada dalam keadaan tenang. Pemogokan buruh menyebabkan
produksi minyak negeri itu akhir pekan silam mencapai tingkat
terendah, 250 ribu barrel per hari. Yakni setengah dari jumlah
konsumsi dalam negeri. Keadaan seperti itu tidak cuma
mengacaukan Iran, tapi juga langganan minyaknya di Eropa Barat.
Namun yang amat cemas pastilah Israel. Sebagian besar bahan
bakar negeri Yahudi itu berasal dari Iran.
Demonstrasi masih terus melanda Iran. Korban yang jatuh -- tewas
atau cuma luka-luka -- tidak bisa diketahui dengan pasti. Selalu
terdapat perbedaan angka resmi dengan catatan para demonstran.
Catatan resmi menyebutkan bahwa pada demonstrasi hari Jumat
pekan silam, umpamanya, di Teheran tewas, 15 orang, Ahavas (kota
minyak) 2 orang dan 15 polisi luka-luka, Maraga 1 orang. Dari
kota Hamdan belum ada laporan resmi kecuali bahwa di sana 5 bank
dan sebuah restoran dibakar habis pada hari itu.
Akibat berkurangnya persediaan minyak, keadaan Teheran dan
beberapa kota lainnya makin tak terkontrol. Catu bensin untuk
kendaraan diberlakukan dinas kebersihan kota tidak bekerja,
aliran listrik kemungkinan akan diputus, sementara para pembuat
roti telah mengeluarkan ancaman akan menghentikan produksinya.
Keadaan menjadi lebih buruk lagi oleh musim dingin yang
menempatkan Iran di sekitar titik beku. Anehnya, keadaan
berantakan begini justru makin menambah semangat musuh Shah Iran
untuk terus berjuang.
Selama tiga hari pekan silam Kedutaan Amerika juga jadi sasaran
demon, strasi. "Yankee, pulanglah," teriak para demonstran.
Hanya dengan tembakanlah para demonstran akhirnya bisa dicegah
menyerbu masuk. "Apapun yang terjadi dengan Shah, kami akan
menyokongnya," kata Hodding Carter, jurubicara Deplu Amerika.
Salah satu cara Amerika membantu Shah ialah mengi hubungi para
penentangnya. Termasuk Ayatollah Rohullah Khomeini yang kini
mengasingkan diri di Paris.
Amerika mempertimbangkan kemungkinan mengirimkan satuan tugas
armadanya ke Teluk Persia. Alasannya: "Untuk evakuasi 40 ribu
warganegara Amerika jika keadaan memaksa." Tapi para pengamat di
Teheran melihat langkah Washington itu sebagai persiapan
terhadap kemungkinan campur tangan Uni Soviet di Iran.
Tanda-tanda campur tangan bukan tak terlihat. Tanggal 10
Desember, sejumlah pesawat tempur Mig terbang dari arah laut
Kaspia ke dalam wilayah udara Iran. Shah Iran kabarnya
memerintahkan tentaranya untuk tidak meladeni provokasi
tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini