Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mungkinkah bouteflika?

Presiden houari boumediene meninggal pada usia 51 tahun menteri luar negeri abdul azis bouteflika banyak disebut-sebut sebagai pengganti boumedienne, walau kemungkinan itu kecil.(ln)

6 Januari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIDAK mengejutkan Presiden Boumedienne meninggal. Umurnya 51. Ia sudah terbaring di tempat tidur khusus di rumah sakit Mustafa sejak 18 Nopember. Empat puluh dokter dari pelbagai negeri yang merawatnya sudah putus asa. Mingguan Algerie Actualite yang diterbitkan oleh koran Al Moudjahid sudah beberapa lama menyerukan agar rakyat bersiap menghadapi "kesukaran"kalau nanti Houari Boumedienne meninggalkan kehidupan publik. Dan rakyat memang nampaknya siap, bahkan menunggu. Mereka, yang tak mendapat keterangan yang jelas dari sumber resmi tentang keadaan presiden mereka, setiap kali mendengarkan siaran dari Monte Carlo atau kota Eropa lain. Percakapan tentang apa yang bakal terjadi bila Boumedienne tak ada lagi dibisikkan di mana-mana. Di ibukota, Algiers, yang biasanya penuh kerahasiaan, orang juga berani buka omong. Tapi keadaan tenang. Seperti sejak 13 tahun yang lalu, sejak Boumedienne menggulingkan presiden pertama Ben Bella yang kini dalam tahanan, rakyat terbiasa menyerahkan saja segala soal penting keatas. Di atas itu kini ada Rabat Bitah. Menurut aturan konstitusi, setelah Presiden wafat, tokoh tak menonjol inilah yang akan memegang pucuk plmpman negara -- buat selama 45 hari, sesuai dengan jabatannya sebagai ketua Majelis Nasional Rakyat. Tak seorang pun sampai hari ini bertaruh bahwa Rabat Bitah akan bisa terus. Sebagaimana "parlemen" yang diketuainya tak berarti apa-apa, dia juga harus berlladapan dengan para anggota Dewan Revolusi yang kini tinggal delapan . Tukang Intrik Dewan ini dulu dibentuk dan memerintah bersama Boumedienne dengan 25 anggotanya, sejak sang presiden memegang kekuasaan. Perlahan-lahan, kekuasaannya berkurang. Akhirnya Boumedienne -- seorang yang tak pernah tampak ambisius, yang tenang dan hidup sangat bersahaja -- menjadi semacam penguasa tunggal. Banyak anggota Dewan Revolusi yang ia pindahkan dari kedudukan berkuasa, misalnya dari dinas intel atau komandan tentara, dan "diangkat"nya jadi menteri dalam kabinet Mei yang lalu. Ia sendiri tak punya wakil presiden. Orang yang paling dekat dengannya hampir tak ada. Yang banyak disebut ialah Menteri Luar Negeri Abdul Azis Bouteflika. Tapi mungkinkah Bouteflika akan jadi presiden? Menurut bekas menteri pertanian Ahmad Mashas, yang kini hidup di Paris, kemungkinan itu kecil. Bouteflika dibenci para anggota Dewan Revolusi yang lain. "Dia seorang tukang intrik," kata Mashas dalam wawancara dengan Georges Menant dalam Paris Match (8 Desember). Mashas mungkin salah satu korbannya, hingga ia tersingkir dan kini menghidupkan gerakan opsi terhadap rezim Boumedienne di ibukota Perancis itu. Di bawah Boumedienne yang penuh rahasia itu, sukar memang memperoleh gambaran persaingan kekuasaan dalam Dewan Revolusi. Hampir semua mereka, kecuali satu orang, adalah militer. Tak jelas bagaimana mereka bisa melakukan pemilihan di antara mereka sendiri. Sumber yang dikutip pers di Timur Tengah sudah beberapa waktu yang lalumelihat, bahwa beberapa di antara mereka sudah mengadakan kontak dengan pihak oposisi yang tersebar. Tujuannya tentu mendapatkan hasis yang lebih kuat untuk memerintah Aljazair ke masa depan. Basis yang lebih luas itu perlu. Di bawah Boumedienne, Aljazair yang cukup dinamis itu belum berhasii memecahkan masalah ketidak-puasan petani. Mereka ini menentang "sosialisasi tanah", ketika kebun jeruk, anggur dan persawahan gandum diambil oleh negara. Program industrialisasi juga belum mencapai hasil yang diinginkan baru 30% industri berat yang berjalan efektif. Sementara itu, masalah penduduk cukup serius. Separuh dari rakyat Aljazair yang 15 juta itu berumur di bawah 16 tahun, bahkan 22% belum mencapai 7 tahun. Itu tentu merupakan beban juga, karena di bawah usia produktif. Namun yang banyak dikeluhkan ialah sentralisasi yang ketat. Dan dengan gaya Boumedienne yang dingin serta kaku, keluhan itu bergabung dengan kerinduan kepada tokoh kharismatis seperti bekas presiden Aljazair dulu, Ben Bella (TEMPO, 23 Desember).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus