Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mahathir Dirawat di Rumah Sakit Jantung

Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, 96 tahun, dirawat di rumah sakit jantung mulai Kamis

17 Desember 2021 | 06.57 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Mahathir Mohamad, 16 Oktober 2020. REUTERS/Lim Huey Teng

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, 96 tahun, dirawat di rumah sakit mulai Kamis, 17 Desember 2021, dan akan menjalani pemeriksaan medis penuh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Dia akan menjalani pemeriksaan medis lengkap dan observasi lebih lanjut," kata Institut Jantung Nasional dalam sebuah pernyataan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tidak disebutkan mengapa Mahathir dirujuk ke rumah sakit. Juru bicaranya menolak berkomentar lebih lanjut, demikian dilaporkan Reuters.

Mantan perdana menteri itu diperkirakan akan berada di rumah sakit selama beberapa hari ke depan, kata pihak rumah sakit.

Mahathir, perdana menteri terlama di Malaysia, memiliki sejarah masalah jantung. Dia telah mengalami serangan jantung dan operasi bypass. 

Menurut catatan Free Malaysia Today, pada 2018 Mahathir dirawat karena infeksi jantung di institut tersebut dan juga dirawat untuk perawatan dan observasi pada Agustus 2016.

Mahathi pernah menderita serangan jantung ringan pada 2006. Ia juga telah menjalani dua kali operasi bypass, yang pertama di Rumah Sakit Kuala Lumpur pada 1989 dan yang kedua di IJN pada 2007.

Nonagenarian ini menjabat sebagai perdana menteri selama 22 tahun hingga 2003. Dia kembali sebagai perdana menteri pada usia 92 tahun setelah memimpin koalisi oposisi meraih kemenangan bersejarah pada 2018, mengalahkan partai yang pernah dia pimpin.

Pemerintahannya runtuh dalam waktu kurang dari dua tahun karena pertikaian.

Dia tetap menjadi tokoh berpengaruh dalam politik Malaysia. Belum lama ini pernyataannya bahwa keturunan Tionghoa belum membaur dengan masyarakat Malaysia terlihat dari masih digunakannya sumpit untuk makan.

Pernyataannya itu mengundang kontroversi dan kritik, di antaranya dari Sekretaris Jenderal Partai Aksi Demokrat, Lim Guan Eng, sebagai “sederhana dan ofensif”. Dia mengatakan bahwa perkakas itu juga merupakan bagian integral dari budaya lain. 

“Ini tidak hanya sederhana tetapi juga menyinggung komunitas Tionghoa di sini. Tun (Mahathir) harus diingatkan bahwa tidak hanya Cina atau Taiwan tetapi negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan dan Vietnam juga menggunakan sumpit,” katanya seperti dikutip CNA, Senin, 13 Desember 2021.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus