Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Matinya sang pahlawan perang

Bekas ksad india, arun s. vaidya, 60, dikenal sebagai otak penyerbuan ke kuil emas, tewas ditembak. di kota pane. diduga pelakunya ekstremis sikh. sehari sebelumnya, pemimpin teroris sikh (klf)ditangkap.(ln)

16 Agustus 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA skuter melaju menjajari sebuah mobil, menyilang dan menghadang di depannya. Lalu ke-4 orang di atas sepeda motor itu memberondongkan peluru senapan mesin yang mereka sandang ke arah pengemudi mobil. Kemudian kabur. Peristiwa cepat di siang bolong, Ahad lalu, di Kota Pune, 160 km sebelah timur Bombay ini menggemparkan India, karena sang pengemudi mobil yang kemudian tewas itu ternyata Jenderal (purnawirawan) Arun S. Vaidya, bekas Kepala Staf Angkatan Darat India. Vaidya, 60, yang menjabat Kasad India sejak 1982 dan baru Januari lalu pensiun terkenal sebagai otak penyerbuan berdarah di Kuil Emas, tempat ibadat paling keramat golongan Sikh di Amritsar, Punjab, Juni 1984. Karena itulah polisi menduga pembunuhan dilakukan kelompok ekstremis Sikh walau saksi mata menyebut para penembak bertampang klimis -- jauh dari ciri-ciri orang Sikh yang selalu mengenakan ubel-ubel dan memelihara berewok. Sejak penyerbuan AD India ke Kuil Emas yang menelan korban lebih dari seribu orang Sikh -- yang oleh Vaidya diberi nama sandi Operasi Bintang Biru -- Vaidya menerima ancaman pembunuhan bertubi-tubi. Bersama Indira Gandhi, PM Rajiv Gandhi, dan Presiden India Zail Singh, Vaidya termasuk dalam daftar hitam ekstremis Sikh untuk dibunuh. Korban pertama, Indira Gandhi, PM India, yang ditembak mati dua orang pengawal asal Sikh, lima bulan setelah penyerbuan ke Kuil Emas. Mungkin karena Pune merupakan kota basis militer India, Vaidya merasa cukup aman hanya dikawal satu orang saja -- yang ketika penembakan terjadi bahkan tak sempat menarik pistolnya. Ataukah pahlawan perang India-Pakistan 1965 ini terpengaruh berita tertangkapnya para gembong militan Sikh sehari sebelumnya, sehingga lengah? Penangkapan Manbir Singh Chaheru, 29, panglima tertinggi Khalistan Commando Force (KCF), organisasi militan Sikh yang terkenal dengan teror-teror berdarahnya, memang melegakan pihak keamanan India. Bersama Manbir, ikut terjaring sembilan pentolan ekstremis Sikh lainnya yang selama ini menjadi buron. Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita AP di dalam Kuil Emas -- yang sampai kini masih digunakan sebagai tempat persembunyian militan Sikh -- April lalu, Manbir mengaku bertanggung jawab atas aksi teror India sejak 1984 yang telah menelan korban 1.000 orang lebih. Menurut Manbir, orang kepercayaan Jarnail Singh Bhindranwale, pimpinan tertinggi militan Sikh yang terbunuh dalam penyerbuan Kuil Emas, KCF dibentuk setelah penyerbuan berdarah itu. Dalam melakukan aksi terornya, para Sikh militan ini tak pandang bulu. Tokoh Sikh moderat Longowal Singh dibunuh tahun lalu setelah menandatangani perjanjian damai dengan PM Rajiv Gandhi. Manbir sangat yakin aksi terornya ini akan membuahkan negara Khalistan yang diimpikan kaum Sikh militan. "Jika saya mati atau tertangkap, masih banyak orang di organisasi kami yang akan meneruskan perjuangan," ujar Manbir, yang tak ikut terbantai dalam peristiwa Kuil Emas karena dua hari sebelumnya diminta Bhindranwale meloloskan diri. Ucapan Manbir terbukti benar. Baru sehari ia ditangkap, sudah jatuh korban baru. Apalagi masih seorang tokoh KCF yang berkeliaran, Tarsem Singh Kuhar, yang memimpin sebuah pasukan bersenjata organisasi Sikh radikal ini. Setelah kematian Vaidya, seluruh negara bagian di India dinyatakan dalam keadaan siaga penuh. Larangan berkumpul di tempat umum diberlakukan di Pune. Pengejaran besar-besaran dilancarkan pemerintah India untuk menangkap pembunuh Vaidya. Kaum Hindu, seperti telah diduga, memberikan reaksi keras atas terbunuhnya tokoh India terkenal itu. Diperkirakan, gelombang kerusuhan baru bakal muncul di negeri yang tak pernah sepi dari kerusuhan berdarah antargolongan ini. FS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus