Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kalau moskow mencari sahabat

Beijing menjawab ajakan persahabatan soviet. ivan arkhipov berkunjung ke beijing. lewat mongolia, rujuk soviet-rrc akan dibina. rrc mulai mendekati hanoi. hubungan soviet-rrc masih ada ganjalan. (ln)

16 Agustus 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJAK Mikhail Gorbachev melancarkan pendekatan Asia Pasifik -- lewat pidato Vladivostok -- Beijing telah dua kali berubah sikap dan dua kali pula berkirim isyarat. Semula tampak kurang berminat, awal pekan lalu justru Deng Xiaoping sendiri yang tiba-tiba angkat bicara. "Pidato Gorbachev mengandung elemen-elemen yang positif," katanya, "tapi Cina harus mempelajarinya secara hati-hati." Ini diutarakan pemimpin Cina itu kepada Susumu Nikaido, pejabat senior Partai Liberal Demokrat Jepang, dalam sebuah pertemuan yang juga dihadiri Sekjen PKC Hu Yaobang. Ternyata, RRC tetap bisa luwes, tidak saja kepada AS tapi juga terhadap Uni Soviet. Dan di luar dugaan, Beijing bahkan sudah melangkah lebih jauh. Tiba-tiba diberitakan bahwa RRC, Sabtu lalu, menandatangani sebuah perjanjian persahabatan dengan Mongolia, sebuah negara yang letaknya berbatasan dengan Cina tapi diperkuat oleh 60.000 tentara Soviet. Dalam perundingan di Ulan Bator, ibu kota Mongolia, itu RRC mengutus wakil Menlu Liu Shuqing, pejabat Cina tertinggi yang pernah berkunjung ke sana selama dua dasawarsa terakhir. Kendati isi persetujuan tidak diungkapkan, bisa disimpulkan bahwa, lewat Mongolia, rujuk antara RRC dan Soviet mulai dibina kembali. Memang seperti ditegaskan oleh Deng, hubungan itu masih diganjal "tiga rintangan", tapi kenyataan ini toh tidak menghambat kunjungan Wakil I PM Ivan Arkhipov ke Beijing, Sabtu lalu. Ia dikabarkan datang untuk memperoleh perawatan tusuk jarum, tapi para pengamat mengaitkan kunjungannya dengan usaha pendekatan Gorbachev. Lagi pula Arkhipov punya hubungan historis dengan RRC, lebih dari tokoh Soviet yang mana pun. Ia pernah menjadi penasihat ekonomi RRC sebelum hubungan Moskow-Beijing retak akhir tahun '50-an. Harus diakui, usaha Moskow kian gencar sejak awal tahun ini. Menurut surat kabar terbitan Hong Kong South China Morning Post, Gorbachev sudah dua kali mengusulkan pertemuan puncak dengan Beijing, Februari dan Juni baru lalu. Tapi keduanya ditolak karena persiapan satu-dua bulan dianggap Beijing tidak memadai untuk pertemuan sepenting itu. Yang pasti, dewasa ini RRC -- seperti yang disimpulkan para pengamat Barat di Beijing -- berada dalam posisi sangat menguntungkan. Setidaknya Moskow harus memberi beberapa konsesi, agar RRC kelak tidak sampai terikat dalam persekutuan segitiga bersama AS dan Jepang. TAPI bicara soal konsesi, belum ada tanda-tanda positif bahwa Soviet akan menyingkirkan tiga rintangan -- seperti dituntut Deng -- yakni: konsentrasi pasukan di perbatasan RRC-Soviet, pendudukan Afghanistan, dan invasi tentara Vietnam di Kamboja. Waspada menghadapi berbagai kemungkinan, RRC secara tak terduga mendekati Hanoi. Ini dibocorkan Pangeran Norodom Sihanouk pekan lalu di Bangkok. Menurut Presiden Republik Demokratik Kamboja itu, RRC telah menawarkan "bantuan besar-besaran" kepada Vietnam, agar negeri yang sedang dirundung kesulitan itu dapat membangun ekonominya kembali. Sayang, Sihanouk tidak merinci keterangannya lebih jauh. Tapi kabarnya tawaran Beijing tetap berlaku hingga batas waktu tertentu, paling tidak sampai kongres PKV (Partai Komunis Vietnam) November depan. Kendati sepintas pendekatan RRC itu lebih berbobot ekonomis, tidak syak lagi ia bertujuan merenggut kemenangan politis dalam adu kekuatan yang sangat menentukan di Kongres itu nanti. Betapa tidak. Kepemimpinan Vietnam sedang dalam proses alih generasi dan sangat masuk akal jika RRC ikut menanam andil dalam peta politik negeri itu. Lagi pula, kabarnya Beijing tidak nyelonong begitu saja. Hanoi, sebelum ini, diam-diam sudah menghubungi Beijing, tapi tidak jelas siapa tokoh d balik prakarsa itu. Di pihak lain, Soviet tetap gencar menyukseskan pendekatan Pasifik. Dari Moskow Wakil Menlu Mikhail Kapitsa menandaskan bahwa Soviet siap berunding "kapan saja dan pada tingkat apa saja" dengan RRC, sementara Presiden Jerman Timur Heinrich Honecker diberitakan akan berkunjung ke Beijing akhir tahun ini. Para pengamat segera menafsirkan bahwa kunjungan itu adalah satu bukti lagi tentang kesungguhan Soviet menata persahabatan dengan RRC, tentu saja selagi belum terlambat dan peluang masih ada. I.S.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus