Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Berita Tempo Plus

Maut mengamuk di bhopal

Gas Methyl Iso-Cyanate (MIC) yang tersimpan di sebuah tangki di pabrik pestisida Union Carbide India Ltd, bocor. Menelan ratusan ribu korban di kota bhopal, negara bagian Madya Pradesh. (ln)

15 Desember 1984 | 00.00 WIB

Maut mengamuk di bhopal
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
BAU busuk kematian menggantung di atas Kota Bhopal - campur aduk dengan asap pembakaran mayat dan sedu sedan. Delapan bayi yang lahir Senin pekan lalu menemui ajalnya hari itu juga. Mereka tewas karena gas beracun methyl iso-cyanae (MIC). Gas yang tidak berwarna, tapi sangat berbahaya, itu merembes dari sebuah tanki bawah tanah yang bocor di pabnk pestisida Union Carbide India Ltd., Bhopal, Negara Bagian Madya Pradesh. Seorang petugas pabrik, Shakeel Ahmed, yang berjuang mempertaruhkan nyawanya untuk menutup kebocoran, tidak segera berhasil. Lengkingan sirene tanda bahaya dari pabrik tak menolong penduduk menyelamatkan diri. Dalam waktu singkat gas beracun telah menguap tak tertahan, mengambang bagaikan awan rendah, menutupi radius seluas 1- 3 km. Tapi cengkeraman mautnya ternyata menjangkau lebih jauh. Dalam musibah ini yang kemudian disebut sebagai malapetaka industri paling hitam sepanjang sejarah, korban diperkirakan ratusan ribu - setidaknya 25% dari 800.000 penduduk Bhopal. Terakhir diberitakan 2.500 orang tewas, sekitar 50.000 orang keracunan, dari ratusan ribu lainnya masih membanjiri lima rumah sakit besar, klinik, atau tempat-tempat penampungan darurat di kota itu. Di Hamida, rumah sakit terbesar, banyak orang yang tidak mendapat tempat dibaringkan saja di pekarangan dengan nama masing-masing tertera di dahi mereka. Yang lain duduk atau tergeletak di sepanjang gang rumah sakit. Sementara di lima krematorium puluhan mayat tertimbun menunggu saat pembakaran. Korban lain, di sepanjang jalan berserakan mayat binatang: ayam, anjing, kucing, kambing, tanpa kecuali. Diperkirakan 3.000 sapi mati, hingga suplai susu sangat berkurang. "Seluruh kota tak ubahnya kamar gas raksasa," ucap Indira Iyengar, ketua Badan Amal Misionaris Ibu Theresa. Penderitaan paling mencekam terlihat di kawasan jembel, tak jauh dari pabrik Union Carbide. Banyak korban ditemukan tidak bernyawa dalam pondok-pondok miskin di sana, konon karena terhirup gas maut itu selagi tidur. Gejala keracunan disertai sesak napas dan mata rasa terbakar. "Kami seperti tercekik, mata perih sekali. Kami tidak tahu ke mana mesti lari," ujar Ahmed Khan. Mengapa bisa begitu? Menurut laporan koran Wall Street Joural, gas methyl iso-cyanate mudah menguap dan sangat reaktif kalau bercampur dengan komponen yang mengandung hidrogen misalnya air. Jika terhirup, gas ini bereaksi dengan jaringan paru, lalu dengan cepat membuat organ itu menggelembung, karena terisi air. Tak heran bila para korban tampak megap-megap, sulit bernapas. Menurut seorang petugas kesehatan, Dr. N.R. Bhandari, korban semacam itu mengidap pulmonary edema dengan kemungkinan ginjal ikut terserang, dan kesehatan terganggu dalam jangka panjang. Tapi, yang pasti, seperti diperingatkan direktur kesehatan M.N. Nagu, gas itu bisa mengakibatkan kebutaan permanen. Ada pula yang menduga, bahan baku insektisida ini pada tahap lanjut bisa menyebabkan kemandulan, kemerosotan mental, kerusakan hati dan ginjal. Kabarnya, kebocoran gas yang fatal itu terjadi, karena buruh kasar diperintahkan membersihkan tangki penyimpan tanpa pengawasan insinyur atau tenaga ahli lainnya. S. Mitra, tenaga staf Union Carbide India, menjelaskan bahwa gas beracun MIC membersit dari tangki yang tidak pernah disedot sejak Oktober lalu. Akibatnya, tekanan melonjak dalam tangki berisi 45 ton MIC hingga melewati titik aman. Benarkah? Yang pasti, perusahaan patungan Union Carbide India Ltd. (AS 51%, India 49%) sejak dibangun, 1977, sudah mengalami paling sedikit empat kecelakaan. Pertama kali, Desember 1981: korban satu tewas, 30 cedera. Waktu itu, menurut koran Indian Express, terjadi kebocoran gas phosgene yang daya racunnya sepertujuh MIC. Dua pekan kemudian, 15 orang lagi cedera tanpa jelas penyebabnya. Lalu, Oktober 1982, empat buruh cedera karena pipa gas bocor, dan pada 1983, dua korban lagi jatuh, karena kebocoran serupa. Musibah sekarang mestinya dapat dihindarkan kalau saja pemerintah tidak bersikap masa bodoh. Kini segalanya terlambat. Atta Mohammad yang kematian saudaranya denan pahit berkata, "Pabrik itu mesti ditutup." Ini perkara gampang, tapi bagaimana nasib sekitar 5.000 anak yang telantar, karena kehilangan orangtua, dan sewaktu-waktu bisa buta? Dirut Union Carbide Warren Anderson sebelum kembali ke Amerika Serikat, pekan silam, menyumbang US$ 1 juta, antara lain untuk mendirikan panti asuhan bagi anak-anak tersebut. Pada waktu hampir bersamaan tiga tim pengacara Amerika, yang mewakili korban tragedi Bhopal, tiba di New Delhi. Tuntutan pertama mereka: ganti rugi sebesar US$ 15 milyar. Tuntutan lainnya menyusul. "Kasus ini tidak ada contohnya di dunia," kata John Coale, seorang pengacara terkemuka. Dia berharap tuntutan hukum lainnya, di luar ganti rugi, bisa menyadarkan perusahaan multimasional akan tanggung jawab mereka. "Selama ini mereka mau enaknya saja, buruh yang murah dan keselamatan yang juga dibayar murah. Kami akan mengusahakan supaya hal itu tidak terjadi lagi," tambahnya. BURUH murah adalah ciri Dunia Ketiga - yang kepadatan penduduk dan kekurangan lapangan kerja. Sebetulnya, Union Carbide India Ltd. pernah mengusulkan agar pabrik di Bhopal itu ditutup saja, karena belakangan rugi besar. Tapi pihak India menolak. Alasannya, 1.000 orang akan kehilangan pekerjaan - satu hal yang sebenarnya Jauh leblh rmgan dlbanding malapetaka dahsyat yang kini dihadapi: dalam tujuh hari 2.500 tewas, 50.000 keracunan, 100.000 cedera ringan. Yang menyedihkan, 5.000 orang di antaranya terancam buta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus