Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Berita Tempo Plus

Tepuk tangan untuk iran

Para pembajak pesawat Kuwait dapat dilumpuhkan oleh pasukan keamanan Iran setelah drama pembajakan dilewati beberapa hari dengan penuh ketegangan. (ln)

15 Desember 1984 | 00.00 WIB

Tepuk tangan untuk iran
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
DRAMA pembajakan terpanjang dan paling menegangkan, di luar dugaan, berakhir Ahad dinihari lalu. Empat pembajak menyerah ketika empat anggota keamanan Iran, yang menyamar sebagai teknisi, dokter, dan petugas kebersihan, menyerbu tiba-tiba ke dalam pesawat. Satu jam lamanya mereka menunggu kesempatan itu, sambil bersembunyi di bawah pesawat jet Kuwait Airways yang diparkir di bandar udara Mehrabad, Teheran, sejak Selasa minggu lalu. Kantor berita Iran, Irna, melaporkan bahwa keputusan menyerbu diambil pemerintah Iran setelah pembajak mengancam akan meledakkan pesawat bersama 15 sandera yang masih tersekap di sana. Tatkala pembajak meminta generator listrik, dokter, dan petugas kebersihan, siasat penyerangan pun disiapkan. Pertama-tama "dokter" masuk, disusul dua "petugas kebersihan" yang dengan amat tangkas menyergap salah seorang pembajak, lalu mendorongnya ke luar pintu. Pada saat bersamaan petugas di balik generator melepaskan bom asap, dan sedetik kemudian meletuslah tembak-menembak gencar. Tak lama kemudian tiga pembajak lainnya tampak menuruni tangga dengan dua tangan di belakang kepala. Para sandera sependapat, saat-saat pembebasan itu sungguh mengerikan. John Costa, 50, memu1i operasi penyelamatan yang dilancarkan Iran demikian cepat dan sempurna, hingga "ia seperti tidak sempat melihatapa-apa". Costa dan sandera lainnya hampir tidak mengalami cedera. Petugas keamanan Iran segera melucuti alat-alat peledak yang ternyata sudah terpasang dalam pesawat. Mengapa Iran mesti menunggu keputusan menyerbu begitu lama, himgga empat sandera tewas? Juru bicara kementerian luar negeri Iran mengajukan tiga alasan: perlu mengumpulkan informasi, melelahkan para pembajak, dan mengurangi jumlah korban sampai sesedikit mungkin. Semua alasan itu cukup masuk akal. Tapi sikap Iran selama enam hari penantian cukup membuat dunia internasional, khususnya AS, gusar. Bahkan para pejabat negara itu menyatakan, pembajak bekerja sama dengan organisasi teroris Hezballah, sebuah organisasi Syiah militan, yang didukung Iran, di Libanon. "Orang-orang Iran tampaknya bersimpati terhadap pembajak," komentar seorang pejabat AS. "Mereka benar-benar tidak berusaha menangkap teroris itu." Prasangka AS itu kini terbantah. Amir (penguasa) Kuwait beserta rakyatnya mengucapkan terima kasih pada pemerintah Iran, dan merasa gembira, karena pembajak menyerah dan sandera bisa diselamatkan. AS begitu pula, karena pemerintah Iran telah membuktikan ketepatan taktik dan ketangkasan tentara mereka - dua hal yang sebelumnya dianggap tidak mungkin diharapkan dari Iran. Washington, sebelumnya, bahkan hampir putus asa, mengingat intervensi militer tidak mungkin dilancarkan ke sana. Dan sempat pula terjadi debat tentang apakah AS perlu menggunakan kekuatan militer untuk menjawab tantangan teroris di luar negeri. Iran, sesudah operasi tengah malam yang gemilang itu, tidak menepuk dada tentang sukses itu. "Operasi dilakukan serba cepat untuk mencegah tindakan balasan," tulis Irna, yang mengutip seorang anggota keamanan, menutup laporannya. Pesawat Airbus A-300 milik Kuwait Airways, yang berisi 161 penumpang berikut awak pesawat, dibajak dalam penerbangan Dubai-Karachi. Setelah pesawat itu, yang dibelokkan ke Iran, tiba di Mehrabad, 70 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, segera dibebaskan pembajak. Tapi, Kamls lusanya, pemba)ak mengancam akan membunuh penumpang Amerika, semuanya enam orang, yang ada di pesawat. Sebagai bukti, dua orang AS itu langsung ditembak para pembaak. Sedangkan seorang Pakistan, yang tidak jelas identitasnya, secara ajaib berhasil menyelamatkan diri dari berondongan peluru. Dua penumpang lainnya menyusul ditembak mati. Sesudah itu, seorang Kuwait, yang satu lagi tidak diketahui, seorang insinyur penerbangan yang mengidap penyakit jantung dibebaskan. Kemudian satu tim medis, disusul tim kebersihan, diundang pembajak naik ke pesawat. Laporan mereka: "Para sandera terikat di kursi pesawat dengan tali, sedangkan penumpang lainnya kelihatan letih." Irna menyebutkan, "Dua orang tergeletak di lantai kokpit, sementara para pembajak yang wajahnya tertutup kelihatan senewen." Jumat siang, pembajak, yang sudah membunuh empat orang, mengancam akan menembak 66 orang lagi. Sementara itu, tuntutan mereka tidak berubah: pemerintah Kuwait diminta membebaskan 14 tawanan, tiga di antaranya dijatuhi hukuman mati, yang terlibat pengeboman kedutaan besar AS dan Prancis di Kuwait, 12 Desember 1983. WAKIL-wakil Kuwait, yang sudah berada di Teheran, menolak berunding, kecuali semua sandera dibebaskan. Beberapa sandera kemudian memang dibebaskan lagi, hingga seluruhnya mencapai 146 orang. Slsanya 15 orang terdlrl darl dua warga negara AS, dua warga Inggris, selebihnya orang Kuwait. Ahad siang, tuntutan pembajak agar disediakan pesawat baru, untuk menerbangkan mereka ke tempat lain, ditolak pemerintah Iran. Tanpa ganti pesawat, pembajak tak mungkin terbang. Sebab, 13 jendela Airbus itu berpecahan - diduga ada pergulatan dalam kabin. Konon, seorang sandera Kuwait dipukuli dan dipotong salah satu jempol tangannya. Dan sore harinya, para pembajak, yang agaknya mulai kehabisan akal, mengancam akan meledakkan pesawat. Ancaman terakhir itu menimbulkan berbagai spekulasi. Terpengaruh oleh sikap pembajak yang nekat, ada dugaan mereka konsekuen, dan ledakan pasti terJadi bila tuntutan tetap tidak dipenuhi. Ada yang mengira, akibat berbagai tekanan, misalnya, Kuwait akan menyerah, dan dengan demikian terorisme internasional mencatat kemenangan . Kemungkinan lain, Iran berusaha jadi perantara, meski dicurigai akan membantu pembajak. Tidak terlintas bahwa Teheran akan melancarkan operasi penyelamatan yang begitu mulus dan gemilang, tanpa mengucurkan darah. Kabarnya, empat pembajak, yang diduga berdarah Libanon dan Palestina itu, juga akan diadili sebagaimana mestinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus