SEMBARI mengumumkan beberapa kelonggaran, Jenderal Husein
Mohammed Ershad bersi tegang mempertahankan berlakunya
undang-undang darurat militer di Bangladesh. "Bila undang-undang
darurat militer dicabut, siapa yang akan menjalankan
pemerintahan?" tanya Ershad kepada sejumlah wartawan, pekan
silam. Beberapa hari sebelumnya, Ershad mengangkat diri sendiri
menjadi presiden.
Di antara kelonggaran yang diberikan Ershad ialah pembebasan
hampir 150 tahanan politik, yang meringkuk akibat kerusuhan
politik, 28 November lalu. Menurut Menteri Dalam Negeri, Mayor
Jenderal Abdul Mannan Siddiqui, di antara tahanan yang bebas
terdapat Begum Khalida Zia, janda Almarhum Presiden Ziaur Rahman
dan Sheikh Hasina Waed, anak perempuan Almarhum Presiden
Mujibur Rahman.
Kedua perempuan ini adalah lambang dua kelompok terbesar
oposisi, yang mengkampanyekan kembah ke demokrasi parlementer,
sejak bulan lalu. Begum Zia memimpin aliansi yang didukung tujuh
partai oposisi. Sedangkan Wazed memimpin Liga Awami, pelopor
aliansi 15 partai oposisi lainnya.
Selain kcdua tokoh itu, dibebaskan pula Motia Chowdhury dan Ivy
Rahman, pemimpin sayap tengah-kiri Liga Awami, salah satu partai
terbesar di antara lebih dari 70 partai yang terdapat di
Bangladesh. Empat tokoh oposisi lain, dua di antaranya perwira
purnawirawan, dari Partai Nasionalis Bangladesh yang berahran
tengah-kanan maslh dikenai tahanan rumah.
MENGENAI pemilu, Ershad tak beranjak dari rencananya semula.
Pemilihan lokal akan dimulai Selasa depan, diikuti pemilihan
distrik, pemilihan presiden dan pemilihan anggota parlemen,
tahun depan. Setelah itu, katanya, barulah undang-undang darurat
dicabut. Kendati berulang kali berbicara tentang "dialog
nasional", Ershad tak bersedia mclayani tuntutan oposisi yang
ingin mendahulukan pemilihan anggota parlemen sebelum pemilihan
presiden.
Dilahirkan di distrik utara, Rangpur, 1 Februari 1930, Ershad
menggabungkan diri dengan angkatan darat Pakistan pada 1952.
Pada usia 39, ia mencapai pangkat letnan kolonel dan menjadi
komandan Resimen Benggali Timur ke-3.
Ketika perang kemerdekaan Bangladesh pecah, 1971, Ershad berada
di Pakistan. Bersama beberapa perwira Benggali, ia kemudian
pulang ke Bangladesh dan diangkat menjadi ajudan jenderal
angkatan darat Bangladesh yang baru dibentuk. Juni 1975, dengan
pangkat brigadir jenderal, Ershad diberi tugas belajar di
Sekolah Pertahanan Nasional India.
Tahun itu juga ia pulang ke Bangladesh dan diangkat menjadi
mayor jenderal. Oleh Ziaur Rahman, KSAD waktu itu, Ershad
diangkat menjadi wakil KSAD. Ketika Rahman menjadi penguasa
militer, kemudian presidcn, 1977, Ershad diangkat menjadi KSAD.
Ziaur Rahman terbunuh Mei 1981. Maret tahun berikutnya Ershad
melancarkan kup tak berdarah atas Presiden Abdus Sattar.
Kini, dengan jam malam dan kegiatan politik masih dilarang,
pemilu tahun depan hanyalah jalan lurus mengukuhkan Ershad
sebagai presiden. Tokoh oposisi bagai kehilangan semangat. Begum
Zia hanya menyerukan penyelesaian politis bagi krisis yang
dihadapi negara. Sedangkan Wazed, dalam pernyataan pers di
Dhaka, pekan lalu, mengharapkan dialog antara para pemimpln
partai politik dan pemenntah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini