Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Khomeini di kuwait?

Beberapa ledakan bom di kuwait, a.l di kedutaan besar as dan prancis. islam jihad mengaku bertanggungjawab atas ledakan tersebut. dalam 10 th terakhir, 9 aksi teror menyerang kantor perwakilan as. (ln)

24 Desember 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LIMA hari menjelang peringatan Maulud, Kuwait diguncang ledakan bertubi-tubi. Dalam waktu 90 menit, enam bom meletup di tempat berbeda. Bom ketujuh, yang ditempatkan di depan sebuah kantor pemerintah yang mengurusi paspor, sempat dijinakkan. Kecuali yang pertama, semua bom diledakkan dari jarak jauh. Rangkaian letusan bermula di kedutaan besar Amerika Serikat, ketika sebuah truk beroda enam menerobos pintu gerbang. Menurut saksi mata, sebelum mencapai bagian depan gedung bertingkat empat itu, truk meledak dan meruntuhkan sebuah bangunan bertingkat tiga. Rumah konsul perdagangan Inggris, yang berhampiran dengan kedutaan AS, ikut rusak. Kaca Jendela berpecahan di Hotel Hilton, yang terletak di seberang jalan. Tak sampai 30 menit kemudian, sebuah mobil tanpa penumpang meletup di bawah menara kontrol bandar udara internasional Kuwait. Ledakan yang sama kemudian mengguncangkan kedutaan besar Prancis, perumahan warga negara AS di Al-Badah, gedung Kementerian Tenaga Listrik dan Air, dan sebuah instalasi petrokimia di Shuaiba. Empat orang terbunuh, 61 lainnya luka. Di antara yang tewas tak terdapat anggota perwakilan asing. Dari Beirut, organisasi yang menamakan diri Islam Jihad mengaku bertanggung jawab terhadap rangkaian peledakan itu. Sheikh Zainal Abidin, pemimpin Jihad, bahkan menyatakan, "rangkaian redakan yang terjadi diKuwait akan diulangi di semua negara Arab dan Timur Tengah, dan di tiap lokasi bendera AS berkibar." Menurut sumber Barat, Jihad mempunyai hubungan dengan Iran, Syria, dan dinas rahasia Soviet, KGB. Tak heran bila presiden AS Ronald Reagan membidikkan tuduhan langsung ke alamat Iran. Di suatu tempat di Timur Tengah, menurut Reagan, kini sedang dilatih seribu teroris, sebagian besar orang Iran, untuk misi bunuh diri. "Patut diketahui," ujar Reagan, "saya mempunyai cukup bukti untuk merasa aman mengeluarkan pernyataan ini." Kemarahan Reagan mudah dimengerti. Dalam sepuluh tahun terakhir, kantor perwakilan AS di berbagai negeri dijadikan sasaran aksi teroris (lihat: Sembilan Cobaan buat Amerika). Bencana terbesar terjadi di Beirut, 18 April lalu. Disusul pengeboman di markas marinir AS dan pasukan Prancis di kota yang sama, 23 Oktober. Bila soalnya menyangkut Iran, Kuwait memang pilihan yang masuk akal. Sejak lama, Khomeini berniat meruntuhkan pemerintah Islam Suni yang berkuasa di Kuwait. Di sini umat Syiah hanya seperempat dari 1,4 juta penduduk. Tambahan pula, sejak Perang Iran-Irak, 1980, Kuwait, salah satu pengekspor minyak dunia kelas wahid, memihak dan menyokong Baghdad. Kuwait juga garis depan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) yang sampai saat ini tidak berhasil menarik Iran dan Irak ke meja perundingan. GCC beranggotakan Arab Saudi, Bahrain, Oman, Persatuan Emirat Arab Qatar, dan Kuwait sendiri. Dewan ini, yang didirikan Mei 1981, menjawab ancaman keamanan sejak meletus revolusi Islam di Iran, 1979. Di antara keenam anggota, hanya Kuwait yang mempunyai hubungan diplomatik dengan Urli Soviet. Segera setelah rangkaian peledakan di Kuwait, sekretariat GCC di Riyadh menyatakan dukungan Dewan terhadap negara "yang sedang menghadapi aksi kriminal" itu. GCC menyatakan menolak semua bentuk kekerasan dan subversi. Pasal ini menyiratkan kekhawatiran negara-negara Teluk akan ekspor revolusi yang hendak digalakkan Teheran. Pemerintah Kuwait sendiri memperlihatkan sikap tegas. Beberapa saat setelah ledakan, pemerintah menurunkan pasukan lapis baja dan meningkatkan penjagaan di semua kedutaan negara Barat. Putra Mahkota dan Perdana Menteri Sheikh Saad Al Abdallah Al Sabah menyatakan, "kejahatan yang nista dan pengecut ini tidak akan dibiarkan luput dari hukuman." Parlemen dan kabinet melakukan sidang darurat. Ancaman hukuman tembak di tempat dikenakan kepada siapa saja yang menoiak diperiksa sehubungan dengan kasus peledakan ini. Di Baghdad, pengeboman di Kuwait dimanfaatkan untuk membelejeti Teheran. Seorang juru bicara militer Irak mengatakan, "Irak akan memilih sasaran di Iran dan memberikan hukuman militer terhadap kejahatan pengecut yang dilakukan terhadap Kuwait." Surat kabar Al-Thawra, milik Partai Baath yang berkuasa, menuduh Teheran bertujuan mengguncangkan stabilitas bangsa Arab. Tak dinyana, awal pekan ini, pemerintah Kuwait mengumumkan, sembilan orang Irak dan tiga orang Libanon terlibat dalam rangkaian pengeboman itu. Sepuluh di antaranya sudah tertangkap. Sisanya, orangorang Irak, masih bersembunyi di sekitar Kuwait. Menurut Abdel-Aziz Hussein, menteri negara urusan kabinet, kesepuluh tertuduh itu akan segera diadili. Mereka semuanya Islam Syiah. Pengemudi truk maut di kedutaan AS itu diduga bernama Raad Aqueel alBadran, anggota partai fundamentalis Dawa gerombolan bawah tanah terlarang di Irak. Pemimpin Dawa, Sayed Mohammed Bagher Sadr, menghilang di Irak empat tahun lalu. "Bahan peledak dan senjata yang ditangkap di tangan para tertuduh diselundupkan ke Kuwait melalui laut," tutur Hussein. "Mereka membutuhkan dua bulan untuk merencanakan dan mengatur pengeboman itu." Hussein tak lupa menambahkan, "pemerintah Kuwait akan mengambil langkah yang membuat para teroris berpikir seribu kali sebelum beraksi."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus