Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joe Biden mengizinkan Ukraina menggunakan rudal balistik bikinan Amerika Serikat (AS) menyerang target militer di dalam wilayah Rusia pada Senin, 18 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Amerika Serikat adalah sekutu utama Ukraina yang menyediakan lebih dari $56,2 miliar sejak Rusia menginvasi pada Februari 2022. Lantas, apa alasan Joe Biden mengizinkan Ukraina menggunakan rudal balistik yang akan dikirimkan tersebut?
Dikutip dari AP, Joe Biden mengizinkan Ukraina menggunakan rudal balistik di tengah Presiden Vladimir Putin menempatkan pasukan Korea Utara di sepanjang perbatasan utara Ukraina. Diketahui, Rusia mencoba merebut kembali ratusan mil wilayah yang direbut oleh pasukan Ukraina.
Korea Utara sendiri menyediakan ribuan pasukan kepada Rusia guna merebut kembali di wilayah Kursk yang direbut Ukraina tahun ini. Pejabat intelijen AS, Korea Selatan, dan Ukraina mengatakan sebanyak 12.000 tentara Korea Utara telah dikirim ke Rusia. Mereka juga menyebut Korea Utara memberi sejumlah amunisi untuk Rusia.
Langkah buru-buru Biden juga menyusul kemenangan pemilihan presiden Donald Trump yang mengatakan ia akan segera mengakhiri perang. Namun, pemerintahan Trump menimbulkan ketidakpastian apakah akan melanjutkan dukungan militer untuk Ukraina.
Menilik lebih jauh, Ukraina telah melobi sekutu Barat agar diizinkan menggunakan senjata canggih sejak pertama perang. Hal ini bertujuan menyerang target-target utama di dalam Rusia, mempersulit pasukan Moskow menyerang wilayah Ukraina. Hal ini juga dapat berfungsi sebagai kekuatan pencegah jika terjadi negosiasi gencatan senjata di masa mendatang.
Kendati demikian, AS menentang langkah tersebut. Pasalnya, Joe Biden bertekad untuk menghindari eskalasi apa pun yang menurutnya dapat menyeret AS dan anggota NATO lainnya ke dalam konflik langsung dengan Rusia yang bersenjata nuklir.
Sebagai pengganti senjata Barat, Ukraina secara teratur menyerang Rusia dengan senjata produksi dalam negeri. Beberapa di antaranya mampu menempuh jarak hingga 1.000 kilometer (620 mil), tetapi kurang menimbulkan kerusakan serius.
Ini adalah kedua kalinya Washington memperluas kewenangan Ukraina untuk menggunakan sistem persenjataan yang disediakan AS di dalam wilayah Rusia. Sebelumnya, Biden mengizinkan penggunaan sistem HIMARS, dengan jangkauan 80 kilometer (50 mil) untuk meredam serangan Rusia ke wilayah Kharkiv. Keputusan itu membantu tentara Ukraina menstabilkan pertempuran sementara waktu.
Adapun rudal terbaru yang dipasok AS ke Ukraina disebut Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat (ATACMS). Dikutip dari Al Jazeera, rudal ini memiliki jangkauan 300 km (190 mil) dan pertama kali dikembangkan pada 1980-an. ATACMS yang dibuat oleh produsen pertahanan AS, Lockheed Martin, dapat diluncurkan menggunakan peluncur HIMARS yang dikirim ke Ukraina oleh AS pada Juli 2022.
Rudal tersebut juga dapat diluncurkan oleh Sistem Roket Peluncur Ganda M270 buatan AS, yang dikirim ke Ukraina oleh Inggris pada 2022. Sebelum mengirim ATACMS jarak jauh, AS telah mengirim Ukraina versi jarak pendek yang mampu menembak sejauh 165 km (100 mil) pada Oktober 2023.
Di sisi lain, Anggota parlemen Rusia, Maria Butina mengatakan pemerintahan Presiden Joe Biden membuka kemungkinan perang dunia ketiga. Perang berpotensi meletus jika mengizinkan Ukraina menggunakan senjata buatan AS untuk menyerang wilayah Rusia yang jauh.
"Orang-orang ini, pemerintahan Joe Biden, sedang mencoba meningkatkan situasi ke titik maksimum selagi mereka masih berkuasa dan masih menjabat," kata Butina, Senin, 18 November 2024.
KHUMAR MAHENDRA | AP | ALJAZEERA | DEWI RINA CAHYANI
Pilihan editor: Anak Donald Trump Geram dengan Laporan Joe Biden Izinkan Rudal Amerika Serang Rusia
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini