Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ibu kota India, New Delhi, menutup sejumlah sekolah hingga pemberitahuan lebih lanjut. Sekolah akan dialihkan dari tatap muka menjadi daring hingga pemberitahuan lebih lanjut karena memburuknya kabut asap beracun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tingkat polutan PM2,5 di New Delhi, tercatat 55 kali lebih tinggi dari batas maksimum harian yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Minggu malam. Tingkat polutan ini adalah partikel mikro berbahaya penyebab kanker yang memasuki aliran darah melalui paru-paru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Channel News Asia, angka tersebut berada sekitar 39 kali di atas batas peringatan saat Senin subuh. Kabut asap tebal berwarna abu-abu dan menyengat menyelimuti kota.
New Delhi diselimuti kabut asap pekat setiap tahunnya, yang terutama disebabkan oleh pembakaran tunggul oleh petani di daerah tetangga untuk membersihkan ladang sebelum dibajak. Pencemaran juga disokong asap pabrik dan kendaraan bermotor.
Pembatasan diberlakukan oleh otoritas kota dalam upaya mencegah penurunan lebih lanjut kualitas udara.
Pihak berwenang berharap dengan menjaga anak-anak di rumah, kemacetan lalu lintas akan berkurang secara signifikan. "Kelas tatap muka akan dihentikan untuk semua siswa, kecuali Kelas 10 dan 12," kata Kepala Menteri Atishi, dalam sebuah pernyataan pada Minggu malam.
Sekolah dasar telah diperintahkan untuk menghentikan kelas tatap muka pada hari Kamis. Serangkaian pembatasan lebih lanjut diberlakukan pada Senin, termasuk pembatasan truk bertenaga diesel dan konstruksi.
Pemerintah menghimbau anak-anak dan orang tua, serta mereka yang memiliki masalah paru-paru atau jantung untuk tetap berada di dalam rumah sebisa mungkin. Banyak orang di kota tidak mampu membeli penyaring udara, mereka juga tidak memiliki rumah yang bebas dari udara berbau busuk yang disalahkan sebagai penyebab ribuan kematian dini.
Perintah tersebut mulai berlaku pada Senin pagi.
New Delhi dan wilayah metropolitan sekitarnya, yang merupakan rumah bagi lebih dari 30 juta orang, secara konsisten menempati peringkat teratas dunia untuk polusi udara di musim dingin. Suhu yang lebih dingin dan angin yang bertiup pelan memperburuk situasi dengan memerangkap polutan yang mematikan setiap musim dingin, yang berlangsung dari pertengahan Oktober hingga setidaknya Januari.
Mahkamah Agung India bulan lalu memutuskan bahwa udara bersih merupakan hak asasi manusia yang fundamental. Mahkamah memerintahkan pemerintah pusat dan otoritas tingkat negara bagian untuk mengambil tindakan.