Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

internasional

AS Beri Israel Senjata Senilai Rp280,5 Triliun sejak Serangan 7 Oktober

Dana sebanyak US$4,86 miliar lainnya telah dihabiskan AS untuk mencegah serangan Houthi di Laut Merah

8 Oktober 2024 | 11.45 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, JAKARTA--Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah memberi Israel setidaknya US$17,9 miliar atau sekitar Rp 280,5 triliun bantuan militer sejak serangan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu. AS juga menggelontorkan setidaknya US$4,86 miliar lagi untuk melawan Houthi Yaman di Laut Merah, menurut sebuah laporan baru yang dirilis Brown University pada Senin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, laporan terbaru tersebut diselesaikan sebelum Pentagon mengumumkan pengerahan pasukan dan aset tambahan ke Timur Tengah pada pekan lalu, serta dimulainya invasi Israel lainnya ke Lebanon. Hal ini diperkirakan akan menimbulkan kerugian ratusan juta, bahkan miliaran dolar bagi AS.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Laporan tersebut juga tidak memasukkan upaya AS pekan lalu yang membantu Israel menggagalkan serangan Iran terbesar yang melibatkan hampir 200 rudal. Perkiraan kasar menunjukkan bahwa serangan itu menelan biaya sebesar US$100 juta, yang menyebabkan AS menggunakan sekitar 12 Rudal Standar.

Beberapa senjata yang dikirimkan selama setahun terakhir termasuk peluru artileri, bom penghancur bunker seberat 2.000 pon atau hampir 1 ton, dan bom berpemandu presisi. Pengisian kembali Iron Dome Israel dan David’s Sling yang digunakan untuk pertahanan rudal merupakan bagian besar dari bantuan AS.

“Pelaporan pemerintah yang tambal sulam mengenai bantuan militer AS ke Israel sangat kontras dengan perlakuan terhadap bantuan militer ke Ukraina, di mana jumlah dolar, jalur pengiriman, dan sistem tertentu yang diberikan (termasuk berapa banyak) secara rutin dilaporkan dalam lembar fakta yang disediakan pemerintah pada sebuah laporan secara teratur,” kata studi tersebut.

Militer AS mengumumkan bahwa mereka mengirim lebih banyak pasukan pekan lalu ke Timur Tengah ketika pertempuran antara Hizbullah Lebanon dan Israel meningkat.

“Mengingat meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dan karena kehati-hatian, kami mengirimkan sejumlah kecil personel militer AS tambahan untuk menambah kekuatan yang sudah ada di wilayah tersebut,” Sekretaris Pers Pentagon Mayjen Pat Ryder mengatakan kepada Al Arabiya.

Ryder tidak memberikan rincian lebih lanjut karena alasan keamanan operasi. Komando Pusat AS (CENTCOM) mengatakan tiga skuadron pesawat tambahan – F-15E, F-16, dan A-10 – telah tiba di Timur Tengah, dengan satu skuadron telah tiba pada Selasa lalu.

AS telah meningkatkan jumlah pasukannya dalam beberapa bulan terakhir di Timur Tengah, sehingga jumlah totalnya menjadi 40.000. Tidak jelas berapa banyak lagi yang dikerahkan.

Mengenai operasi yang dipimpin AS untuk menghalangi Houthi di Yaman, penelitian tersebut mengutip Angkatan Laut AS yang memperkirakan sekitar US$1 miliar amunisi telah digunakan pada Juni. Studi tersebut menghitung bahwa Pentagon mungkin membutuhkan tambahan dana darurat sebesar US$2 miliar selama beberapa bulan ke depan untuk melanjutkan perang melawan Houthi.

AS juga telah mengerahkan beberapa kelompok penyerang kapal induk ke Laut Merah. Menurut laporan tersebut, kelompok penyerang kapal induk yang terisi penuh dan beroperasi menghabiskan biaya hampir US$9 juta per hari. “Jadi secara total, aktivitas AS di kawasan ini telah menelan biaya setidaknya sekitar US$4,86 miliar dan kemungkinan akan meningkat tajam kecuali konflik yang lebih luas dengan Houthi dan aktor-aktor regional lainnya diselesaikan,” kata studi tersebut.

AL ARABIYA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus