Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (Menlu Retno) mengajak negara-negara ASEAN untuk terus meningkatkan upaya perlucutan senjata dan menjaga kawasan Asia Tenggara bebas senjata nuklir. Hal itu ia sampaikan ketika menghadiri pertemuan Komisi Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara (SEANWFZ Comission) pada Rabu, 24 Juli 2024 di Vientiane, Laos.
“Ancaman senjata nuklir semakin meningkat dan nyata,” kata menteri tersebut, seperti dikutip dari keterangan pers.
Retno mengatakan, keluarnya beberapa negara kunci dari perjanjian-perjanjian penting internasional semakin menjauhkan dunia dari cita-cita bebas senjata nuklir. Perjanjian-perjanjian nuklir yang dimaksud antara lain Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), Traktat Pelarangan Menyeluruh Uji Coba Nuklir, Traktat Peluru Kendali Anti-Balistik, dan Perjanjian Pengurangan Perlombaan Senjata Strategis (START).
JCPOA, kesepakatan nuklir Iran bersama negara-negara Barat anggota P5+1 (lima anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa) dan Uni Eropa (UE), kini terhenti setelah Amerika Serikat mundur dari pakta, begitu juga Iran sendiri pada 2020. Baru-baru ini, Iran mengatakan pihaknya sedang memulai kembali perundingan nuklir dengan Amerika melalui Oman.
Menurut Retno, penurunan komitmen dari negara-negara secara nyata akan memberikan dampak negatif bagi stabilitas di kawasan. Oleh karena itu, ia menyampaikan, apa pun tantangannya negara-negara ASEAN harus tetap berpegang teguh pada komitmen untuk menjadikan Asia Tenggara sebagai kawasan bebas senjata nuklir.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya ASEAN mendesak pemilik senjata nuklir untuk menjalankan komitmen mereka terhadap upaya perlucutan senjata dan nonproliferasi global. “ASEAN perlu menjalin kerja sama dengan kawasan bebas senjata nuklir lainnya,” kata dia.
Menyangkut hal ini, Indonesia menyambut baik penyelenggaraan pelatihan antara ASEAN dan OPANAL, yaitu organisasi internasional untuk perlucutan senjata nuklir di sebagian besar Amerika Latin dan Karibia. Keduanya membahas isu reservasi pada Mei 2024 lalu.
Pertemuan Komisi SEANWFZ hari ini pun menyambut baik rencana aksesi Timor-Leste ke dalam Traktat SEANWFZ, yang diharapkan dapat selesai tahun ini. Komisi itu juga menyambut baik berbagai kemajuan dari implementasi Rencana Aksi Traktat SEANWFZ periode 2023 - 2027.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pilihan Editor: Pertama dalam 5 Tahun, AS-Cina Gelar Perundingan Nuklir Informal
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini