Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Menlu Turki Cavusoglu Bilang Ini Soal Haley dan Voting Yerusalem

Dubes AS untuk PBB ,Nikki Haley, mengatakan akan mencatat nama negara yang menolak sikap AS soal status Kota Yerusalem. Menlu Turki sebut ini ancaman.

21 Desember 2017 | 09.33 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Lebih dari 5.000 wanita dari Israel dan wilayah Palestina melakukan long march ke Yerusalem. dw.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Istanbul -- Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, menilai ucapan Duta Besar Amerika Serikat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa terkait voting soal status Kota Yerusalem sebagai sebuah ancaman. Sebelumnya, Dubes AS untuk PBB, Nikki Haley, mengatakan dia akan mencatat nama-nama negara yang menentang langkah AS soal status Kota Yerusalem sebagai ibu kota Israel untuk dilaporkn ke Presiden Donald Trump.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


"Kami berharap ada dukungan kuat pada voting di PBB nanti. Tapi kita lihat, AS, yang sekarang sendirian, mulai menggunakan ancaman," kata Cavusoglu seperti dilansir Reuters, Rabu, 20 Desember 2017. "Tidak ada negara terhormat dan bermartabat akan mau tunduk kepada tekanan seperti ini."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 

Baca: Kamis, PBB Gelar Sidang Istimewa Bahas Status Kota Yerusalem

 

Sebelumnya, Ketua Dewan Eropa bidang Hubungan Luar Negeri, Carl Blidt, mengatakan pernyataan Haley sebagai bentuk kekhawatiran dan bernada ancaman menjelang dimulainya sidang umum PBB.

 


Casuvoglu menyatakan ini dalam jumpa pers bersama Menteri Luar Negeri Palestina, Riyad al-Maliki, di Istanbul, Turki. Casuvolgu juga meminta agar AS membatalkan keputusannya soal status Kota Yerusalem. "Kami menginginkan AS berbalik dari keputusan keliru dan tidak bisa diterima ini."


PBB akan menggelar Sidang Umum Istimewa pada Kamis, 21 Desember 2017, waktu setempat di New York. Sidang ini bakal dihadiri sekitar 193 negara. PBB menggelar sidang ini atas permintaan Yaman, Turki dan Organisasi Kerjasama Islam.


Pemerintah Israel juga berupaya melobi berbagai negara untuk mendapatkan dukungan pada sidang ini. Namun, Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, mengaku upaya itu sebenarnya percuma dan kemungkinan besar tidak berhasil.

"Kami tidak ragu bahwa resolusi itu akan disetujui. Namun resolusi ini tidak memiliki implikasi dan kami meminta Palestina untuk menghentikan perlawanan dan kembali ke meja perundingan," kata Danon kepada media Israel, Haaretz, Rabu, 20 Desember 2017.


Draf resolusi PBB itu berisi pernyataan, antara lain, bahwa status Kota Yerusalem dan komposisi demografi tidak boleh diubah. Juga ada pernyataan yang meminta negara-negara tidak membuka kantor misi diplomatik di Kota Yerusalem.

AS memveto draf ini pada sidang DK PBB awal pekan ini. Namun, 14 anggota DK PBB, termasuk empat anggota tetap mendukung draf itu, termasuk Inggris dan Perancis, yang merupakan sekutu dekat AS.

Selama sepuluh tahun terakhir, AS baru menggunakan hak veto sebanyak dua kali di DK PBB. Sebaliknya, Rusia telah memveto 16 kali draf resolusi terutama terkait Suriah dan Ukraina. Veto AS sebelumnya dilakukan pada 2011 saat menolak draf resolusi PBB yang mengecam aktivitas pemukiman Israel.


Ada lima negara yang memiliki hak veto yaitu AS, Rusia, Cina, Perancis, dan Inggris, yang merupakan anggota tetap DK PBB. Sedangkan 10 negara anggota lainnya mengisi posisi ini untuk dua tahun sebelum kemudian berganti negara lain. Isu Kota Yerusalem menjadi perhatian dunia internasional.

REUTERS | HAARETZ  | GUARDIAN

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus