Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Momen

22 Februari 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KOREA UTARA
Plot Teror ke Selatan

Korea Selatan menyatakan telah mengendus rencana serangan teror Korea Utara. Kantor berita pemerintah, Yonhap, melaporkan hal itu mengutip seorang politikus partai berkuasa yang mendapat informasi dari badan intelijen negara.

"Biro Intelijen Umum Korea Utara mempersiapkan serangan, termasuk peretasan, ke Selatan," kata anggota parlemen Korea Selatan, Lee Chul-woo, seusai pertemuan darurat antara partai berkuasa dan pemerintah tentang Korea Utara, Kamis pekan lalu. Pemerintah Seoul mengungkapkan kemungkinan Pyongyang meneror dengan racun atau penculikan.

Pemerintahan Kim Jong-un tampak kian bandel. Selain melakukan uji coba bom hidrogen dan meluncurkan roket, Pyongyang mengusir warga dan perusahaan Korea Selatan dari zona industri bersama Kaesong. Hal itu dilakukan tak lama setelah Seoul mengumumkan penutupannya. Amerika Serikat dan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa tengah merancang sanksi lebih keras terhadap Korea Utara.

TURKI
Kurdi Kembali Disalahkan

Pesawat Turki membombardir kamp milisi Kurdi di Irak pada Kamis pekan lalu. Pemerintah Turki menuding Partai Buruh Kurdi berada di balik bom bunuh diri di Ankara sehari sebelumnya.

Ledakan bom bunuh diri terjadi pada jam-jam sibuk di ibu kota Turki itu pada Rabu malam. Sedikitnya 28 orang tewas dan 61 terluka akibat sebuah mobil berisi penuh bom meledak di dekat bus yang membawa tentara di dekat gedung parlemen dan markas militer. Seluruh dunia mengutuk serangan teror tersebut. Termasuk Indonesia.

Perdana Menteri Ahmet Davutoglu menyebutkan pelaku adalah warga Suriah bernama Salih Necar. Dia diduga berkolaborasi dengan milisi Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), kelompok yang berafiliasi dengan pemberontak Partai Buruh Kurdi (PKK).

Tuduhan itu dibantah pemimpin YPG. "Kami menyangkal hal itu. Davutoglu sedang mempersiapkan hal lain. Mereka menembaki kami sepekan terakhir," kata Saleh Muslim, seperti dilaporkan Reuters. Belakangan, milisi YPG menjadi sekutu koalisi Amerika Serikat melawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Salah seorang pendiri PKK, Murat Karayilan, mengaku punya bukti bahwa pemerintah Turki memasok senjata dan amunisi kepada ISIS.

AMERIKA SERIKAT-KUBA
Obama ke Havana

Presiden Amerika Serikat Barack Obama bakal berkunjung ke Kuba. Lawatan ini merupakan perjalanan Presiden Amerika aktif pertama ke negeri cerutu itu selama hampir 90 tahun terakhir.

Lewat serangkaian cuitan di akun Twitter-nya, Obama menyebut banyaknya masalah yang harus diselesaikan. "Bulan depan, saya akan berkunjung ke Kuba dalam upaya meningkatkan kehidupan rakyat Kuba," katanya, seperti dilaporkan Miami Herald, Kamis pekan lalu.

Obama rencananya tiba pada 21 Maret mendatang. Kunjungan ini menjadi puncak perbaikan hubungan kedua negara yang bermusuhan sejak 1961 itu. Dia dan Raul Castro sepakat memulihkan hubungan diplomatik pada Desember 2014. Sejak itu, Washington mencabut sejumlah embargo perdagangan dan pembatasan perjalanan ke Havana. Kedua pihak juga saling membebaskan tahanan politik, lalu membuka kedutaan besar di ibu kota masing-masing.

PBB
Boutros Boutros-Ghali Wafat

Utusan Arab pertama yang menjadi Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Boutros Boutros-Ghali, wafat pada usia 93 tahun, Selasa pekan lalu. Mantan Menteri Luar Negeri Mesir itu memimpin PBB pada masa paling berat, 1992-1994, ketika krisis di Somalia, Rwanda, Timur Tengah, dan bekas Yugoslavia terjadi.

Lima tahun ia menjalankan masa tugasnya yang penuh kontroversi. Terutama saat PBB dikritik tidak berdaya mencegah genosida di Rwanda pada 1994 serta perang sipil di Angola pada 1990-an. Cucu mantan Perdana Menteri Mesir Boutros-Ghali ini mengecam negara-negara besar yang enggan mengirim pasukan perdamaian sehingga terjadi pembantaian. Terutama Amerika Serikat, yang dia lihat garang di Dewan Keamanan tapi melempem di lapangan.

Kritiknya yang keras kepada Amerika membuat negara itu geram. Penolakannya terhadap kampanye pengeboman Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Bosnia berujung pada pemecatan. Madeleine Albright, Duta Besar Amerika di PBB saat itu, menggunakan hak veto untuk menjegal pencalonannya yang kedua.

Namun warisan Boutros-Ghali masih ada hingga kini. Ban Ki-moon, Sekretaris Jenderal PBB saat ini, memuji upaya dia meningkatkan peran pasukan perdamaian. Dalam laporan bertajuk An Agenda for Peace, Boutros-Ghali menekankan pentingnya pembangunan perdamaian pascakonflik, gagasan yang tetap dipegang PBB.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus