Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Momen

31 Januari 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Thailand
Demonstrasi Marak Kembali

Demonstrasi kembali menghiasi jalanan Bangkok belakangan ini. Bahkan, Selasa pekan lalu, dua pihak, yakni Kaus Kuning dan Kaus Merah, bersama turun ke jalan. Bahkan kedua pihak juga berjanji tak akan menghentikan aksi mereka sampai tuntutan dipenuhi.

Aktivis Aliansi Rakyat untuk Demokrasi, yang dikenal dengan Kaus Kuning, bergabung dengan Thai Patriot Network dan Santi Asoke Buddhist. Mereka menekan pemerintahan Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva agar mencabut nota kesepahaman antara Thailand dan Kamboja soal sengketa perbatasan yang ditandatangani sepuluh tahun silam.

Tak jauh dari aksi mereka, di Monumen Demokrasi, aktivis Kaus Merah dari Front Bersatu untuk Demokrasi Melawan Kediktatoran menentang apa yang diprotes Kaus Kuning. Mereka juga memprotes pemerintah karena menangkap para pemimpin mereka. Mereka berjanji akan terus mengadakan protes secara rutin. n

Australia
Pengadilan Warga Indonesia

Tiga warga Indonesia diadili di Perth, Australia, Selasa pekan lalu. Hadi Han, 22 tahun, Abdul Rashid (60), dan Supriadi (32) didakwa melakukan penyelundupan manusia. Ketiganya ditangkap saat terjadi insiden tenggelamnya kapal yang membawa sejumlah pencari suaka dari Indonesia menuju Pulau Christmas, Desember lalu. "Masing-masing memfasilitasi dibawanya atau datangnya 69 orang Iran, Irak, dan Kurdi ke Australia," kata hakim Joe Randazzo.

Kapal nelayan yang nahas itu diyakini membawa sekitar 90 orang, termasuk tiga warga Indonesia tersebut. Ketika kapal tenggelam, tim penyelamat hanya berhasil menolong 41 orang. Tim menemukan 30 jenazah, tapi mereka yakin masih ada 20 orang yang tak ditemukan.

Ketiga warga Indonesia itu terancam hukuman 20 tahun penjara dan/atau denda US$ 220 ribu. "Mereka tidak senang. Itu benar-benar tragedi," kata pengacara ketiganya, David McKenzie.

Malaysia
Hukuman Penyiksa TKI Diperberat

Warga Malaysia yang dinyatakan bersalah melakukan penyiksaan terhadap seorang tenaga kerja Indonesia mendapat tambahan hukuman saat putusan banding keluar. Hau Yuan Tyng, yang tadinya mendapat hukuman lima tahun, kini harus menerima hukuman delapan tahun penjara.

Hakim Ghazali Cha menyatakan Hau Yuan Tyng tidak menunjukkan penyesalannya telah menganiaya Siti Hajar, 35 tahun. "Pembantu tidak bisa diperlakukan seperti budak. Mereka punya perasaan dan juga harus dilindungi," katanya. "Lebih lagi, ini melibatkan hubungan di antara dua negara bertetangga."

Pengacara Hau Yuan Tyng mengatakan kliennya adalah korban situasi politik Malaysia-Indonesia. Kasus penyiksaan terhadap Siti Hajar menyebabkan hubungan Malaysia dengan Indonesia memburuk. Tahun lalu, Indonesia memutuskan melakukan moratorium pengiriman tenaga kerja sektor domestik ke Malaysia. Di Malaysia, terdapat lebih dari sejuta warga Indonesia yang bekerja, dan kebanyakan dari mereka bekerja di sektor domestik serta menjadi buruh.

Libanon
Mikati Ditolak Sebagai PM

Perdana menteri baru Libanon, yang dinominasikan oleh Presiden Michel Suleiman, yaitu Najib Mikati, mendapat penolakan keras dari rakyat. Orang Sunni yang didukung Hizbullah untuk menggantikan Saad al-Hariri ini mendapat dukungan 68 dari 128 anggota parlemen. Pendukung Saad Hariri menolak nominasi itu dan menggelar aksi turun ke jalan. "Hizbullah turun, Mikati turun," mereka berteriak.

Pemerintahan Saad Hariri ambruk setelah Hizbullah dan sekutunya menarik diri dari koalisi. Mereka tak sepakat dengan upaya pengadilan para pelaku pembunuhan Rafiq al-Hariri, yang diduga melibatkan orang-orang Syiah yang merupakan anggota Hizbullah.

Setelah dipilih, Mikati menyerukan agar semua faksi di Libanon bersatu. "Semua pemimpin Libanon seharusnya bekerja sama menghadapi tantangan yang ada," katanya. Ia berjanji segera membentuk pemerintahan baru. Tapi Saad al-Hariri tak bersedia masuk pemerintahannya.

Filipina
Bom Guncang Manila

Sebuah bom meledakkan bus yang sedang melewati kawasan bisnis Makati, Manila, Selasa pekan lalu. Lima orang tewas dalam kejadian tersebut dan 13 orang lainnya cedera. Bom diduga diletakkan di bawah kursi penumpang.

Penyelidik menyatakan sedang mencari dua orang yang turun sebelum bus meledak. Namun mereka belum bisa memastikan siapa di belakang pengeboman ini. Hasil penyelidikan menunjukkan peralatan yang digunakan nyaris sama dengan yang biasa digunakan organisasi teroris di Filipina Selatan. "Ini membuat kita memikirkan kemungkinan ini adalah serangan teroris," kata penasihat keamanan nasional kepresidenan, Cesar Garcia.

Kelompok Abu Sayyaf dicurigai berada di balik pengeboman ini. Kelompok militan ini beberapa kali melakukan serangan di Manila. Sementara itu, Front Pembebasan Islam Moro yang terus memerangi Manila, tapi menyatakan siap memulai pembicaraan damai, menyangkal terlibat dalam kejadian tersebut.

Afganistan
Pelantikan Parlemen Baru

Setelah ribut berkepanjangan, Presiden Afganistan Hamd Karzai akhirnya melantik anggota parlemen Rabu pekan lalu. Sebelumnya, Karzai masih enggan dan meminta penundaan selama sebulan untuk pelantikan dan pembukaan sidang parlemen baru ini. Ia ingin pengadilan khusus yang dia bentuk untuk menyelidiki pelanggaran dalam pemilihan umum 18 Agustus lalu bisa melakukan tugasnya sebelum pelantikan.

Namun dia mendapat tentangan. Para anggota parlemen terpilih menilai tindakannya inkonstitusional. Mereka mendapat dukungan dari masyarakat internasional yang hawatir keributan di tingkat elite ini akan merambah jalanan.

Karzai pun akhirnya membuka sidang parlemen. Tapi ia tetap menunjukkan ketidaksukaannya pada hasil pemilu, tekanan yang ada, dan campur tangan asing. "Kita menghadapi masalah serius," katanya.

Purwani Diyah Prabandari (BBC, Reuters, AFP, Bernama, The Nation)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus