Mungkin macet

TAMPAKNYA upaya damai menjelang pemilu di Kamboja, yang dijadwalkan April tahun depan, masih alot. Kasus terbaru, iringan pasukan baret biru PBB untuk mengadakan pelucutan senjata di daerahdaerah kekuasaan Khmer Merah terhalang. Pasukan ini, di antara keempat pihak yang belum mau menyerahkan senjatanya. "Tentara Vietnam masih ada di Kamboja," alasan Khieu Samphan, pemimpinnya. "Ini suatu pelanggaran serius," keluh Yasushi Akashi, diplomat senior Jepang yang ditunjuk Sekjen PBB sebagai Ketua Pemerintahan Sementara PBB untuk Kamboja. Akashi berkalikali mencoba meyakinkan Khieu Samphan bahwa tak ada lagi tentara Vietna di Kamboja, tapi tak berhasil juga. Sedangkan Kamboja yang porakporanda membutukan dana mendesak sekitar Rp 1,2 trilyun. Dan ini bisa terwujud bila semua pihak di Kamboja bersedia duduk berunding dalam Konperensi Internasional tentang Rehabilitasi Kamboja di Tokyo awal pekan ini. Khieu Samphan bersikeras tidak akan hadir dalam pertemuan itu. Terakhir memang ada kabar dari Bangkok lewat juru bicara Kementerian Luar Negeri Muangthai bahwa pemimpin Khmer Merah itu bersedia hadir karena mendengar Pangeran Norodom Sihanouk, Pemimpin Dewan Nasional Tertinggi Kamboja, yang akan mewakili pemerintah koalisi Kamboja. "Namun, kami masih khawatir Khmer Merah akan memboikotnya," ujar seorang pejabat PBB. Pertempuran di Kamboja memang masih dimungkinkan, mengingat senjata maupun ranjau yang dipendam Khmer Merah sulit dilacak pihak lain, namun gampang digali oleh yang punya. Yuli Ismartono (Bangkok)