Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Berita Tempo Plus

Nasib Pengungsi Rohingya di ASEAN

Pengungsi Rohingya menghadapi masalah kesehatan dan pendidikan. ASEAN diharapkan dapat menangani pengungsi dan junta militer.

3 September 2023 | 00.00 WIB

Etnis Rohingya dalam sebuah pertemuan di Milwaukee, Wisconsin, Ameriksa Serikat, Juli 2021. Burmese Rohingya Community of Wisconsin
material-symbols:fullscreenPerbesar
Etnis Rohingya dalam sebuah pertemuan di Milwaukee, Wisconsin, Ameriksa Serikat, Juli 2021. Burmese Rohingya Community of Wisconsin

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Para pengungsi Rohingya kini menghadapi masalah kesehatan dan pendidikan.

  • Banyak negara tak memiliki kebijakan jelas dalam penanganan para pengungsi.

  • ASEAN diharapkan dapat bersikap tegas menangani para pengungsi Rohingya dan junta militer Myanmar.

“DI tengah malam, anak-anak itu menjerit karena mimpi buruk. Siksaan, kekerasan (yang dialami orang tua mereka dulu) jelas berdampak pada mereka juga,” kata Nur Hayati Ali, mahasiswa kedokteran di Milwaukee, Negara Bagian Wisconsin, Amerika Serikat, mengenai anak-anak pengungsi Rohingya yang ia tangani di Muslim Community and Health Center di Milwaukee. “Pada satu titik, hal itu mulai mempengaruhi kesehatan mereka,” ujarnya, Senin, 28 Agustus lalu.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Daniel Ahmad Fajri dan Abdul Manan berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Terdampar di Milwaukee"

Iwan Kurniawan

Sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada (1998) dan Master Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina (2020. Bergabung di Tempo sejak 2001. Meliput berbagai topik, termasuk politik, sains, seni, gaya hidup, dan isu internasional.

Di ranah sastra dia menjadi kurator sastra di Koran Tempo, co-founder Yayasan Mutimedia Sastra, turut menggagas Festival Sastra Bengkulu, dan kurator sejumlah buku kumpulan puisi. Puisi dan cerita pendeknya tersebar di sejumlah media dan antologi sastra.

Dia menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (2020).

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus