Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Terakhir kali Liana berbicara dengan suaminya, Husain, sebelum dia ditangkap oleh pasukan Ukraina, dia mengatakan apa yang selalu dia katakan kepadanya: "Semuanya baik-baik saja."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Husain, seorang tentara wajib militer berusia 21 tahun, dikirim dengan unit tentara Rusia pada pertengahan Juli ke sebuah pangkalan di wilayah Kursk barat yang menurutnya berjarak sembilan mil (15 km) dari perbatasan dengan Ukraina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ketika Husain menelepon istrinya pada 4 Agustus, ia mengatakan bahwa situasi di sana tampak tenang, kata Liana kepada Reuters. Satu-satunya tanda perang di Ukraina adalah dengungan pesawat tak berawak di atas kepala, yang melindungi para tentara saat mereka tidur.
Dua hari kemudian, ribuan tentara Ukraina menerobos perbatasan menuju Kursk dalam serangan kilat yang mengejutkan Moskow.
Selama sekitar tiga minggu, Liana tidak mendengar kabar dari Husain. Kemudian, pada hari Minggu, dia meneleponnya dari rumah sakit Moskow dan mengatakan bahwa dia telah dibebaskan bersama lebih dari 100 tawanan perang Rusia lainnya yang ditangkap di Kursk.
Husain mengatakan kepadanya bahwa unitnya telah berada di bawah gempuran Ukraina, dan bahwa ia dan dua anggota wajib militer lainnya adalah satu-satunya yang selamat dari unit tersebut.
Reuters tidak dapat memverifikasi secara independen cerita Husain.
Bagaimana sebenarnya posisi wajib militer di Rusia?
Pria Rusia diwajibkan untuk menyelesaikan satu tahun wajib militer sebelum usia 30 tahun, dengan sekitar 280.000 orang dipanggil setiap tahunnya. Serangan Ukraina telah membuka kembali perdebatan publik tentang apakah prajurit yang belum teruji harus diterjunkan ke medan perang.
Kurang dari dua minggu setelah mengirim pasukan ke Ukraina pada 2022, Presiden Vladimir Putin mengatakan: "Saya menekankan bahwa tentara wajib militer tidak berpartisipasi dalam permusuhan dan tidak akan berpartisipasi di dalamnya."
Keesokan harinya, kementerian pertahanan Rusia mengakui bahwa beberapa anggota militernya ikut bertempur di Ukraina. Putin memerintahkan penyelidikan dan berjanji untuk menghukum para pejabat yang bertanggung jawab.
Namun, lebih dari dua tahun kemudian, investigasi yang dilakukan oleh BBC Russian Service dan media independen Rusia, Important Stories, menunjukkan bahwa ratusan wajib militer telah dikirim ke Kursk untuk mempertahankan diri dari serangan Ukraina. Puluhan orang hilang atau ditangkap.
Reuters mengonfirmasi kematian dua anggota wajib militer itu dari akun yang diunggah oleh keluarga mereka di media sosial.
Artyom Dobrodumsky memenangkan medali dalam kompetisi karate anak-anak di wilayah Rostov selatan, dan lulus dari sekolah kadet. Ia berusia 22 tahun saat meninggal di Kursk.
Daniil Rubtsov, yang dibesarkan di barat laut Rusia, menerima pemberitahuan wajib militer pada Desember 2023. Ia berharap bisa menjadi penyelidik polisi, kata ibunya kepada surat kabar Rusia Novaya Gazeta. Ia meninggal di wilayah Kursk pada 7 Agustus pada usia 18 tahun.
Bagaimana kemampuan para wajib militer ini?
Analis militer Rusia mengatakan bahwa kecil kemungkinan para wajib militer yang bertempur di Kursk dipersiapkan untuk menghadapi unit-unit Ukraina yang telah teruji dalam pertempuran.
Beberapa dari mereka yang ditangkap direkrut pada Mei atau Juni dan mungkin hanya menjalani pelatihan minimum 45 hari, kata Pavel Luzin dari Pusat Analisis Kebijakan Eropa (CEPA), sebuah wadah pemikir AS.
"Hal terbaik yang dapat dilakukan oleh wajib militer Rusia adalah menyerahkan diri mereka kepada Ukraina dengan segera," kata Nico Lange, seorang ahli pertahanan di CEPA. "Mereka tidak akan selamat dari ini."
Selain kurangnya pengalaman tempur dan pelatihan, wajib militer Rusia, tidak seperti tentara kontrak yang menjadi sukarelawan untuk bertempur di Ukraina, adalah para pemuda yang tidak memiliki ketertarikan terhadap perang. Di bawah hukum Rusia, mereka harus menjalani wajib militer selama satu tahun dan dapat dikirim ke medan perang setelah empat bulan.
Tidak Siap Bertempur
Pengiriman wajib militer ke wilayah-wilayah rawan konflik bersenjata langsung, seperti Kursk, membuat banyak pihak khawatir, meskipun Kremlin telah menepis laporan ini sebagai “pemutarbalikan realita”. Para tentara muda ini belum cukup kemampuan untuk bertempur. Bahkan, menurut pengakuan seorang wajib militer yang menjadi tahanan di penjara Ukraina kepada The Moscow Times, ia dan unitnya hamper tidak memiliki apa-apa untuk membela diri.
"[Saya memiliki] senapan mesin Kalashnikov. Hanya senapan mesin. Dua senapan mesin untuk peleton kami. Dua RPG. Tujuh sampai delapan peluru untuk mereka. Itu saja. Dan granat," katanya.
Anggota wajib militer ini menggambarkan bagaimana peletonnya benar-benar kewalahan karena dikirim ke medan tempur dengan sedikit persiapan.
"Ketika kami diserang, kami bertempur dalam waktu yang sangat lama," katanya. "Kami ditembaki dari suatu tempat selama sekitar 2-3 jam. Dan kami mundur ke salah satu posisi. Untuk beberapa alasan, pasukan Ukraina tidak mencari posisi kami. Dan kami berhasil bertahan di sana dari malam hingga pagi. ... Sembilan orang kemungkinan besar menyerah segera setelah pertempuran dimulai. Dan kami tetap bersama komandan untuk menerima pertempuran. Karena kami harus melakukannya.”
Kelompok masyarakat sipil Rusia yang memberikan saran kepada para pria tentang cara menghindari wajib militer mengatakan bahwa mereka prihatin dengan tekanan terhadap para wajib militer untuk menandatangani kontrak untuk menjadi tentara profesional.
Alexei Tabalov, pendiri kelompok pendukung hukum Shkola Priziyvnika (Sekolah Wajib Militer), mengatakan bahwa para wajib militer, yang sebagian besar adalah remaja, sangat rentan terhadap pemaksaan semacam itu.
"Banyak yang mengatakan bahwa mereka bahkan tidak memiliki akses ke senjata, yang menegaskan bahwa mereka tidak dianggap sebagai peserta dalam kemungkinan permusuhan, atau membela sesuatu," kata Tabalov.
Dalam beberapa hari terakhir, katanya, wajib militer dari daerah-daerah termasuk timur jauh dan Bashkortostan di dekat Pegunungan Ural telah meminta nasihatnya, dan mengatakan bahwa mereka diberitahu bahwa mereka akan dikirim ke Kursk atau daerah perbatasan yang berdekatan dengan Bryansk dan Belgorod.
REUTERS | THE MOSCOW TIMES