Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Warga Palestina yang berada di Tepi Barat dan Gaza tidak yakin politisi sayap kanan Naftali Bennett akan membawa perubahan terhadap hubungan Israel - Palestina. Kalaupun ada perubahan, mereka menyakini sifatnya akan kecil saja yang berarti penindasan oleh Israel berpotensi akan tetap berlanjut.
"Dengan cepat ia bakal menunjukkan betapa ekstrim (kanan) ia di pemerintahan Israel," ujar perwakilan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Bassem Al-Salhi, dikutip dari kantor berita Reuters, Jumat, 4 Juni 2021.
Sentimen serupa dinyatakan oleh warga Palestina asal Gaza, Ahmed Rezik. Rezik berkata, tidak ada yang berbeda antara Netanyahu dan Bennett apabila melihat rekam jejaknya. Di sisi lain, lanjut ia, pergantian pemimpin di Israel tidak pernah memberikan perubahan selama ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sebagai catatan, Bennett kerap menjadikan pencaplokan bagian-bagian wilayah yang direbut Israel dalam perang 1967 sebagai kampanye politiknya. Tepi Barat adalah salah satunya.
"Bagi Israel, para calon pemimpin itu bisa bagus ataupun baik. Buat kami (Palestina), mereka buruk semua karena mereka menolak mengakui hak dan kedaulatan Palestina," ujar Rezik, 29 tahun.
Hamas, yang selama 11 hari bertempur melawan Israel Mei lalu, mengklaim kubu manapun di negeri Bintang Daud tersebut tidak memiliki perbedaan sikap soal Palestina. Mau kubu sayap kanan, kiri, maupun tengah, Hamas mengatakan Israel selalu menindas ketika masalah kedaulatan Palestina menjadi isu utama.Seorang pengunjuk rasa melemparkan batu ke arah tentara Israel dalam aksi protes terhadap serangan udara Israel di Jalur Gaza di sebuah pos pemeriksaan dekat Kota Nablus, Tepi Barat, Rabu, 19 Mei 2021. (Xinhua/Nidal Eshtayeh)
Sementara itu, di Israel, koalisi Lapid dan Bennet mengikutkan Partai Islam yang dipilih oleh komunitas Mulsim. Di Israel, Muslim mewakili 20 persen dari total populasi. Mansour Abbas, pemimpin partai terkait, berjanji bakal ada perubahan untuk menekan kekerasan di kota-kota Arab, tak terkecuali Gaza dan West Bank.
Diberitakan sebelumnya, Naftali Bennett, yang sempat memimpin organisasi gerakam pemukim Yesha di Tepi Barat, bakal menjadi PM Israel yang baru pekan depan. Ia menggantikan Benjamin Netanyahu. Hal tersebut tercapai usai ia menjalin koalisi dengan politisi sentris Yaid Lapir. Lapir sendiri telah diserahi kuasa untuk membentuk kabinet Israel yang baru paska Netanyahu gagal.
Ketika dipastikan bakal menggantikan Netanyahu, Naftali Bennet langsung memberikan sedikit keterangan soal status Palestina - Israel. Ia berkata, status quo hubungan Israel - Palestina akan tetap bertahan, termasuk soal status Tepi Barat. Walau begitu, ia berjanji mengupayakan pengurangan konflik untuk mencegah pertempuran kembali terjadi.
"Menurut pemahaman saya, konflik dengan Palestina itu perlu ditekan. Kami tidak akan menyelesaikannya, tetapi menekannya. Namun, kapanpun kami bisa memperbaiki kondisi dengan kesemaan titik, kualitas hidup, serta ekonomi, kami akan melakukan nya," ujar Bennett.
Baca juga: Mengenal Naftali Bennett, Sosok Anti-Palestina yang Akan Akhiri Era Netanyahu
ISTMAN MP | REUTERS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini