Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Panglima Militer Bangladesh Jenderal Waker-uz-Zaman mengumumkan pemerintahan transisi pada Senin malam, setelah Perdana Menteri Sheikh Hasina meninggalkan negara itu. Kaburnya Hasina terjadi pasca-demonstrasi yang disertai kekerasan di seluruh negeri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam pidatonya kepada rakyat setelah bertemu dengan para pemimpin partai politik, Zaman menyerukan perdamaian dan mengatakan tidak perlu memberlakukan darurat militer jika keadaan di Bangladesh kembali normal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia juga berjanji untuk menyelidiki kematian para pengunjuk rasa.
Sebelumnya, para mahasiswa telah menolak kemungkinan pengambilalihan kekuasaan oleh militer.
Asif Mahmud, koordinator utama demonstrasi yang sedang berlangsung, mengatakan dalam sebuah unggahan di media sosial bahwa mahasiswa tidak akan menerima pengambilalihan kekuasaan oleh militer.
Ratusan orang tewas dan terluka selama protes yang berlangsung sejak Juli, untuk menyuarakan penghapusan kuota jabatan pemerintah dan pengunduran diri Hasina--yang telah berkuasa sejak 2009.
Hasina, 76 tahun, adalah putri Sheikh Mujibur Rahman, pemimpin pendiri Bangladesh.
Hasina dilaporkan telah melarikan diri ke negara tetangga, India, dan belum mengeluarkan pernyataan apa pun.
Hasina, yang memerintah negara itu selama hampir dua dekade, menaiki helikopter militer pada Senin, kata seorang ajudannya kepada Al Jazeera, ketika massa dalam jumlah besar mengabaikan jam malam nasional untuk menyerbu istananya di Dhaka.
Laporan media di India menyebutkan sebuah pesawat yang membawa Hasina mendarat di Pangkalan Udara Hindon dekat New Delhi. Dia berada di dalam pesawat Angkatan Udara Bangladesh yang mendarat di pangkalan di Ghaziabad, saluran berita India Today melaporkan.
Pengunduran dirinya terjadi setelah hampir 300 orang tewas dalam beberapa minggu protes yang ingin ditumpas oleh pihak berwenang. Malam kekerasan mematikan pada Ahad menewaskan hampir 100 orang dan jam malam diberlakukan.
Pada Senin, massa dalam jumlah besar menyerbu istana perdana menteri, menghalangi Hasina untuk menyampaikan pidato.
Setidaknya 20 orang lagi tewas dalam kekerasan di Dhaka ketika pengunjuk rasa menyerbu gedung-gedung, kata seorang petugas polisi.
“Ada 20 jenazah di sini,” kata Bacchu Mia, inspektur polisi di Rumah Sakit Dhaka Medical College, tanpa memberikan rincian kematian mereka, meskipun para saksi dan petugas polisi lainnya melaporkan massa melancarkan serangan balas dendam terhadap kelompok saingannya.
Meskipun terjadi kekerasan, pada sore hari, suasana di jalanan berubah menjadi perayaan setelah berita kepergian perdana menteri menyebar.
Massa yang bergembira mengibarkan bendera, beberapa diantaranya menari di atas tank di jalanan, sebelum ribuan orang menerobos gerbang kediaman resmi Hasina.
Channel 24 Bangladesh menyiarkan gambar kerumunan orang berlarian ke dalam kompleks, melambaikan tangan ke kamera saat mereka merayakannya, menjarah perabotan dan buku sementara yang lain bersantai di tempat tidur.
AL JAZEERA | ANADOLU