Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Para Perempuan Penantang Maut

Pemerintah Kurdistan menyiapkan pasukan khusus perempuan. Mereka siap bertugas di garis depan melawan kelompok ISIS.

28 Juli 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sekumpulan orang berseragam loreng berbaris rapi di bawah sengatan matahari. Mereka menyandang senapan Kalashnikov di pundaknya. Sekilas mereka tampak seperti kaum Hawa.

Jika melihat lebih dekat, barulah terang bahwa mereka memang perempuan. Rambut panjang dibonggol di balik topi. Tampak sisa sapuan makeup di beberapa wajah mereka. Siapa sangka, para wanita ini bertugas di garis depan untuk memerangi milisi pemberontak, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Mereka adalah personel perempuan Peshmerga, tentara pemerintah regional Kurdistan kawasan otonom Sunni di utara Irak.

Prestasi Peshmerga, yang di antara anggotanya juga terdapat laki-laki, ditorehkan dalam gerilya penangkapan Saddam Hussein. Tentara wanitanya tak bisa diremehkan. "Beberapa dari mereka pernah bertempur bersama tentara laki-laki di garis depan," kata Komandan Unit Kolonel Nahida Ahmed Rashid, bangga. Peshmerga sebelumnya berhadapan dengan Ansar al-Islam, kelompok ekstremis Kurdi yang diduga jaringan Al-Qaidah.

Perempuan Kurdi terkenal karena kecantikan dan kepandaiannya dalam sastra. Namun, di sisi lain, keterlibatan mereka sebagai personel keamanan sudah dimulai saat suku Kurdi memperjuangkan kemerdekaan. Ketika Kurdi masih menjadi pemberontak terhadap pemerintah Irak, para istri menemani suami bergerilya di gunung-gunung. Mereka memasak, membangun tenda, mengobati korban luka, membawa amunisi, dan menyampaikan pesan. Sekarang mereka bertempur di garis depan secara formal.

Perempuan pertama yang bergabung dalam Peshmerga adalah Margareth Shello, pada 1960, di bawah kepemimpinan Jenderal Mustafa Barzani. Margareth pernah diasingkan 10 tahun ke Uni Soviet sebelum kembali ke wilayah Kurdi selatan. Mustafa memuji prajuritnya dengan berkata, "Baik laki-laki maupun perempuan, singa tetaplah singa."

Mereka dinamakan Peshmerga bukan tanpa alasan. Dalam bahasa Kurdi, peshmerga berarti orang yang menghadapi kematian. Nama ini diberikan saat Republik Kurdistan berdiri pada 1946. Komandan Unit Kontraterorisme Polat Talabani mengatakan ada 160 anggota batalion yang pernah dilatih Delta Force di bawah pengawasan Amerika Serikat pada 2003. Meski persenjataan era Soviet mereka tergolong kuno, Talabani mengklaim mereka unggul dalam keberanian dan daya tahan.

Sekarang anggota Unit Elite Perempuan Peshmerga tercatat 600 personel. Menurut Kepala Unit Elite Perempuan Kolonel Rasheed, ada ribuan anggota perempuan Peshmerga dalam sejarah Kurdi.

Awas Taufiq adalah satu dari perempuan yang bergabung dalam Peshmerga. Wanita menjelang kepala tiga ini termasuk yang akan ditugaskan di garis depan, Bai Hassan dan Kirkuk, lokasi produksi minyak. Awas sudah mengantongi restu keluarga. "Saya sudah berlatih delapan tahun untuk ini. Saya tidak takut. Saya akan mempertahankan tanah saya. Saya sangat senang berangkat," ujarnya.

Awas telah bercerai, memiliki dua putra. Dalam seminggu dia menghabiskan dua hari di kamp militer. Empat hari lainnya untuk bersama putra tercinta. Menurut dia, sang anak mendukung pilihannya untuk menjadi personel Peshmerga. Putranya tahu dia berjuang untuk hal yang benar.

Nahida, komandan unit itu, juga seorang ibu. Dia pun mengaku mendapat dukungan keluarga. "Saya punya putri usia 10 tahun. Ketika dia melihat video serangan ISIS di Facebook, dia bilang kepada saya, 'Ibu, tolonglah jika Ibu bertempur di garis depan, izinkan aku ikut dengan Ibu'," kata si wanita paruh baya, menirukan ucapan anaknya.

Para tentara wanita ini memang memiliki motivasi pribadi bergabung dengan Peshmerga. Layla, 25 tahun, tentara lain, geram lantaran saudara lelakinya, Meriwan, hilang pada 1996, ketika pemerintah Irak dan pemberontak Kurdi masih berseteru. "Saya akan berlatih sampai saya menjadi penembak terbaik di Irak," kata Layla.

Kini para personel Peshmerga mengaku siap menghadapi ISIS setelah digembleng dalam latihan selama 45 hari meliputi kick-boxing, latihan menyerang, dan penggunaan senjata. Tak tanggung-tanggung, mereka dilatih oleh pasukan khusus. Juru bicara Peshmerga, Halgurd Hikmet, mengatakan pada medio Juni ini Peshmerga ditempatkan di provinsi kaya minyak di Irak dan kawasan yang ditinggal tentara Irak, seperti pinggiran Kirkuk, termasuk Tuz Khurmato, kawasan dekat Hawija dan Dibs.

ISIS menguasai kawasan Jalula dan Sadiyah di Provinsi Diyala. Mereka dikhawatirkan berusaha menaklukkan Bagdad. Untuk itu, Peshmerga juga ditempatkan di Jalula hingga Kirkuk selatan.

Atmi Pertiwi (BBC, Jerusalem Post, The Guardian)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus