Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Paus Fransiskus, yang baru-baru ini meningkatkan kritiknya terhadap genosida Israel di Gaza, pada Kamis menerima Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Keduanya kemudian membahas situasi kemanusiaan yang “serius”.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kedua pemimpin tersebut seperti dilansir Reuters, yang sebelumnya telah bertemu beberapa kali, membahas upaya perdamaian dalam audiensi pribadi setengah jam menurut Vatikan, yang merilis gambar mereka tersenyum bersama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Abbas kemudian bertemu dengan Menteri Luar Negeri Tahta Suci Kardinal Pietro Parolin dan menteri luar negeri setara Vatikan, Paul Richard Gallagher.
Diskusi tersebut terfokus pada bantuan Gereja dalam “situasi kemanusiaan yang sangat serius di Gaza”, harapan adanya gencatan senjata, pembebasan semua sandera, dan “pencapaian solusi dua negara hanya melalui dialog dan diplomasi”, kata pernyataan Vatikan.
Menurut pernyataan tersebut, diskusi antara Paus Fransiskus dan Abbas juga mencakup perlunya penerapan solusi dua negara melalui “diplomasi dan dialog” dan pentingnya status khusus bagi Yerusalem.
Pertemuan tersebut terjadi beberapa hari setelah beredarnya foto yang menunjukkan Paus Fransiskus berdoa di depan Kandang Natal di Vatikan, di mana palungan bayi Yesus ditutupi dengan selendang keffiyeh hitam putih, yang merupakan simbol perlawanan Palestina.
Foto tersebut memicu protes dari Kedutaan Besar Israel di Tahta Suci, yang meminta keffiyeh dihapus, kata sumber diplomatik dan Vatikan.
Paus Fransiskus telah menyerukan perdamaian sejak serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, dan kampanye pembalasan Israel di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 44.800 warga Palestina, mayoritas adalah perempuan dan anak-anak.
Dalam beberapa minggu terakhir, dia telah memperkeras pernyataannya terhadap genosida Israel.
Pada akhir November, ia mengatakan bahwa "kesombongan penjajah... mengalahkan dialog" di "Palestina", sebuah posisi langka yang kontras dengan tradisi netralitas Tahta Suci.
Dalam kutipan dari bukunya yang akan diterbitkan pada November, ia menyerukan studi yang “hati-hati” mengenai apakah situasi di Gaza “sesuai dengan definisi teknis” genosida.
Paus Fransiskus mengecam penggunaan kekuatan yang "tidak bermoral" di Lebanon dan Gaza pada akhir September.
Tahta Suci telah mengakui Negara Palestina sejak 2013, dan mereka memelihara hubungan diplomatik, dan mendukung solusi dua negara.
Abbas juga dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni dan Presiden Sergio Mattarella di Roma.
Seperti dilansir Anadolu, tahun kedua genosida di Gaza telah menuai kecaman internasional, dimana para pejabat dan lembaga menyebut serangan tersebut dan pemblokiran pengiriman bantuan sebagai upaya yang disengaja untuk menghancurkan suatu populasi.
Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) bulan lalu mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan kepala pertahanannya Yoav Gallant karena kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di Gaza.
Pilihan Editor: Beri Pesan Tegas, Paus Fransiskus Resmikan Adegan Kelahiran Yesus Berbalut Keffiyeh Palestina