Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Paus Fransiskus menyebut serangan terhadap Lebanon sebagai "eskalasi yang mengerikan" dalam konflik Timur Tengah pada Rabu, 25 September 2024, di akhir audiensi umum mingguannya di Vatikan, yang berlangsung dua hari setelah ia membatalkan pertemuan karena flu ringan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Paus mengatakan bahwa serangan-serangan tersebut, di mana Israel mengatakan bahwa mereka telah menyerang target-target yang berafiliasi dengan gerakan Hizbullah yang didukung oleh Iran, "tidak dapat diterima" dan mendesak masyarakat internasional untuk melakukan segala sesuatu yang mungkin untuk menghentikan pertempuran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fransiskus tidak secara khusus menyebut Israel, tetapi mengatakan bahwa ia "sedih dengan berita dari Lebanon dalam beberapa hari terakhir bahwa pengeboman telah menyebabkan banyak kehancuran dan banyak korban".
Paus berusia 87 tahun itu, yang menderita sakit dalam beberapa tahun terakhir, tampil dalam kondisi yang baik di hadapan para hadirin, meskipun ia sempat terbatuk-batuk beberapa kali saat berbicara.
Vatikan belum memberikan rincian mengenai kesehatan Paus sejak mengumumkan pada Senin bahwa ia telah membatalkan pertemuan-pertemuannya pada hari itu. Saat itu mereka mengatakan bahwa Paus membuat keputusan tersebut sebagai tindakan pencegahan mengingat perjalanannya ke Luksemburg dan Belgia, yang dimulai pada hari Kamis.
Pada pertemuan itu, paus menegaskan rencananya untuk melanjutkan kunjungan, dan meminta doa untuk keberhasilannya.
Lawatan tersebut, kunjungan luar negerinya yang ke-46 sebagai paus, dilakukan kurang dari dua minggu setelah ia kembali dari lawatannya selama 12 hari di empat negara di Asia Tenggara dan Oseania.
Paus merujuk pada serangan di Lebanon dalam pernyataannya di akhir audiensi selama satu jam.
Fransiskus, yang menjadi paus sejak Maret 2013, kini secara rutin menggunakan kursi roda karena sakit lutut dan punggung. Awal tahun ini, ia membatalkan beberapa janji temu karena apa yang digambarkan oleh Vatikan sebagai flu, bronkitis, dan influenza.
Dalam perjalanan 2-13 September ke Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste dan Singapura, Fransiskus memiliki jadwal yang padat, menjadi pembicara utama dalam lebih dari 40 acara, dan menempuh jarak sekitar 33.000 km.
Fransiskus memulai audiensi umum pada Rabu dengan melakukan tur di sekitar kerumunan orang dengan mobil pop terbuka, melambaikan tangan kepada orang-orang ketika sebuah band memainkan versi orkestra dari lagu-lagu pop.
Dalam pesan utamanya kepada para peziarah, paus berfokus pada bahaya godaan, termasuk pornografi online, yang dilarang dalam ajaran Katolik.
REUTERS
Pilihan Editor: Bom-bom Berpemandu Rusia yang Membawa Petaka di Ukraina