DUNIA tahun 1978 tiba-tiba disentakkan oleh berita penting dari
Indo Cina Enam divisi tentara vietnam dikabarkan musuk ke
wilayah Kamboja dideking oleh tank dan bantuan artileri Pekan
lalu dikabarkan pasukan itu sudah berada di sekeliling ibukota
Kamboja. PnomPenh dalam jarak 60 Km.
Kamboja segera memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Vietnam
tepat hari terakhir tahun 1977. Lewat radio Phom Penh di akhir
tahun silang Presiden Khiu Sampan yang berpidato selama 46
menit. Melancarkan tuduhan dan kecaman kepada Hanoi yang
dituduhnya sedang melaksanakan rencana untuk menjadikan Kamboja
sebagi "anggota Uni Indo Cina yang didominasi oleh vietnam."
Lewat pidato itu pula Sampan mengungkapkan bahwa penyerbuan
Vietnan ke wilayah Kamboja sebenarnya telah dimulai September
yang lalu "Mereka telah merampok, memperkosa wanita kita,
membunuhi anak-anak, membakar ladang dan menyita beras rakyat
Mereka itu sungguh lebih keji dari rezim Thie dan Kao Ky yang
dulu memerintah di Saigon dengan dukungan Amerika" kata Presiden
Sampan.
Suara Sampan ditambah suara yang selama ini jarang terdengar
bekas kepala negara Pangeran Sihanouk. Ia yang dikabarkan masih
hidup dalam keadaan seperti ditahan ikut mengutuk serbuan
Vietnam.
Sehari setelahpidato Sampan- pada tahun baru - seorang juru
bicara pemerintah mengumumkan gerakan pasukan Vietnam ke dalam
wilayah Kamboja "Mereka melakukan penyerbuan di sepanjang
perbatasan dari Propinsi Rattanakiri hingga Kampot yang
panjangnya sekitar 10 kilometer" begitu juru bicara itu.
Pada hari yang sama pihak Kementerian Luar Negeri Kamboja
mengungkapkan apa yang disebutnya sebagai "rencana jahat
Vietnaun untuk menguasai Kamboja dengan cara menyelusupkai
setengah hingga satu juta jiwa orang Vietnam ke dalam wilayah
Kamboja." Pada kesempatan yang sama disebutkan pula. bahwa
serbuan besar-besaran Vietnam itu berlangsung bertepatan denan
berlangsungnya wabah kelaparan akibat kurangnya beras di negara
tersebut. Konon semboyan tentara Vietnam sekarang - menurut
versi Kamboja - Siapa yang perlu beras menyerbulah ke Kamboja.
Berita yang pasti mengenai jalannya pertempuran hingga saat
terakhir amat sulit diketahui. Kamboja adalah negara tertutup.
sedang Vietnam hanya sedikit lebih terbuka. Jadi berita yang
diperoleh cuma bersumber pada siaran resmi kedua belah pihak.
Sumber-sumber intelijen Amerika - yang mendapatkan berita lewat
monitoring elektronis terhadap wilayah pertempuran -
menyebutkan dicapainya kemajuan pesat oleh pasukan Vietnam. Pada
pertengahan pekan silam sumber Amerika itu sudah menyebutkan
terancamnya ibukota Kamboja sementara wilayah Paruh Bebek (120
kilometer dari Phnom Penh 100 kilometer dari Saigon) praktis
telah dikusai Vietnam. Sekitar 60 ribu tentaranya menyerbu
dengan dukungan persenjataan yang amat kuat - bikinan Uni Soviet
dan mungkin juga buatan Amerika yang dulu ditinggal dan oleh
rezim Vietnam Selatan. Dan prajurit Vietnam adalah prajurit
dengan pengalaman perang 30 tahun.
Dua hari setelah hubungan diplomatik kedua negara putus, Dubes
Kamboja di Vietnam, Sok Khecang, meninggalkan Hanoi. Dalam
perjalanan ke lapangan terbang, dubes dan keluarga serta stafnya
menggunakan mobil milik Kedubes Cina. Pejabat tinggi Kedubes
Cina ikut pula mengantarkan orang-orang Kamboja itu. Setibanya
di Peking, Sok Kheang bersama para pejabat di Kedubes Kamboja di
Peking mengeluarkan pernyataan yang mengecam Vietnam. Selain
mengulangi ucapan Presiden Khiu Sampan yang diucapkan beberapa
hari sebelumnya, Sok Kheang juga menyebut terbunuhnya 000
orang Kamboja oleh "aksi barbar tentara Vietnam di sepanjang
perbatasan sejak tahun 1975."
Beberapa hari kemudian lewat sebuah wawancara dengan kantor
berita resmi Vietnam, VNA, Perdana Menteri Vietnam. Pham Van
Dong menyangkal tuduhan bahwa negaranya telah menyerbu ke dalam
wilayah Kamboja. "Apa yang kami lakukan sebenarnya tidaklah
lebih dari sekedar mempertahankan diri sendiri," begitu Van Dong
berkata. Ia selanjutnya mengatakan: "Rakyat dan tentara kami di
perbatasan telah menunjukkan sikap menahan diri tapi Kamboja
menyalah-tafsirkannya sebagai tanda kelemahan, lalu melakukan
serangan."
Kepada wartawan VNA yang mewawancarainya, Perdana Menteri Van
Dong juga mengungkapkan bahwa bentrokan bersenjata di
perbatasan Kamboja-Vietnam sebenarnya bermula hanya beberapa
hari setelah rezim Saigon digulingkan pada tahun 1975. "Di tahun
1975, pasukan-pasukan Kamboja telah menyerbu ke Propinsi Ha
Tien dan Tay Ninh," kata Van Dong. Pernyataan terakhir Van Dong
ini nampaknya merupakan jawaban terhadap tuduhan Sok Kheang di
Peking yang menyebut Vietnam sebagai telah merebut propinsi itu
Nopember 1977 dan sebagian Propinsi Takeo December 1977.
Sulit antuk menduga siapa yang menemembak dulu. Tentara Kamboja
berkali-kali sebelumnya mengganggu perbatasan Muangthai, tapi
begitu fanatikkah mereka hingga mengganggu Vietnam Atau ada
dalang lain, misalnya Peking dan Moskow?
BERITA resmi Cina NCNA memang memberitakan secara lengkap
pernyataan Kamboja dan cuma memberi sedikit halaman kepada
pernyataan Vietnam. Termasuk yang diberitakan secara amat
sedikit adalah pernyataan Hanoi yang disiarkan oleh Surat kabar
pemeintah Vietnam Nhan Dan edisi tahun baru. Dalam koran Hanoi
itu disebutkan bahwa pertempuran yang kini terjadi di dalam
wilayah Kamboja sebenarnya dimulai sendiri oleh Kamboja.
"Tentara Kamboja telah membunuh ribuan penduduuk kami," begitu
tulis Nhan Dan.
Sementara itu radio Pnom Penh yang terdengar di Bangkok maupun
Peking nenyebut adanya "tenaga-tenaga asing yang ikut bertempur
di pihak tentara Vietnam yang menyerbu ke Kamboja." Tidak
disebutkan tenaga asing dari maa tapi para pengamat politik
cendeng untuk menafsirkan tuduhan itu ke rah tenaga Uni Soviet
yakni negara yang memang punya hubungan erat dengan Vietnam.
Sebaliknya. para pengungsi Vietnam yang baru tiba di Hongkong
menyebutkan bahwa sejak lama tentara Cina juga telah membantu
pasukan Kamboja yang terlibat pertempuran dengan pasukan
Vietnan di perbatasan kedua negara.
Sejak perang Vietnam selesai, hubungan Hanoi memang lebih dekat
ke Moskow dari Peking. Moskow punya potensi besar untuk
memberikan bantuan senjata kepada Vietnam. Meskipun selama
perang bantuan RRC tak banyak selisih dari bantuan Uni Soviet,
tapi sejak persetujuan gencatan senjata 1973 Soviet memberikan
$500 juta setahun untuk Vietnarn. RRC cuma 350 juta kira-kira.
Meski demikian, Hanoi senantiasa berusaha untuk tidak
menampakkan itu misalnya dengan cara tidak memilih pihak dalam
pertentangan terbuka Cina-Uni Soviet. Tapi dibandingkan dengan
Kamboja, memang hubungannya dcngan RRC kurang intim. Kamboja
memusatkan pemerintahan pengasingannya di Peking sebelum rezim
Lon Nol jatuh, hubungannya dengan Peking hingga kini senantiasa
amat baik, bahkan mendapat dukungan terbuka. Apalagi Uni Soviet
pernah mengakui rezim Lon Nol tempo hari.
Usaha Hanoi untuk mencairkan kebekuan hubungannya dengan Cina
antara lain dilakukan lewat kunjungan Le Duam Sekjen Partai
Komunis Vietnam, ke Peking Nopember yang lalu. Kunjungan itu
penuh kesopanan persahabatan, tapi hasilnya dingin. Vietnam
menolak desakan tuan rumah untuk secara bersama-sama menyamakan
dan sekaligus mengutuk Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai
"dua negara super yang mencari hegemoni di mana-mana."
Setelah itu, ketika bentrokan bersenjata Vietnam-Kamhoja makin
menjadijadi, Wakil Perdana Menteri Cina, Chen Yun Kuei,
melakukan kunjungan diam-diam ke wilayah Kamboja yang
terus-menerus ditembaki oleh Vietnam. Dan dua hari sebelum
Presiden Khiu Sampan memutuskan hubungan diplomatiknya dengan
Hanoi, Cina mengumumkan kembali klaimnya atas sejumlah pulau di
laut Cina Selatan, termasuk yang diakui oleh Hanoi sebagai
miliknya. Beberapa di antara pulau itu -- yang diperhitungkan
sebagai mengandung minyak bumi - telah pernah menyebabkan
timbulnya bentrokan antara tentara Cina dengan tentara Vietnam
beberapa tahun silam.
TANPA banyak diketahui dunia luar, ketegangan terbuka antara
Cina dan Vietnam sebenarnya sudah terjadi sejak bulan Maret
1977. Pada saat itu Vietnam secara mendadak dan amat
demonstratif menghentikan pengembalian para pengungsi Cina yang
memasuki wilayah Vietnam. Dan ini rupanya cuma merupakan jawaban
yang tegas terhadap sikap Cina yang juga tidak sudi lagi
mengembalikan para pelarian Vietnam yang terd ampar ke wilayah
Cina.
Walhasil sikap Cina yang menyokong Kamboja dan dingin terhadap
Vietnam bukanlah hal baru yang sulit diperhitungkan sebelumnya.
Juga bentrok bersenjata Vietnam-Kamboja bukan-soal baru. Bahkan
jauh sebelum bentrok pertama - yang diakui Pham Van
Dong-pertentangan itu telah terjadi. Yang masih mudah diingat
adalah digunakannya Kamboja sebagai jalur pengangkutan suplai -
lewat jalur Ho Chi Min - bagi pasukan Vietnam Utara dan Vietcong
yang bertempur di Vietnam Selatan. Raja Kamboja waktu itu,
Sihanouk, tidak bisa berbuat lain kecuali dengan berat
menyetujui tindakan Vietnam Utara tersebut. Keadaan ini
menimbulkan protes di kalangan tentara Kamboja yang di bulan
Maret 1970 menggulingkan Sihanouk ketika yang terakhir ini
sedang berada di luar negeri.
PENGGULINGAN Sihanoukdan sikap pemerintahan baru - di bawah
phnpinan Marsekal Lon Nol -- yang amat pro Amerika Serikat,
membuka jalan bagi Vietnam Utara - bekerja sama dengan Khmer
Merah - untuk lebih banyak memasukkan pasukannya ke dalam
wilayah Kamboja. Ketika Lon Nol digulingkan pada tahun 1975,
berdivisi-divisi tentara Vietnam Utara masih berada di wilayah
Kamboja. Barangkali pasukan Vietnam itulah karena pengenalannya
atas wilayah Kamboja yang kini menyerbu.
Ada juga dugaan bahwa pengalaman zaman lalu masih terasa di
sana. Di abad ke-19. Kamboja nyaris saja menjelma menjadi salah
satu propinsi Vietnam. Kepahitan mengenang masa silam itu terasa
dalam pidato Wakil Perdana Menteri Leng Sary di depan sidang
umum PBB Oktober yang lalu mengingatkan dunia bahwa: "Sejak
berabad-abad rakyat kami selalu dipaksa untuk hidup sebagai
budak. Negeri kami diduduki, dieksploitir, dan ditindas oleh
negara asing feodai, kolonialis dan imperialis dan kehilangan
banyak wilayahnya. Perbatasan kami yang makin menyempit sekarang
ini adalah akibat agresi, ekspansi dan pencaplokan yang
terus-menerus dari kekuatan asing."
Apakah kepahitan itu yang menyebabkan Kamboja terjerumus dalam
banyak konflik dengan sekitarnya? Mungkin. Di sebelah selatan
Kamboja. terletak Muangthai yang hingga kini tidak memiliki
perbatasan yang tegas dengan Kamboja. Orang-orang Kamboja dengan
yakin mengakui bahwa sebagian besar wilayah selatan mereka kini
berada dalam penguasaan Muangthai. Pertempuran yang kini sering
terjadi di perbatasan Kamboja-Muangthai kelihatannya memang
cumamerupakan aksi perampokan dari tentara Khmer Merah yang
kekurangan bahan-bahan makanan. Tapi jauh di balik masalah bahan
makanan itu terletak masalah sengketa wilayah yang terjadi sejak
abad yang silam, ketika Kerajaan Muangthai meluaskan wilayahnya
bukan saja ke dalam wilayah Kamboja, tapi juga ke wilayah Laos,
Burma dan Malaya.
Mungkin juga pertempuran di perbatasan Vietnam-Kamboja dimulai
dari keruwetan masalah wilayah. Meskipun ada juga tuduhan
sebagai pelaksanaan dari apa yang dikenal sebagai "doktrin Ho
Chi Min" - persatuan Indo Cina di bawah pimpinan Hanoi. Setelah
Vietnam bersatu di tahun 1975, Laos dan Kamboja - menurut
tuduhan itu - adalah sasaran berikutnya. Laos dengan penduduk
2 juta punya kecenderungan yang sama dengan Vietllam ke Uni
Soviet. Jadi tinggal Kamboja.
Kamboja sendiri mencoba berhati-hati. Meskipun ada sengketa
perbatasan antara Laos dengan Kamboja, soal ini ditekan ke bawah
oleh Pnom Penh. Presiden Laos, Pangeran Souphanouveng
berkunjung ke Pnom Penh Desember yang lalu. Ia diterima dengan
amat hangat oleh para pembesar Kamboja. Selama kunjungan
berlangsung. Radio Pnom Penh menyiarkan sejarah Laos yang
dianggap mempunyai persamaan dengan sejarah Kamboja. Radio itu
menyebutkan bahwa kedua negara sama-sama pernah menderita di
bawah penjajanan Feodalis Annam dari Timur, dan Feodalis Siam
dari barat." Annam adalah nama lama buat Vietnam sedang Siam
nama lain buat Muangthai.
Tanggal 5 Januari yang lalu Kamboja merayakan ulang tahun
keduanya sebagai negara komunis. Lewat radio Pnom Penh pada hari
itu, untuk kesekian kalinya pemerintah Kamboja menolak tawaran
berunding Vietnam selama pasukan penyerbu masih berada di
wilayah kami." Radio itu juga menyiarkan adanya kesepakatan
bersama antara pemuda dan tentara untuk terus "mempertahankan
kemerdekaan, kedaulatan, integritas wilayah, keamanan penduduk,
kekuasaan negara atas petani dan pekerja serta
kepentingan-kepentingan lainnya."
Dua hari setelah perayaan itu, serangan-serangan pasukan Vietnam
berhenti secara tiba-tiba. Pasukan Vietnam. yang bersenjata
lengkap dengan jumlah yang cukup besar itu sebenarnya bisa saja
menduduki Pnom Penh setiap saat. Tapi Hanoi nampaknya bersikap
menahan diri dan memerintahkan tentaranya - yang kini kabarnya
telah menguasai seluruh kawasan Paruh Bebek--untuk tidak
melanjutkan gerakan. Sumber-sumber intelijen Muangthai
mengungkapkan bahwa sikap menahan diri Hanoi tersebut disebabkan
oleh suatu perhitungan bahwa gerakan militer yang mereka lakukan
telah cukup untuk menyelesaikan sengketa perbatasan.
Sumber intelijen itu juga menyebut bahwa dengan hasil yang telah
dicapai oleh gerakan militer Vietnam selama, sepekan itu, Hanoi
berharap bisa memaksakan suatu perubahan dalam kepemimpinan di
Kamboja. Hal demikian ini nampaknya usana maksimal yang bisa
dilakukan oleh Hanoi untuk memak. Pnom Penh mengikuti kehendai
Hamoi yang oleh koran Perancis, Qudtidien de Paris, edisi 2
Januari, disebut sebagai "tidak lagi menyembunyikan ambisinya
untuk menguasai seluruh Indo Cina."
MESKI mempunyai pasukan yang ampuh, bersenjata lengkap
dengan prajurit terlatih yang berjumlah besar, Hunoi
nampaknya tidak berniat secara sepenuhnya menggunakan kekerasan
dalam menarik Kamboja ke dalam wilayah pengaruhnya. Selain hal
itu akan makin menimbulkan ketakutan negara-negara Asia Tenggara
- yang kini sedang didekati oleh Hanoi lewat kunjungan menlunya
beberapa hari silam-- terhadap agresivitas Vietnam Cina juga
tidak akan tinggal diam jika Kamboja begitu saja diserbu dan
diduduki oleh Vietnam. Keterlibatan Cina tentu akan membuat Uni
Soviet tidak tinggal diam. Dalam hal ini yang jadi siap adalah:
apakah Cina dan Uni Soviet sudah siap memasuki peperangan hanya
lantaran sengketa di Asia Tenggara ini? Nampaknya tidak. Tapi
perang diam-diam untuk pengaruh masih akan lama. Dan agaknya
memang di sanalah rebutan pengaruh Peking dan Moskow itu paling
intensif, meskipun baik Vietnam maupun Kamboja pandai mengelak
untuk jadi sekedar satelit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini