Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Perang indocina meletus lagi ? perang dua komunis

Vietnam menyerbu kamboja dengan 6 devisi tentaranya & menguasai wilayah di sekeliling ibukota kamboja. kamboja menuduh soviet membantu vietnam, sedang kamboja sejak lama telah dibantu cina. (ln)

14 Januari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUNIA tahun 1978 tiba-tiba disentakkan oleh berita penting dari Indo Cina Enam divisi tentara vietnam dikabarkan musuk ke wilayah Kamboja dideking oleh tank dan bantuan artileri Pekan lalu dikabarkan pasukan itu sudah berada di sekeliling ibukota Kamboja. PnomPenh dalam jarak 60 Km. Kamboja segera memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Vietnam tepat hari terakhir tahun 1977. Lewat radio Phom Penh di akhir tahun silang Presiden Khiu Sampan yang berpidato selama 46 menit. Melancarkan tuduhan dan kecaman kepada Hanoi yang dituduhnya sedang melaksanakan rencana untuk menjadikan Kamboja sebagi "anggota Uni Indo Cina yang didominasi oleh vietnam." Lewat pidato itu pula Sampan mengungkapkan bahwa penyerbuan Vietnan ke wilayah Kamboja sebenarnya telah dimulai September yang lalu "Mereka telah merampok, memperkosa wanita kita, membunuhi anak-anak, membakar ladang dan menyita beras rakyat Mereka itu sungguh lebih keji dari rezim Thie dan Kao Ky yang dulu memerintah di Saigon dengan dukungan Amerika" kata Presiden Sampan. Suara Sampan ditambah suara yang selama ini jarang terdengar bekas kepala negara Pangeran Sihanouk. Ia yang dikabarkan masih hidup dalam keadaan seperti ditahan ikut mengutuk serbuan Vietnam. Sehari setelahpidato Sampan- pada tahun baru - seorang juru bicara pemerintah mengumumkan gerakan pasukan Vietnam ke dalam wilayah Kamboja "Mereka melakukan penyerbuan di sepanjang perbatasan dari Propinsi Rattanakiri hingga Kampot yang panjangnya sekitar 10 kilometer" begitu juru bicara itu. Pada hari yang sama pihak Kementerian Luar Negeri Kamboja mengungkapkan apa yang disebutnya sebagai "rencana jahat Vietnaun untuk menguasai Kamboja dengan cara menyelusupkai setengah hingga satu juta jiwa orang Vietnam ke dalam wilayah Kamboja." Pada kesempatan yang sama disebutkan pula. bahwa serbuan besar-besaran Vietnam itu berlangsung bertepatan denan berlangsungnya wabah kelaparan akibat kurangnya beras di negara tersebut. Konon semboyan tentara Vietnam sekarang - menurut versi Kamboja - Siapa yang perlu beras menyerbulah ke Kamboja. Berita yang pasti mengenai jalannya pertempuran hingga saat terakhir amat sulit diketahui. Kamboja adalah negara tertutup. sedang Vietnam hanya sedikit lebih terbuka. Jadi berita yang diperoleh cuma bersumber pada siaran resmi kedua belah pihak. Sumber-sumber intelijen Amerika - yang mendapatkan berita lewat monitoring elektronis terhadap wilayah pertempuran - menyebutkan dicapainya kemajuan pesat oleh pasukan Vietnam. Pada pertengahan pekan silam sumber Amerika itu sudah menyebutkan terancamnya ibukota Kamboja sementara wilayah Paruh Bebek (120 kilometer dari Phnom Penh 100 kilometer dari Saigon) praktis telah dikusai Vietnam. Sekitar 60 ribu tentaranya menyerbu dengan dukungan persenjataan yang amat kuat - bikinan Uni Soviet dan mungkin juga buatan Amerika yang dulu ditinggal dan oleh rezim Vietnam Selatan. Dan prajurit Vietnam adalah prajurit dengan pengalaman perang 30 tahun. Dua hari setelah hubungan diplomatik kedua negara putus, Dubes Kamboja di Vietnam, Sok Khecang, meninggalkan Hanoi. Dalam perjalanan ke lapangan terbang, dubes dan keluarga serta stafnya menggunakan mobil milik Kedubes Cina. Pejabat tinggi Kedubes Cina ikut pula mengantarkan orang-orang Kamboja itu. Setibanya di Peking, Sok Kheang bersama para pejabat di Kedubes Kamboja di Peking mengeluarkan pernyataan yang mengecam Vietnam. Selain mengulangi ucapan Presiden Khiu Sampan yang diucapkan beberapa hari sebelumnya, Sok Kheang juga menyebut terbunuhnya 000 orang Kamboja oleh "aksi barbar tentara Vietnam di sepanjang perbatasan sejak tahun 1975." Beberapa hari kemudian lewat sebuah wawancara dengan kantor berita resmi Vietnam, VNA, Perdana Menteri Vietnam. Pham Van Dong menyangkal tuduhan bahwa negaranya telah menyerbu ke dalam wilayah Kamboja. "Apa yang kami lakukan sebenarnya tidaklah lebih dari sekedar mempertahankan diri sendiri," begitu Van Dong berkata. Ia selanjutnya mengatakan: "Rakyat dan tentara kami di perbatasan telah menunjukkan sikap menahan diri tapi Kamboja menyalah-tafsirkannya sebagai tanda kelemahan, lalu melakukan serangan." Kepada wartawan VNA yang mewawancarainya, Perdana Menteri Van Dong juga mengungkapkan bahwa bentrokan bersenjata di perbatasan Kamboja-Vietnam sebenarnya bermula hanya beberapa hari setelah rezim Saigon digulingkan pada tahun 1975. "Di tahun 1975, pasukan-pasukan Kamboja telah menyerbu ke Propinsi Ha Tien dan Tay Ninh," kata Van Dong. Pernyataan terakhir Van Dong ini nampaknya merupakan jawaban terhadap tuduhan Sok Kheang di Peking yang menyebut Vietnam sebagai telah merebut propinsi itu Nopember 1977 dan sebagian Propinsi Takeo December 1977. Sulit antuk menduga siapa yang menemembak dulu. Tentara Kamboja berkali-kali sebelumnya mengganggu perbatasan Muangthai, tapi begitu fanatikkah mereka hingga mengganggu Vietnam Atau ada dalang lain, misalnya Peking dan Moskow? BERITA resmi Cina NCNA memang memberitakan secara lengkap pernyataan Kamboja dan cuma memberi sedikit halaman kepada pernyataan Vietnam. Termasuk yang diberitakan secara amat sedikit adalah pernyataan Hanoi yang disiarkan oleh Surat kabar pemeintah Vietnam Nhan Dan edisi tahun baru. Dalam koran Hanoi itu disebutkan bahwa pertempuran yang kini terjadi di dalam wilayah Kamboja sebenarnya dimulai sendiri oleh Kamboja. "Tentara Kamboja telah membunuh ribuan penduduuk kami," begitu tulis Nhan Dan. Sementara itu radio Pnom Penh yang terdengar di Bangkok maupun Peking nenyebut adanya "tenaga-tenaga asing yang ikut bertempur di pihak tentara Vietnam yang menyerbu ke Kamboja." Tidak disebutkan tenaga asing dari maa tapi para pengamat politik cendeng untuk menafsirkan tuduhan itu ke rah tenaga Uni Soviet yakni negara yang memang punya hubungan erat dengan Vietnam. Sebaliknya. para pengungsi Vietnam yang baru tiba di Hongkong menyebutkan bahwa sejak lama tentara Cina juga telah membantu pasukan Kamboja yang terlibat pertempuran dengan pasukan Vietnan di perbatasan kedua negara. Sejak perang Vietnam selesai, hubungan Hanoi memang lebih dekat ke Moskow dari Peking. Moskow punya potensi besar untuk memberikan bantuan senjata kepada Vietnam. Meskipun selama perang bantuan RRC tak banyak selisih dari bantuan Uni Soviet, tapi sejak persetujuan gencatan senjata 1973 Soviet memberikan $500 juta setahun untuk Vietnarn. RRC cuma 350 juta kira-kira. Meski demikian, Hanoi senantiasa berusaha untuk tidak menampakkan itu misalnya dengan cara tidak memilih pihak dalam pertentangan terbuka Cina-Uni Soviet. Tapi dibandingkan dengan Kamboja, memang hubungannya dcngan RRC kurang intim. Kamboja memusatkan pemerintahan pengasingannya di Peking sebelum rezim Lon Nol jatuh, hubungannya dengan Peking hingga kini senantiasa amat baik, bahkan mendapat dukungan terbuka. Apalagi Uni Soviet pernah mengakui rezim Lon Nol tempo hari. Usaha Hanoi untuk mencairkan kebekuan hubungannya dengan Cina antara lain dilakukan lewat kunjungan Le Duam Sekjen Partai Komunis Vietnam, ke Peking Nopember yang lalu. Kunjungan itu penuh kesopanan persahabatan, tapi hasilnya dingin. Vietnam menolak desakan tuan rumah untuk secara bersama-sama menyamakan dan sekaligus mengutuk Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai "dua negara super yang mencari hegemoni di mana-mana." Setelah itu, ketika bentrokan bersenjata Vietnam-Kamhoja makin menjadijadi, Wakil Perdana Menteri Cina, Chen Yun Kuei, melakukan kunjungan diam-diam ke wilayah Kamboja yang terus-menerus ditembaki oleh Vietnam. Dan dua hari sebelum Presiden Khiu Sampan memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Hanoi, Cina mengumumkan kembali klaimnya atas sejumlah pulau di laut Cina Selatan, termasuk yang diakui oleh Hanoi sebagai miliknya. Beberapa di antara pulau itu -- yang diperhitungkan sebagai mengandung minyak bumi - telah pernah menyebabkan timbulnya bentrokan antara tentara Cina dengan tentara Vietnam beberapa tahun silam. TANPA banyak diketahui dunia luar, ketegangan terbuka antara Cina dan Vietnam sebenarnya sudah terjadi sejak bulan Maret 1977. Pada saat itu Vietnam secara mendadak dan amat demonstratif menghentikan pengembalian para pengungsi Cina yang memasuki wilayah Vietnam. Dan ini rupanya cuma merupakan jawaban yang tegas terhadap sikap Cina yang juga tidak sudi lagi mengembalikan para pelarian Vietnam yang terd ampar ke wilayah Cina. Walhasil sikap Cina yang menyokong Kamboja dan dingin terhadap Vietnam bukanlah hal baru yang sulit diperhitungkan sebelumnya. Juga bentrok bersenjata Vietnam-Kamboja bukan-soal baru. Bahkan jauh sebelum bentrok pertama - yang diakui Pham Van Dong-pertentangan itu telah terjadi. Yang masih mudah diingat adalah digunakannya Kamboja sebagai jalur pengangkutan suplai - lewat jalur Ho Chi Min - bagi pasukan Vietnam Utara dan Vietcong yang bertempur di Vietnam Selatan. Raja Kamboja waktu itu, Sihanouk, tidak bisa berbuat lain kecuali dengan berat menyetujui tindakan Vietnam Utara tersebut. Keadaan ini menimbulkan protes di kalangan tentara Kamboja yang di bulan Maret 1970 menggulingkan Sihanouk ketika yang terakhir ini sedang berada di luar negeri. PENGGULINGAN Sihanoukdan sikap pemerintahan baru - di bawah phnpinan Marsekal Lon Nol -- yang amat pro Amerika Serikat, membuka jalan bagi Vietnam Utara - bekerja sama dengan Khmer Merah - untuk lebih banyak memasukkan pasukannya ke dalam wilayah Kamboja. Ketika Lon Nol digulingkan pada tahun 1975, berdivisi-divisi tentara Vietnam Utara masih berada di wilayah Kamboja. Barangkali pasukan Vietnam itulah karena pengenalannya atas wilayah Kamboja yang kini menyerbu. Ada juga dugaan bahwa pengalaman zaman lalu masih terasa di sana. Di abad ke-19. Kamboja nyaris saja menjelma menjadi salah satu propinsi Vietnam. Kepahitan mengenang masa silam itu terasa dalam pidato Wakil Perdana Menteri Leng Sary di depan sidang umum PBB Oktober yang lalu mengingatkan dunia bahwa: "Sejak berabad-abad rakyat kami selalu dipaksa untuk hidup sebagai budak. Negeri kami diduduki, dieksploitir, dan ditindas oleh negara asing feodai, kolonialis dan imperialis dan kehilangan banyak wilayahnya. Perbatasan kami yang makin menyempit sekarang ini adalah akibat agresi, ekspansi dan pencaplokan yang terus-menerus dari kekuatan asing." Apakah kepahitan itu yang menyebabkan Kamboja terjerumus dalam banyak konflik dengan sekitarnya? Mungkin. Di sebelah selatan Kamboja. terletak Muangthai yang hingga kini tidak memiliki perbatasan yang tegas dengan Kamboja. Orang-orang Kamboja dengan yakin mengakui bahwa sebagian besar wilayah selatan mereka kini berada dalam penguasaan Muangthai. Pertempuran yang kini sering terjadi di perbatasan Kamboja-Muangthai kelihatannya memang cumamerupakan aksi perampokan dari tentara Khmer Merah yang kekurangan bahan-bahan makanan. Tapi jauh di balik masalah bahan makanan itu terletak masalah sengketa wilayah yang terjadi sejak abad yang silam, ketika Kerajaan Muangthai meluaskan wilayahnya bukan saja ke dalam wilayah Kamboja, tapi juga ke wilayah Laos, Burma dan Malaya. Mungkin juga pertempuran di perbatasan Vietnam-Kamboja dimulai dari keruwetan masalah wilayah. Meskipun ada juga tuduhan sebagai pelaksanaan dari apa yang dikenal sebagai "doktrin Ho Chi Min" - persatuan Indo Cina di bawah pimpinan Hanoi. Setelah Vietnam bersatu di tahun 1975, Laos dan Kamboja - menurut tuduhan itu - adalah sasaran berikutnya. Laos dengan penduduk 2 juta punya kecenderungan yang sama dengan Vietllam ke Uni Soviet. Jadi tinggal Kamboja. Kamboja sendiri mencoba berhati-hati. Meskipun ada sengketa perbatasan antara Laos dengan Kamboja, soal ini ditekan ke bawah oleh Pnom Penh. Presiden Laos, Pangeran Souphanouveng berkunjung ke Pnom Penh Desember yang lalu. Ia diterima dengan amat hangat oleh para pembesar Kamboja. Selama kunjungan berlangsung. Radio Pnom Penh menyiarkan sejarah Laos yang dianggap mempunyai persamaan dengan sejarah Kamboja. Radio itu menyebutkan bahwa kedua negara sama-sama pernah menderita di bawah penjajanan Feodalis Annam dari Timur, dan Feodalis Siam dari barat." Annam adalah nama lama buat Vietnam sedang Siam nama lain buat Muangthai. Tanggal 5 Januari yang lalu Kamboja merayakan ulang tahun keduanya sebagai negara komunis. Lewat radio Pnom Penh pada hari itu, untuk kesekian kalinya pemerintah Kamboja menolak tawaran berunding Vietnam selama pasukan penyerbu masih berada di wilayah kami." Radio itu juga menyiarkan adanya kesepakatan bersama antara pemuda dan tentara untuk terus "mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan, integritas wilayah, keamanan penduduk, kekuasaan negara atas petani dan pekerja serta kepentingan-kepentingan lainnya." Dua hari setelah perayaan itu, serangan-serangan pasukan Vietnam berhenti secara tiba-tiba. Pasukan Vietnam. yang bersenjata lengkap dengan jumlah yang cukup besar itu sebenarnya bisa saja menduduki Pnom Penh setiap saat. Tapi Hanoi nampaknya bersikap menahan diri dan memerintahkan tentaranya - yang kini kabarnya telah menguasai seluruh kawasan Paruh Bebek--untuk tidak melanjutkan gerakan. Sumber-sumber intelijen Muangthai mengungkapkan bahwa sikap menahan diri Hanoi tersebut disebabkan oleh suatu perhitungan bahwa gerakan militer yang mereka lakukan telah cukup untuk menyelesaikan sengketa perbatasan. Sumber intelijen itu juga menyebut bahwa dengan hasil yang telah dicapai oleh gerakan militer Vietnam selama, sepekan itu, Hanoi berharap bisa memaksakan suatu perubahan dalam kepemimpinan di Kamboja. Hal demikian ini nampaknya usana maksimal yang bisa dilakukan oleh Hanoi untuk memak. Pnom Penh mengikuti kehendai Hamoi yang oleh koran Perancis, Qudtidien de Paris, edisi 2 Januari, disebut sebagai "tidak lagi menyembunyikan ambisinya untuk menguasai seluruh Indo Cina." MESKI mempunyai pasukan yang ampuh, bersenjata lengkap dengan prajurit terlatih yang berjumlah besar, Hunoi nampaknya tidak berniat secara sepenuhnya menggunakan kekerasan dalam menarik Kamboja ke dalam wilayah pengaruhnya. Selain hal itu akan makin menimbulkan ketakutan negara-negara Asia Tenggara - yang kini sedang didekati oleh Hanoi lewat kunjungan menlunya beberapa hari silam-- terhadap agresivitas Vietnam Cina juga tidak akan tinggal diam jika Kamboja begitu saja diserbu dan diduduki oleh Vietnam. Keterlibatan Cina tentu akan membuat Uni Soviet tidak tinggal diam. Dalam hal ini yang jadi siap adalah: apakah Cina dan Uni Soviet sudah siap memasuki peperangan hanya lantaran sengketa di Asia Tenggara ini? Nampaknya tidak. Tapi perang diam-diam untuk pengaruh masih akan lama. Dan agaknya memang di sanalah rebutan pengaruh Peking dan Moskow itu paling intensif, meskipun baik Vietnam maupun Kamboja pandai mengelak untuk jadi sekedar satelit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus