MASIH ingat Rahman Tolleng, anggota DPP Golkar yang dieksit
karena dituduh terlibat Peristiwa 15 Januari? Setelah setahun
lebih ditahan, ia bebas dan tak terbukti apa-apa. Tapi Rahman
boleh dibilang tak punya lagi pekerjaan tetap. Apalagi setelah
mingguan MI Jabar yang diasuhnya telah lama almarhum, dicabut
SIT-nya sesaat sebelum Rahman masuk tahanan di awal 1974 lalu.
Tapi nama Rahman Tolleng yang diam di Bandung ini tiba-tiba
kembali jadi berita di luar negeri. Dalam terbitannya akhir
Desember lalu, koran Singapura The Straits Times menyebut-nyebut
nama Rahman sebagai salah seorang yang memberikan dukungan
kepada aksi-aksi mahasiswa di Bandung yang "menentang pencalonan
kembali Presiden Soeharto."
Benarkah'? "Saya jadi terkejut membacanya," kata Rahman dalam
interpiu lewat telepon dengan TEMPO. "Sebab sepanjang ingatan
saya, hingga sekarang saya belum pernah menyatakan pendirian
politik saya mengenai soal itu kepada wartawan atau pun langsung
kepada publik."
Berita yang berasal dari kantor berita Reuter di Jakarta itu
memang tak menyebutkan sumber, atau indikasi yang beranggapan
Rahman terlibat. Maka Rahman pun berkesimpulan, "bukan mustahil
berita Reuter itu didasarkan atas perkiraan atau pun desas-desus
yang ditiupkan oleh sumber-sumber tertentu."
Merasa perlu untuk meluruskan masalahnya, pekan lalu Rahman
Tolleng pun mengirim surat pada perwakilan Reuter dan koran The
Straits Times. Isinya menyesalkan pemberitaan itu dan meminta
agar berita itu diralat.
"Surat Rahman Tolleng itu tidak jelas ujung pangkalnya," kata
Haryono dari perwakilan Reuter Jakarta pada TEMPO, sehingga
membuatnya "berpikir bolak-balik." Surat itu menurut dia "tidak
jelas mengatakan apakah berita Reuter itu benar, salah atau
dianggap fitnah." Haryono mengakui bahwa dalam menulis berita
itu Rahman tidak diwawancarai. Ia hanya mendasarkan ceritanya
pada satu sumber. Ia tidak bersedia menyebutnya.
Karena dianggap tidak jelas, apakah surat Rahman akan dibiarkan
begitu saja? "Ya, bukan dibiarkan. Saya bermaksud untuk
menghubungi Rahman Tolleng untuk menanyakan apa maksud
suratnya."
Sulit rupanya membaca surat berbahasa Indonesia?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini