Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Rahman Dan Reuter

Rahman tolleng, anggota dpp golkar yang dikeluarkan karena dituduh terlibat peristiwa malari oleh the straits times diberitakan sebagai salah seorang yang mendukung aksi-aksi mahasiswa di bandung. (nas)

14 Januari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MASIH ingat Rahman Tolleng, anggota DPP Golkar yang dieksit karena dituduh terlibat Peristiwa 15 Januari? Setelah setahun lebih ditahan, ia bebas dan tak terbukti apa-apa. Tapi Rahman boleh dibilang tak punya lagi pekerjaan tetap. Apalagi setelah mingguan MI Jabar yang diasuhnya telah lama almarhum, dicabut SIT-nya sesaat sebelum Rahman masuk tahanan di awal 1974 lalu. Tapi nama Rahman Tolleng yang diam di Bandung ini tiba-tiba kembali jadi berita di luar negeri. Dalam terbitannya akhir Desember lalu, koran Singapura The Straits Times menyebut-nyebut nama Rahman sebagai salah seorang yang memberikan dukungan kepada aksi-aksi mahasiswa di Bandung yang "menentang pencalonan kembali Presiden Soeharto." Benarkah'? "Saya jadi terkejut membacanya," kata Rahman dalam interpiu lewat telepon dengan TEMPO. "Sebab sepanjang ingatan saya, hingga sekarang saya belum pernah menyatakan pendirian politik saya mengenai soal itu kepada wartawan atau pun langsung kepada publik." Berita yang berasal dari kantor berita Reuter di Jakarta itu memang tak menyebutkan sumber, atau indikasi yang beranggapan Rahman terlibat. Maka Rahman pun berkesimpulan, "bukan mustahil berita Reuter itu didasarkan atas perkiraan atau pun desas-desus yang ditiupkan oleh sumber-sumber tertentu." Merasa perlu untuk meluruskan masalahnya, pekan lalu Rahman Tolleng pun mengirim surat pada perwakilan Reuter dan koran The Straits Times. Isinya menyesalkan pemberitaan itu dan meminta agar berita itu diralat. "Surat Rahman Tolleng itu tidak jelas ujung pangkalnya," kata Haryono dari perwakilan Reuter Jakarta pada TEMPO, sehingga membuatnya "berpikir bolak-balik." Surat itu menurut dia "tidak jelas mengatakan apakah berita Reuter itu benar, salah atau dianggap fitnah." Haryono mengakui bahwa dalam menulis berita itu Rahman tidak diwawancarai. Ia hanya mendasarkan ceritanya pada satu sumber. Ia tidak bersedia menyebutnya. Karena dianggap tidak jelas, apakah surat Rahman akan dibiarkan begitu saja? "Ya, bukan dibiarkan. Saya bermaksud untuk menghubungi Rahman Tolleng untuk menanyakan apa maksud suratnya." Sulit rupanya membaca surat berbahasa Indonesia?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus