Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Perdamaian ? Atau Ilusi?

Kecaman keras dari negara-negara Arab berhaluan keras terhadap perundingan camp david yang dilakukan oleh presiden Anwar Sadat, Perdana Menteri Begin dan Presiden Jimmy Carter. (ln)

30 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEMINGGU setelah perundingan Camp David berakhir dengan "sukses", belum ada satu negara Arab lain di luar Mesir yang mendukung hasil KTT itu. Tanggapan negatif dunia Arab terhadap 2 persetujuan yang ditandatangani Minggu malam pekan lalu oleh Presiden Carter, Presiden Sadat dan Perdana Menteri Begin sudah dapat diduga. Terlalu banyak hal yang tidak disinggung, mungkin secara sengaja, dalam persetujuan yang memang hanya merupakan kerangka bagi perundingan selanjutnya. (lihat Box). Negara-negara Arab berhaluan kera, Suriah, Irak, Libia, Aljazair dan Yaman Selatan serta merta mengecam. Selain menganggap persetujuan itu sebagai suatu "permainan kotor" dari Sadat, pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Yasser Arafat mengatakan: "Sadat tidak bisa mengatasnamakan rakyat Palestina .... Ia memperoleh sebagian Sinai dengan mengorbankan Jerusalem." Tanggapan Presiden Suriah Hafez Assad lebih tegas lagi. Sadat disebutnya sebagai pengkhianat perjuangan Arab. "Dia menjual tanah Arab dan menjual perjuangan Palestina," kata Assad dalam KTT negara-negara Arab berhaluan keras yang dilangsungkan di Damaskus pekan lalu. KTT sepakat untuk membentuk Komando Militer Bersama Anti Camp David. Bekas Kepala Staf AD Mesir semasa perang 1973 yang dipecat Sadat, Letjen Saadeddin Shazli, ditunjuk sebagai panglima komando militer bersama ini. Para pemimpin kelompok ini akan bertemu setiap 6 bulan sekali atau lebih, jika diperlukan, untuk membentuk pasukan komando bersama. Polarisasi KTT yang juga diikuti PLO ini juga mengumumkan pemutusan hubungan politik dan ekonomi kelompok ini dengan Mesir. Di samping itu hubungan dengan Uni Soviet akan ditingkatkan. Mereka juga meminta agar kantor pusat Liga Arab yang selama ini ada di Kairo dipindahkan ke tempat lain. Kelompok ini dikabarkan merencanakan tindakan lebih jauh lagi dengan membentuk suatu dana rahasia sebesar $ 1 milyar untuk menggulingkan Presiden Sadat. Aljazair dan Libia konon menyanggupi penyediaan dana ini. Selain itu mereka juga memutuskan memboikot perusahaan dan lembaga-lembaga Mesir dan juga akan memboikot mereka yang berhubungan dengan Israel. Persetujuan Camp David, seperti telah diduga, ternyata telah mempertajam polarisasi dunia Arab. Kelompok "keras" cenderung untuk makin condong ke pihak Uni Soviet yang juga mengecam keras persetujuan itu. Uni Soviet tampaknya lebih menyukai penyelesaian lewat konperensi perdamaian Jenewa, yang juga diikuti oleh PLO, di mana Soviet bisa memainkan perannya. Jum'at pekan lalu Presiden Leonid Brezhnev menyebut persetujuan Camp David itu hanya menghasilkan "ilusi suatu penyelesaian." Tampaknya kelompok negara Arab moderat seperti Saudi Arabia dan Jordania akan menentukan apakah persetujuan Camp David akan bisa terlaksana atau tidak. Kedua negara itu secara resmi menolak persetujuan itu. Sekalipun memuji prakarsa perdamaian Presiden Carter, Saudi Arabia menyatakan tidak bisa menerima formula Camp David karena "tidak secara mutlak menjelaskan niat Israel untuk menarik diri dari semua wilayah Arab yang didudukinya, termasuk Jerusalem." PLO yang oleh KTT Arab telah diakui sebagai wakil sah dari rakyat Palestina juga diabaikan dalam persetujuan itu. Jordania selain mengecam persetujuan itu juga menyatakan tidak akan merasa terikat persetujuan yang tidak ikut dirundingkannya. Semua kenyataan ini membuyarkan harapan AS yang sangat mengharapkan dukungan negara-negara moderat ini. Menlu Cyrus Vance pekan lalu pun menyelesaikan kunjungannya ke Timur Tengah dalam usaha AS membujuk negara moderat ini. Pemerintah AS dikabarkan menekan negara-negara ini dengan mengaitkan sikap mereka pada penjualan senjata AS. Tapi menurut para pejabat AS, Vance tidak berhasil mendapat dukungan dari negara-negara yang dikunjuninya. Toh tekanan AS ini tidak cuma nol. Raja Hussein dari Jordania Sabtu lalu melunakkan sikapnya dengan mengatakan negerinya selalu membuka pintu bagi tiap bentuk penyelesaian yang bisa mengarah pada perdamaian Arab-Israel. Tapi ia menambahkan: sikap Jordania tentang daerah Tepi Barat, hak warga Palestina dan hak Arab di Jerusalem Timur "tidak bisa ditawar-tawar". Harus ada jaminan agar Israel bersedia mundur dari batas sebelum perang 1967. Yang menarik ialah bahwa Sabtu lalu Hussein menerima kunjungan Presiden Libia Khadafi dan pemimpin PLO Yasser Arafat selaku utusan negara-negara, Arab yang ber-KTT di Damaskus. Ini yang pertama kali terjadi sejak Arab "keras" dengan Arab "lunak" bersim pang jalan. Berarti, Sadat kian terasa tersisih. Mabruk Toh Presiden Sadat disambut sebaga "pahlawan perdamaian" di Mesir. Seperti dilaporkan oleh wartawan TEMPO Salim Said yang sedang bertugas di Kairo puluhan ribu rakyat Kairo Sabtu sore yang lalu menyambut kedatangan Sadat Ribuan massa meneriakkan, misalnya "Dengan darah dan jiwa kita tebus kemenangan" dan "Maju terus ya Sadat". Lapangan terbang Kairo ditutup selama 5 jam dan ribuan burung dara sebagai lambang perdamaian dilepaskan ketika Sadat menuruni tangga pesawat, sementara & pesawat Mirage menggebu di udara. Para pembesar Mesir menyalami Sadat dengan ucapan Mabruk (Anda diberkati Allah. PM Begin juga disambut sebagai pahlawan setibanya kembali di Tel Aviv oleh puluhan ribu rakyat. Hari Minggu kemarin kabinet Israel dengan perbandingan suara 11 - 2 mendukung persetujuan Camp David. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah: Apakah Mesir, Israel dan AS akan terus dengan rencana mereka untuk menandatangani suatu perjanjian perdamaian Mesir-Israel dalam waktu 3 bulan mendatang? 19 Nopember nanti, ulang tahun pertama dari kunjungan Sadat ke Jerusalem, disebut-sebut sebagai kemungkinan tanggal penandatanganan perjanjian ini. Sementara itu agaknya pendekatan akan terus dilanjutkan untuk bisa melunakkan sikap negara seperti Saudi Arabia dan Jordania. Minggu sore lalu misalnya, utusan Presiden Mesir Hassan el-Tohamy bertolak ke Jenewa untuk memberi penjelasan pada Raja Khaled dari Saudi Arabia tentang persetujuan Camp David. Harus diakui, persetujuan Camp David adalah persetujuan yang rapuh. Kata-katanya yang samar mungkin bisa menimbulkan perbedaan penaksiran di kemudian hari. Bahkan hanya satu minggu sesudah ditandatangani, sudah ada perbedaan penafsiran antara AS dan Israel tentang masalah pemukiman Yahudi di daerah Tepi Barat. Tapi di banyak negara lain, bagaimanapun juga usaha perdamaian Mesir-Israel mendapat sambutan gembira. Kepada Salim Said dari TEMPO, Dubes RI untuk Kairo mengatakan hasil KTT Camp David melebihi dan melampaui semua perkiraan. "Kita sekarang ingin melihat bagaimana perjanjian itu tertuang dalam pelaksanaan dan kenyataan. Saya berpendapat hasil-hasil persetujuan itu lebih daripada kerangka perdamaian." Perdamaian? 4 kali perang telah terjadi dengan jumlah korban 39 ribu jiwa selama 30 tahun sengketa Arab-lsrael. Apakah perdamaian hanya terus akan merupakan suatu kata yang tak berarti untuk kawasan ini?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus