Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Perginya hati nurani bangsa

Pemenang nobel dari soviet, andrei dmitrijevitch sakharov, 68, meninggal. pejuang perdamaian, dan demokrasi. ia mendukung perestroika dan glasnost. pernah dibuang, tapi gorbachev membebaskannya.

23 Desember 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIAPAKAH Sakharov, bapak bom hidrogen Soviet itu? Boris Yeltsin, pejabat partai yang sangat gandrung pada pembaruan, menjawab dengan tepat: "Dialah hati nurani negeriku." Sabtu pekan lalu, meski udara dingin menggigit dan salju turun dengan lebat, Istana Pemuda di Moskow dibanjiri ratusan ribu pelayat. Mereka datang untuk mengucapkan selamat jalan terakhir kepada Andrei Dmitrijevitch Sakharov, yang hari itu dimakamkan. Sakharov, 68 tahun, meninggal mendadak, Kamis pekan silam. Dialah seorang intelektuil yang mesti dilihat bukan karena dalam usia 32 tahun menjadi anggota termuda akademi ilmu pengetahuan negerinya. Lebih dari itu, ia adalah pejuang hak asasi, pecinta perdamaian, seorang yang gigih memperjuangkan demokrasi dan pembaruan, dan lenyapnya monopoli kekuasaan Partai Komunis. Seorang yang berbeda dengan yang lain bukan terutama karena kejeniusannya, tapi karena "rasa tanggung jawab dan kejujuran"-nya. Ia mendukung perestroika dan glasnost, tapi banyak hal dalam pemerintahan dikecamnya -- antara lain tentang menumpuknya kekuasaan di tangan Gorbachev. Kamis itu Sakharov, berselimut mantel dan bertopi, pulang ke rumah. Ia tak langsung tidur, tapi duduk di depan meja tulisnya, mempersiapkan pokok-pokok pikiran mengenai langkah pembaruan politik dan ekonomi yang harus ditempuh Gorbachev. "Hati nurani bangsa" itu tahun ini memang terpilih menjadi anggota parlemen, mewakili akademi ilmu pengetahuan. Orang Moskow ini lahir dari keluarga yang turun-temurun menjadi pendeta. Tapi kakeknya menjadi pengacara, yang memperjuangkan dihapuskannya hukuman mati. Perjuangan itu dilanjutkan oleh cucunya -- Sakharov pada 1972 mengajukan petisi penghapusan hukuman yang mencabut hidup seseorang itu. Adapun ayah Sakharov seorang pakar fisika terkenal yang menulis buku teks untuk sekolah menengah dan seorang pemusik yang mendapat penghargaan tinggi. Perang Dunia II berakhir dengan dua bom atom jatuh di Jepang. Uni Soviet pun berupaya mengembangkan senjata atom dan kemudian hidrogen. Setelah percobaan bom atom pertama di Uni Soviet, Sakharov pun bersuara, "Ini adalah percobaan terakhir. Marilah kita berharap, bom itu tak pernah digunakan." Seorang pengamat riwayat Sakharov, Harrison E. Salisbury, kemudian mencatat sejak itu ia lebih suka menulis tentang struktur alam semesta daripada berbagai hal tentang fisika nuklir. Sakharov memperoleh tiga medali: hadiah Stalin, Lenin, dan hadiah negara. Menurut aturan, seharusnya tiga patungnya berdiri di Moskow. Tapi, jelajahilah Moskow, tak sebuah patung Sakharov pun bisa ditemukan. Bahkan ia tak menikmati sendiri hadiah itu. Ia sumbangkan 90% hadiah yang diterimanya -- seluruhnya 127.000 rubel -- ke yayasan kanker, tanpa publisitas. Tak cuma itu, jabatannya sebagai direktur lembaga ilmu pengetahuan pada 1968 ia tinggalkan. Ada yang ia rasakan lebih perlu dikerjakan. Jiwanya sangat tersiksa oleh penderitaan orang. Begitu mendengar seseorang ditangkap, walaupun sedang sibuk dengan penelitian fisikanya, disewanya taksi untuk mencari orang tersebut. Bahkan, ketika tak punya uang, ia pernah meminjam traktor untuk menemui orang yang ditangkap polisi. Pada musim dingin 1979, Brezhnev memerintahkan penyerbuan atas Afghanistan. Ia melayangkan surat ke Kremlin, menentang tindakan itu. Jauh sebelumnya, 1968, ia mencium usaha Brezhnev menghidupkan Stalinisme. Maka, ia menulis esei 10.000 kata, berjudul Kemajuan, Kebersamaan, dan Kebebasan Intelektual, yang kemudian diselundupkan dan terbit di surat kabar AS The New York Times. Esei itu menyerang sistem sensor di Soviet yang "membunuh jiwa-jiwa yang hidup". Ketika karangan itu balik ke Soviet lewat Voice of America, antara lain, penguasa minta ia menandatangani pernyataan bahwa karangan itu palsu. Sakharov menolak. Pemerintah membalas. Pada 1975 ia mendapat hadiah Nobel Perdamaian, pemerintahnya melarangnya pergi. Pada Januari 1980, ketika salju turun tak henti-hentinya di Moskow, sekelompok agen KGB menyergapnya. Dia diangkut ke sebuah kota di tepi Sungai Volga, Gorky. Ia tak boleh berhubungan dengan orang asing. Bahkan menulis surat pun ia dilarang. Di rumah yang jadi penjaranya dipasang alat yang dapat mengganggu penerimaan siaran radio asing. November 1981, Sakharov mogok makan. Dunia menuntut supaya ia dibebaskan. Tapi baru pada Desember 1986, setelah satu setengah tahun Gorbachev duduk di kursi Sekjen Partai, Sakharov menerima telepon. Ia boleh kembali ke Moskow bersama istrinya, untuk ambil bagian dalam masyarakat Soviet yang sedang berubah, kata Gorbachev. Setelah beberapa lama di Moskow, ia pun mengirim surat kepada Gorbachev, agar membebaskan 14 tahanan politik yang lain di Gorky. Tapi tak selalu sikap dan pikiran Sakharov mendapat dukungan kaum intelektual. Ketika dua tahun lalu ia mendukung perestroika, banyak yang kecewa, bahwa ia telah berkompromi dengan pemerintah. Tapi ini hanya membuktikan ketajaman intuisi intelektualnya serta "rasa tanggung jawab dan kejujuran"-nya. Semua itulah yang menggerakkan hati dan otaknya untuk selalu melontarkan kritik yang membela kebebasan politik dan intelektual -- yang menempatkannya dalam posisi konflik dengan pemerintah. Semangatnya itu pula yang mencuri kesehatannya, terutama ketika ia diasingkan di Gorky. Dua kali ia pernah terkena serangan jantung, sebelum akhirnya seluruh anggota parlemen Soviet berdiri, memberikan penghormatan terakhirnya. Laporan Asbari N. Krisna

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus