SETELAH Tembok Berlin diruntuhkan, muncul pro-kontra-Jerman yang satu. Ahad pekan lalu sebuah pertemuan yang tak terdengar direncanakan sebelumnya berlangsung di Postdam, Jerman Timur. Presiden Jerman Barat Richard Von Weizsaecker berembuk dengan rekannya dari Timur, Penjabat Presiden Manfred Gerlach. Ikut hadir PM Jerman Timur Hans Modrow. Isi pembicaraan dirahasiakan. Tapi hari itu juga Presiden Von Weizsaecker membuka konperensi pers, dan sedikit membocorkan isi pertemuan. Kata dia, pertemuan itu penting, "agar negara-negara tetangga, seperti Polandia, tak merasa khawatir bila kedua Jerman bergabung akan meminta wilayah Polandia yang dulu milik Jerman," kata Weizsaecker. Soal itu pula yang rupanya jadi topik pembicaraan antara PM Modrow dan Kanselir Jerman Barat Helmut Kohl di Dresden, Jerman Timur Selasa pekan ini. Resminya, kedatangan Kohl untuk memberikan dana US$ 50 milyar untuk pemerintah Berlin Timur. Memang, belum semua yang di Jerman, yang Timur maupun Barat, kompak bilang ja. Ketua Partai Komunis Jerman Timur (SED) yang baru, Gregor Gysi, menentang penyatuan Jerman. "Mereka yang menginginkan penyatuan Jerman di luar kerangka persatuan Eropa sedang bermain api," katanya. Bagi Gysi, sebuah Jerman yang lebih besar hanya merupakan kemenangan pihak kanan, dan itu berbahaya bagi keseimbangan Eropa. Maksudnya, setelah Jerman bersatu, mereka bakal meminta wilayah Polandia yang dulunya merupakan daerah Jerman. "Itu bakal menimbulkan konflik baru," kata Gysi pula. Lain Gysi, lain pula semangat kelompok oposisi. "Banyak orang Jerman Timur yang ingin menjadi 'warga Jerman sesungguhnya', bukan sekadar orang Jerman Timur," kata seorang delegasi di muka kongres belum lama ini. Mereka yang berpikir dingin biasanya menganggap penyatuan Jerman masih suatu cita-cita panjang. Menurut Heinrich Vogel dari Jerman Barat, masih banyak orang Timur yang belum bisa menerima sisi buruk kapitalisme. Yakni, persaingan bebas dan pengangguran, kata Direktur Institut Federal untuk Studi Internasional dan Eropa Timur itu. Vogel mungkin benar. Dalam hasil poll yang dilakukan majalah Jerman Barat Der Spiegel Sabtu pekan lalu, responden (lebih dari 1.000 warga Jer-Tim) menolak reunifikasi. Tapi, bila pemerintah kedua Jerman yang sama-sama bilang ja, dan pihak oposisi (di Jerman Timur) mendesakkan reunifikasi, mungkinkah kembalinya sejarah dengan satu Jerman bisa dihalangi? Bersatunya Jerman bukan masalah kedua negara, juga bukan cuma problem Eropa, tapi persoalan dunia, kata Henry Grunwald, Duta Besar AS untuk Austria. Tapi, kata dia pula, bila kedua Jerman akhirnya berniat bersatu, bahkan Uni Soviet pun tak akan bisa berbuat banyak. AS? Dalam kunjungan ke Jerman Timur Selasa pekan lalu Menlu James Baker selain menyinggung soal Masyarakat Eropa, reorganisasi NATO, juga soal penyatuan Jerman. Cuma, buru-buru ia jelaskan bahwa yang terakhir itu mesti terjadi secara berangsur-angsur. Ada kecemasan di pihak mereka yang tak setuju Jerman yang satu. Yakni bila para pemegang kunci keputusan politik kedua Jerman akhirnya berpihak kepada yang mencitakan bersatunya Jerman. Kemungkinan ini bisa terjadi bila ada desakan dari oposisi Jerman Timur, misalnya. Dan pekan ini PM Modrow akan berunding dan mendengarkan lagi tuntutan pihak oposisi. Ahad pekan lalu, salah satu tuntutan oposisi sudah dikabulkan, yakni pembubaran secara resmi polisi rahasia Stasi. Siapa tahu, Modrow, yang dikenal sebagai pembaru nomor satu di Jerman Timur, tiba-tiba saja bilang ja tentang penyatuan Jerman. Farida Sendjaja
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini