Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Perjuangan Nakano Takeko dari Aizu, Pendiri Joshitai Unit 20 Samurai Wanita

Ini kisah tentang Nakano Takeko, 21 tahun, pendiri Joshitai yang terdiri dari 20 samurai wanita. Hidup tragis perempuan muda.

31 Agustus 2021 | 16.28 WIB

Samurai perempuan Nakano Takeko.
Perbesar
Samurai perempuan Nakano Takeko.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sejarah panjang terbentuknya samurai terkait erat dengan melemahnya pemerintahan pusat pada periode Heian (794-1192). Pada masa tersebut, banyak keluarga aristokrat yang tidak mendapatkan kedudukan di pusat menyingkir ke daerah-daerah dan membentuk kelompok mandiri yang menguasai daerah tersebut.

Berdasarkan Japan Interstudy Center Indonesia, samurai menjadi kelas militer yang berkuasa yang menjadi peringkat sosial tertinggi pada Periode Edo (1603-1867). Dalam periode tersebut samurai bekerja dibawah Daimyo, orang yang memiliki pengaruh besar di suatu wilayah.

Selain itu, samurai identik dengan prajurit laki-laki yang dikenal gagah dan berani. Namun, seiring berjalan waktunya, samurai juga diisi kekuatan dari perempuan yang tidak kalah kuat dari samurai laki-laki pada umumnya. Sebut saja Nakana Takeko, seorang wanita samurai tangguh.

Nakano Takeko lahir pada April 1847, ia merupakan seorang prajurit wanita Jepang dari Domain Aizu, yang bertempur dan tewas selama Perang Boshin. Berdasarkan Samurai Land, Nakano Muda telah menunjukkan keunggulan di bidang akademik dan seni bela diri sejak ia mulai berlatih pada usia 6 tahun.

Tidak hanya tangguh dalam seni bela diri, Nakano juga menggeluti bidang sastra, puisi, seni, dan ia senang mendengarkan cerita tentang samurai kuno di seluruh Jepang feodal. Cerita favoritnya adalah tentang samurai wanita Tomoe Gozen dan cerita itu menjadi inspirasinya.

Nakano merupakan seorang putri tertua dari pasangan Nakano Heinai (ayah) dan Nakano Koko (ibu). Ayah Nakano merupakan seorang pejabat Aizu. Tidak heran jika ia mendapatkan keterampilan seni bela diri yang sudah mandarah daging di keluarganya. Ketika itu mereka menunjukkan kesetiannya pada Keshogunan Tokugawa, pemerintahan militer feodal di Jepang yang didirikan oleh Tokugawa Ieyasu.

Guru Nakano yang mengajarinya seni dan bela diri adalah Akaoka Daisuke. Akaoka juga sudah mengadopsinya sedari ia kecil. Melansir netral.news, Tumbuh dewasa, Nakano bekerja dengan Akaoka. Dia mengajar seni bela diri dengan keahlian menggunakan naginata, polearm berbilah. Itu pula yang menjadi senjata pilihannya di kemudian hari, seperti yang dilakukan para pengikutnya.

Nakano meninggalkan ayah angkatnya ketika dia berusia 16 tahun karena dia mencoba mengatur pernikahan untuknya. Ia sempat dijodohkan dengan keponakan Akaoko, namun Nakano menolak tawaran tersebut. Nakano akhirnya kembali ke keluarga asalnya di Aizu, wilayah paling barat Prefektur Fukushima, Jepang, pada tahun 1868.

Ketika berada disana, antara 1868 dan 1869, Perang Boshin pecah. Perang ini juga disebut Perang Tahun Naga. Perang Boshin dimulai antara Keshogunan Tokugawa yang berkuasa dan para pendukung Istana Kekaisaran. Dalam perang ini, kesoghunan Tokugawa menyerah pada Mei 1868, namun beberapa pasukan Shogun terus berjuang.

Hal ini pula yang membuat samurai wanita bergabung dalam pertempuran yang terjadi di Aizu, untuk mengusir pasukan kekaisaran setelah pengepungan selama sebulan. Partisipasi Nakano dalam perang dilakukan secara rahasia, karena para pengikut Aizu tidak mengizinkan perempuan untuk berperang.

Selama era ini, pembatasan gender sangat kuat. Peran perempuan dalam pertempuran hanya memasak, merawat yang terluka dan membuat peluru. Kadang-kadang, mereka juga akan memercikkan bola meriam musuh yang tidak meledak.

Melihat hal tersebut, Nakano tidak tinggal diam dan bergabung dengan para samurai, akhirnya membentuk unit tidak resmi yang terdiri dari 20 wanita, yang disebut Joshitai. Anggota Joshitai termasuk ibunya, Nakano Koko, dan saudara perempuannya, Nakano Yuko. Joshitai bertarung dengan mempersenjatai dirinya dengan naginata.

Namun, di tengah pertempurannya dengan 5 tentara Kekaisaran, Nakano tertembak di bagian dada. Adiknya, Nakano Yuko menyaksikan Nakano tertembak dan bergegas ke arahnya. Nakano yang sekarat tidak ingin lawannya mengambil kepalanya sebagai piala. Jadi, dia meminta saudaranya untuk memenggal kepalanya. Yuko pun melakukan permintaan terakhir Nakano.

Samurai wanita Nakano Takeko tewas pada Oktober 1868 ketika usianya masih 21 tahun. Usai yang cukup belia ketika gugur di medan perang. Yuko kemudian mengubur kepala Nakano di bawah pohon pinus di kuil Hokai-Ji yang terletak di Aizubange, Fukushima.

GERIN RIO PRANATA

Baca: Jalan Samurai dan 8 Spirit Bushido yang Tak Lekang Waktu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus