Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Partai penguasa India untuk pertama kalinya dalam sejarah tidak memiliki anggota parlemen Muslim. Seperti dilansir Al Jazeera Kamis 7 Juli 2022, Menteri Urusan Minoritas Mukhtar Abbas Naqvi mengundurkan diri pada Rabu, sehari sebelum masa jabatannya sebagai anggota parlemen dari Partai Bharatiya Janata dijadwalkan berakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Politikus berusia 64 tahun itu adalah satu-satunya menteri dan anggota parlemen Muslim di Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata Party (BJP) pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi. Partai ini memiliki hampir 400 anggota parlemen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Keluarnya Naqvi terjadi ketika BJP menghadapi tuduhan menganiaya komunitas minoritas sejak berkuasa pada 2014. India adalah rumah bagi sekitar 200 juta Muslim – populasi Muslim terbesar ketiga di dunia setelah Indonesia dan Pakistan.
Naqvi telah digantikan oleh aktris yang kini menjadi politikus, Smriti Irani, 46 tahun.
Laporan media berspekulasi bahwa BJP mempertimbangkan Naqvi menjadi wakil presiden India di tengah kemarahan global atas salah satu pejabatnya yang membuat pernyataan anti-Islam yang kontroversial.
Pemilihan wakil presiden dijadwalkan pada 6 Agustus, sementara masa jabatan petahana saat ini, M Venkaiah Naidu, berakhir pada 10 Agustus. Bulan lalu, BJP mencalonkan Droupadi Murmu untuk jabatan presiden. Jika Murmu menang, dia akan menjadi politisi suku pertama di India dan wanita kedua yang memegang posisi tersebut.
Konstitusi India memberikan peran seremonial bagi presiden dan wakil presiden, dengan perdana menteri dan kabinetnya memegang kekuasaan eksekutif.
BJP Modi, yang mengklaim sebagai “partai politik terbesar di dunia”, memiliki 301 anggota di majelis rendah parlemen yang dipilih langsung oleh rakyat. Keluarnya Naqvi berarti partai sayap kanan tidak memiliki anggota Muslim di majelis tinggi parlemen juga.
Para ahli mengatakan tidak adanya perwakilan Muslim di jajaran terpilih BJP bertentangan dengan slogan partai yang sering diulang: “Sabka saath, sabka vikas” (Harmoni dan pertumbuhan inklusif untuk semua).
Jurnalis dan analis politik Arati R Jerath mengatakan kepada Al Jazeera bahwa BJP secara historis memiliki “kehadiran Muslim yang nyata” tetapi itu tidak lagi terjadi sejauh menyangkut eksekutif.
“Ini adalah sesuatu yang baru dan tidak biasa. Mereka bahkan tidak memiliki wajah Muslim lagi. Saya kira itu menunjukkan bagaimana BJP telah berubah sekarang di bawah Modi dan [Menteri Dalam Negeri federal Amit] Shah,” katanya.
“Mereka secara terbuka mengatakan bahwa kami telah menunjukkan bahwa kami dapat memenangkan pemilihan tanpa dukungan umat Islam.”
Menteri Dalam Negeri India Amit Shah pada Maret mengutip "kemampuan menang" sebagai faktor saat membela keputusan BJP tidak memasukkan kandidat Muslim. “Pendistribusian tiket kami atas dasar kemenangan,” katanya.
SUMBER: AL JAZEERA