Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Unjuk rasa yang menyatakan pro-Palestina makin meluas di beberapa kampus bergengsi di Amerika Serikat. Beberapa demonstran melakukan perkemahan di perguruan tinggi, termasuk Columbia University, Yale University, dan New York University. Perkemahan ini juga menarik beragam pengajaran, doa antaragama, dan pertunjukan musik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di kampus-kampus yang dilanda protes, mahasiswa telah mengeluarkan seruan untuk gencatan senjata permanen di Gaza, diakhirinya bantuan militer AS untuk Israel, divestasi universitas dari pemasok senjata dan perusahaan lain yang mengambil keuntungan dari perang, dan amnesti bagi mahasiswa dan dosen yang telah didisiplinkan atau dipecat karena protes.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penangkapan hingga Pembakaran Tenda
Administrator sekolah dan penegak hukum setempat telah menindak protes tersebut. Columbia dan Barnard College yang berafiliasi telah memberhentikan puluhan mahasiswa yang terlibat dalam protes tersebut. Lebih dari 100 pengunjuk rasa telah ditangkap di Columbia.
Rektor Universitas Minouche Shafik memanggil Polisi New York untuk membersihkan perkemahan sehari setelah dia memberikan kesaksian di depan komite Dewan Perwakilan Rakyat AS. Dia mengatakan perkemahan itu melanggar peraturan terhadap protes yang tidak sah.
Polisi Yale menangkap lebih dari 60 pengunjuk rasa pada Senin, setelah memberi mereka “beberapa kesempatan untuk pergi dan menghindari penangkapan,” menurut universitas tersebut.
Sementara itu, pihak Columbia University mengatakan para pengunjuk rasa yang mendirikan tenda itu melanggar peraturan. Polisi menangkap lebih dari 100 mahasiswa dari Columbia pada hari Kamis atas tuduhan masuk tanpa izin. Columbia dan Barnard College yang berafiliasi telah memberhentikan puluhan mahasiswa yang terlibat dalam protes tersebut.
Departemen Kepolisian New York mengatakan petugas menangkap 120 orang di NYU pada Senin malam. Pejabat universitas mengatakan mereka meminta intervensi karena para pengunjuk rasa belum bubar dan "mengganggu keselamatan dan keamanan komunitas kami."
Selain menangkap para demonstran, video di media sosial menunjukkan polisi membongkar tenda-tenda di perkemahan pengunjuk rasa. Para pengunjuk rasa bertikai dengan petugas. Mereka meneriakkan, "Kami tidak akan berhenti, kami tidak akan beristirahat. Ungkapkan. Divestasi.
Protes di Yale, Columbia, NYU dan kampus-kampus universitas lainnya di seluruh Amerika dimulai sebagai respons terhadap meningkatnya konflik Israel-Palestina, menyusul serangan mematikan lintas batas oleh militan Hamas pada 7 Oktober dan respons sengit Israel di wilayah kantong Gaza. Penangkapan dilakukan setelah otoritas universitas memanggil polisi untuk memadamkan demonstrasi yang, menurut kelompok Yahudi, mengancam dan anti-semit.
Menanggapi hal tersebut, Ketua DPR AS, Mike Johnson menyatakan Garda Nasional perlu dilibatkan untuk menangani demonstran karena menyasar pelajar Yahudi di AS, termasuk Presiden Joe Biden. Namun, Juru bicara Gedung Putih, Karine Jean-Pierre mengatakan bahwa Biden mendukung kebebasan berpendapat.
Di sisi lain, para demonstran pro-Palestina, termasuk sejumlah mahasiswa Yahudi menyangkal adanya anti-semitisme. Namun, para pendukung pro-Israel dan pihak lain yang khawatir dengan keamanan kampus menunjuk pada insiden anti-semit dan berpendapat bahwa kampus mendorong intimidasi dan ujaran kebencian.
ANANDA RIDHO SULISTYA | RACHEL FARAHDIBA REGAR | DEWI RINA CAHYANI I REUTERS