Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seruan di dalam negeri Israel untuk menyingkirkan "ekstremis" dari pemerintahan menyusul penyerbuan dua pangkalan militer untuk memprotes penangkapan tentara Israel yang dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap seorang tahanan Palestina, lapor Anadolu Agency.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sepuluh tentara Israel dituduh memerkosa seorang tahanan Palestina dari Gaza di Penjara Sde Teiman di gurun Negev, Israel selatan. Sembilan tentara ditahan untuk diinterogasi sebagai bagian dari investigasi atas penganiayaan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah penahanan tersebut, para politisi sayap kanan mendobrak masuk ke dua pangkalan militer di Israel selatan dan tengah untuk memprotes penahanan para tentara tersebut.
"Sejumlah perusuh masuk ke pangkalan IDF (tentara) dan membongkar negara kita, supremasi hukum dan IDF," kata mantan Perdana Menteri, Naftali Bennett, dalam sebuah pernyataan di akun Twitter-nya pada Selasa.
"Hentikan kegilaan ini dengan segera," kata Bennett.
Benny Gantz, mantan anggota Kabinet Perang, menyebut mereka yang menyerbu dua pangkalan militer itu sebagai "minoritas ekstremis", seraya menambahkan bahwa mayoritas warga Israel "menentang kekerasan dan anarki".
"Aksi-aksi kekerasan yang telah kita saksikan dalam beberapa jam terakhir ini membawa kita ke jurang yang dalam dan membahayakan keamanan negara dan kesatuan masyarakat Israel," katanya.
Gantz, yang juga mantan menteri pertahanan, mengatakan, "Israel layak mendapatkan pemerintahan yang bertanggung jawab, yang dapat mengarahkan kita pada kemenangan melawan musuh-musuh kita, dan mewujudkan konsensus di antara kita."
Pemimpin oposisi, Yair Lapid, juga bergabung dengan seruan kecaman terhadap toleransi pemerintah terhadap para ekstremis.
Dia menganggap perilaku para pejabat Israel dan anggota Knesset yang bergabung dalam penyerbuan pangkalan militer itu sebagai "melewati batas" dan "upaya kudeta oleh milisi bersenjata".
Beberapa tokoh garis keras menjadi anggota pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, termasuk Menteri Keamanan Nasional sayap kanan, Itamar Ben-Gvir, dan Menteri Keuangan, Bezalel Smotrich.
Beberapa laporan muncul mengenai penyiksaan berat terhadap tahanan Palestina di Penjara Sde Teiman yang terkenal kejam sejak dimulainya serangan Israel di Jalur Gaza.
Tentara Israel diyakini telah menahan ribuan warga Palestina, termasuk perempuan, anak-anak, dan petugas medis sejak 7 Oktober 2023.
Dalam beberapa bulan terakhir, tentara Israel telah membebaskan puluhan tahanan Palestina dari Gaza dalam kondisi kesehatan yang memburuk, dengan tubuh yang penuh dengan bekas luka penyiksaan.
Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, Israel telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutal yang terus berlanjut di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Setidaknya 39.400 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan hampir 91.000 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Lebih dari sembilan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza berada dalam kehancuran di tengah-tengah blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang keputusan terakhirnya memerintahkan untuk segera menghentikan operasi militernya di kota selatan Rafah, di mana lebih dari 1 juta orang Palestina telah mencari perlindungan dari perang sebelum diserang pada 6 Mei lalu.
MIDDLE EAST MONITOR