Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto menerima telepon dari Menteri Pertahanan Amerika Serikat, H.E. Mr. Lloyd J. Austin III, pada Rabu, 24 April 2024. Dalam percakapan tersebut, keduanya membahas sejumlah isu penting terkait peningkatan kerja sama bilateral di bidang pertahanan antara kedua negara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menhan Prabowo pun menyambut baik panggilan telepon dari Menteri Pertahanan AS dan menegaskan pentingnya kerja sama pertahanan antara kedua negara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saya berbahagia menerima telepon yang hangat dari sahabat saya yang terhormat, Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Yang Mulia Llyod J. Austin Ill,” kata Prabowo.
“Percakapan kita hari ini mencerminkan komitmen untuk memajukan kepentingan bersama kedua negara besar kita. Saya berharap dapat meningkatkan kemitraan kita dan berkolaborasi secara erat dalam isu-isu strategis,” kata dia.
Siapa Lloyd Austin?
Dilansir pada Britannica.com, Joe Biden mengumumkan pada Desember 2020 bahwa ia menunjuk Austin sebagai menteri pertahanannya, dan Austin dikonfirmasi oleh Senat pada Januari 2021.
Salah satu tanggung jawab pertama Lloyd Austin dalam jabatannya di kabinet adalah mengawasi penarikan pasukan AS dari Afghanistan, sebuah proses yang selesai ketika anggota pasukan Amerika terakhir meninggalkan negara itu pada 30 Agustus tahun itu. Masa jabatan Austin sebagai menteri pertahanan juga ditandai oleh dua konflik internasional lainnya: Invasi Rusia ke Ukraina dan perang Israel dengan Hamas.
Berkenaan dengan Rusia, Lloyd Austin secara konsisten menggunakan retorika yang keras, mengatakan kepada wartawan pada musim semi 2022 bahwa dia ingin melihat Rusia “dilemahkan hingga tidak dapat melakukan hal-hal yang telah dilakukannya dalam menginvasi Ukraina.”
Dia telah mendukung bantuan AS untuk Ukraina dalam bentuk senjata dan uang, dan, di bawah pengawasannya, AS memberikan informasi intelijen yang telah membantu Ukraina membunuh sekitar 12 jenderal Rusia pada Mei 2022.
Pada saat yang sama, di bawah kepemimpinan Austin, Pentagon memblokir pemerintahan Biden untuk membagikan informasi intelijen untuk penyelidikan Mahkamah Pidana Internasional terhadap kejahatan perang Rusia. Austin dilaporkan berpendapat bahwa penyelidikan pengadilan dapat menjadi preseden yang dapat mengarah pada penuntutan terhadap warga Amerika.
Profil Llyod J. Austin
Dilansir pada defense.gov, Austin lahir di Mobile, Alabama, dan dibesarkan di Thomasville, Georgia. Ia lulus dari Akademi Militer Amerika Serikat dengan gelar Bachelor of Science dan komisi di bidang Infanteri. Beliau meraih gelar Master of Arts di bidang pendidikan konselor dari Auburn University, dan Master of Business Management dari Webster University. Beliau adalah lulusan kursus Perwira Infanteri Dasar dan Lanjutan, Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat, dan Sekolah Staf Umum Angkatan Darat.
Karirnya selama 41 tahun di Angkatan Darat meliputi komando di tingkat korps, divisi, batalyon, dan brigade. Austin dianugerahi Bintang Perak atas kepemimpinannya di Divisi Infanteri ke-3 Angkatan Darat selama invasi ke Irak pada tahun 2003. Tujuh tahun kemudian, dia akan mengemban tugas sebagai Komandan Jenderal Pasukan Amerika Serikat - Irak, mengawasi semua operasi tempur di negara tersebut.
Setelah menjalani tugas sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Darat, Austin mengakhiri masa dinasnya sebagai Komandan Komando Pusat AS, yang bertanggung jawab atas semua operasi militer di Timur Tengah dan Afghanistan. Dalam penugasan ini, beliau memimpin upaya AS dan koalisi untuk memerangi ISIS di Irak dan Suriah. Lloyd Austin pensiun dari Angkatan Darat pada April 2016.
Pilihan Editor: Menhan AS Sampailan Ucapan Selamat dari Joe Biden ke Prabowo