Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Beijing – Presiden Cina, Xi Jinping, mengatakan saat ini tidak terjadi bentrokan peradaban dan menilai supremasi ras sebagai hal bodoh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca:
Jinping mengatakan ini di tengah ketegangan dengan Amerika Serikat dan kekhawatiran akan munculnya Beijing sebagai kekuatan global baru.
Pernyataan ini muncul setelah seorang pejabat tinggi AS pada April mengatakan rivalitas antara Cina dan AS sebagai perang antara dua peradaban dan ideologi yang sangat berbeda.
Direktur Perencanaan Kebijakan Kemenlu AS, Kiron Skinner, mengatakan Cina merupakan kompetitor kekuatan besar pertama dari AS yang bukan dari ras Kaukasian. Skinner mengatakan ini dalam sebuah forum seminar keamanan.
Baca:
“Berpikir bahwa rasnya dan kulturnya lebih ungguh dan mendesak untuk transformasi atau bahkan menggantikan peradaban lain adalah pemahaman bodoh dan praktek yang membawa bencana,” kata Xi pada upacara pembukaan Konferensi Dialog Peradaban Asia di Beijing seperti dilansir Channel News Asia pada Rabu, 15 Mei 2019.
Xi mengatakan jika dunia hanya memiliki satu warna budaya saja maka akan menjadi tempat yang tidak menarik. Ini membuat keberagaman menjadi penting.
Baca:
“Saya telah mengunjungi banyak tempat di dunia. Yang paling menarik perhatian saya adalah berbagai budaya dengan daya tarik berbeda seperti kota kuna di Samarkand di Asia Tengah, Kuil Luxor di Mesir, Sentosa di Singapura, dan Wat Phra Kaew di Thailand serta Akropolis di Atena, Yunani, “ kata dia.
Kapal perang AS, USS Decatur (kiri) berusaha menghindari tabrakan dengan kapal perang Cina di Laut Cina Selatan pada Ahad, 30 September 2018. GCCaptain.com via ABC News
Xi melanjutkan,”Tidak ada benturan antara peradaban yang berbeda. Kita perlu memiliki mata untuk mengapresiasi keindahan di setiap peradaban.”
Baca:
Pernyataan Xi ini juga terjadi beberapa hari setelah negosiasi dagang AS dan Cina mengalami kebuntuan pada akhir pekan lalu. Presiden AS, Donald Trump, bahkan memerintahkan bawahannya untuk menaikkan tarif dari 10 persen menjadi 25 persen untuk impor senilai US$200 miliar atau sekitar Rp2.900 triliun dari Cina.
Cina membalas ini dengan menaikkan tarif impor antara 5 – 25 persen untuk pembelian produk dari AS baik produk pertanian dan barang olahan.
Media Vox melansir Trump bakal mengalokasikan dana sekitar US$15 miliar atau Rp217 triliun untuk membeli produk pertanian domestik AS yang tidak terjual ke Cina. Rencana pembelian produk petani domestik ini juga untuk menjaga agar harga produk tetap naik.