Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Profil Bhumibol Adulyadej, Raja Thailand Pemegang Rekor Monarki Terlama Dunia

Kala itu Bhumibil berusia 19 tahun dan tercatat menjadi raja ke-9 dari Dinasti Chakri Thailand, atau dijuluki pula Raja Rama IX.

9 Juni 2022 | 20.20 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bangkok -Bhumibol Adulyadej atau Raja Rama IX Thailand adalah pemimpin monarki terlama di dunia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bhumibol naik takhta pada 9 Juni 1946 menggantikan sang kakak, Raja Ananda Mahidol. Kala itu ia berusia 19 tahun dan tercatat menjadi raja ke-9 dari Dinasti Chakri atau dijuluki pula Raja Rama IX.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia berkuasa selama 70 tahun. Dan sepanjang monarki Thailand, sosok Bhumibol disebut-sebut sebagai satu-satunya raja terpopuler di kalangan rakyatnya.

Seperti dikutip dari Channel News Asia pada Oktober 2016, pihak Kerajaan Thailand mengumumkan Raja Bhumibol Adulyadej wafat pada Kamis 13 Oktober 2016.

Pemimpin monarki terlama di dunia itu menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 88 tahun setelah sebelumnya beberapa pekan dia mendapat perawatan akibat menderita gagal ginjal

Raja Bhumibol meninggalkan seorang istri, Ratu Sirikit dan empat orang anak. Mereka adalah putra mahkota, Pangeran Maha Vajiralongkorn, Putri Ubol Ratana, Putri Maha Chakri Sirindhorn, dan Putri Chulabhorn Walailak.

Era Bhumibol dimulai ketika Thailand tengah dilanda masa-masa kritis menyusul perkembangan negara itu menjadi monarki konstitusional. Kehadirannya kala itu dianggap sebagai pemersatu bangsa, membangkitkan kembali semangat monarkhi yang dinilai telah lama ditinggalkan.

Konstitusi Thailand menyebutkan, raja adalah kepala negara dan panglima angkatan bersenjata, namun ia juga memiliki sedikit kekuasaan di ranah politik.

Faktanya hingga hari ini, sosok Bhumibol adalah salah satu tokoh terkuat di negara itu. Ia merupakan pilar stabilitas utama yang terbukti mampu 'menenangkan' krisis politik berdarah di Thailand pada 1973 dan 1992.

Titah dan Kebijakannya Sangat Dihormati

Raja Bhumibol tak hanya dikenal dengan kalimat-kalimatnya yang memiliki pengaruh besar, namun juga kebijakan-kebijakannya juga sangat dihormati. Sementara gagasannya sangat mempengaruhi program pembangunan dan kehidupan rakyat Thailand.

Sepanjang memerintah, ia sangat dicintai dan dihormati rakyat Thailand. Bahkan mereka menganggap sosoknya sebagai 'separuh' dewa.

Foto-foto Bhumibol sangat mudah dijumpai di Negeri Gajah Putih, tersebar di mana-mana. Rakyat pun akan membungkuk dan berlutut saat ia muncul.

Berikutnya: Kisah hidup Bhumibol disebut-sebut luar biasa...


Kisah hidup Bhumibol disebut sebagai salah satu yang luar biasa. Ia lahir di Rumah Sakit Mount Auburn di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat, dari pasangan Pangeran Mahidol Adulyadej dan Sangwal. Sang ibu berasal dari kalangan rakyat jelata.

Sejumlah warga menunggu saat menghadiri acara kremasi Raja Bhumibol Adulyadej di dekat Grand Palace, Bangkok, Thailand, 26 Oktober 2017. Sekitar 110 ribu orang diizinkan memasuki area dekat jenazah Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej yang akan dikremasi. REUTERS/Damir Sagolj

Ia tidak berada dalam daftar pewaris takhta. Namun insiden pada 1932 mengubah nasibnya. Revolusi tak berdarah kala itu mentransformasikan Thailand dari sebuah negara penganut monarki absolut menjadi monarki konstitusi.

Pertumbuhan kekuatan militer ketika itu menyebabkan turun takhtanya Raja Rama VII. Ia digantikan oleh kakak Bhumibol, Ananda.

Pada masa itu, sang ayah, Pangeran Mahidol telah berpulang. Sementara keluarganya memilih pindah ke Lausanne, Swiss. Bhumibol menghabiskan masa mudanya bersama sang ibu dan saudara-saudaranya di Lake Geneva. 

Ia diketahui mempelajari sastra Prancis, Jerman dan Latin dan mengejar gelar sarjana di Lausanne University. Sosok Bhumibol senang dengan olahraga ski, berlayar, dan musik jazz.

Tak hanya sebatas itu kegemarannya pada dunia musik, sang raja pun diketahui dapat memainkan sejumlah alat musik seperti piano, saxophone, clarinet, dan trumpet. Bakat musiknya khususnya ketertarikan pada jazz membuat ia pernah beraksi sepanggung dengan musisi jazz besar seperti Benny Goodman, Lionel Hampton dan Benny Carter.

Menyusul akhir Perang Dunia II, keluarga Bhumibol melakukan kunjungan singkat ke Thailand. Sesaat sebelum ia kembali untuk menyelesaikan pendidikannya di Lausanne, Raja Ananda wafat karena ditembak.

Kematian sang kakak membuatnya menjadi pewaris takhta 'dadakan' pada 1946. Ia disebut-sebut belum siap mengemban tugas baru.

Berikutnya: Sang raja muda sempat kembali ke Eropa...
 

Sang raja muda sempat kembali ke Eropa tepatnya Swiss untuk menyelesaikan studi. Namun ia beralih studi dari sastra ke ilmu politik dan hukum. Ini bagian dari persiapannya memimpin monarki.

Dalam sebuah kecelakaan, ia dilaporkan kehilangan penglihatan pada mata kanannya. Sementara di lain sisi, ia berhasil memenangkan hati Sirikit Kitiyakara, putri dari duta besar Thailand untuk Prancis kala itu.

Terdapat satu insiden yang begitu membekas di ingatan Bhumibol sebelum keberangkatannya ke Eropa. Hal itu ia tuangkan dalam buku hariannya.

"Di Jalan Ratchadamnoen Klang, orang-orang berdiri begitu dengan mobil yang aku tumpangi. Aku takut itu akan mencederai mereka. Mobil melintasi keramaian dalam kecepatan serendah mungkin sebelum akhirnya melaju kencang ketika berada di Kuil Benchamabophit."

"Aku mendengar seseorang berteriak: Jangan meninggalkan rakyat. Aku berharap bisa berteriak balik: Jika rakyat tidak meninggalkanku, bagaimana bisa aku meninggalkan mereka?."

Ratu Inggris Elizabeth II berjalan didampingi Raja Thailand Bhumibol Adulyadej saat tiba di Bangkok, Thailand, 11 Februari 1972. Raja Bhumibol disebut sebagai kepala pemerintah terlama di dunia dalam mengemban jabatannya. (AP Photo, File)

Namun mobil yang ditumpanginya terus melaju kencang. Cerita ini dipublikasikan dalam jurnal Wong Wannakhadi dan sejak saat itu warga Thailand tak hanya menganggapnya sebagai raja namun juga seorang ayah yang mengabdikan hidupnya untuk kesejahteraan rakyat, anak-anaknya.

Menyusul meninggalnya Raja Bhumibol, kerajaan Thailand mengumumkan masa berkabung hingga jenazah raja dikremasi pada 26 Oktober 2017, atau selama satu tahun sejak kematiannya.

Posisi raja Thailand kemudian berpindah kepada putra satu-satunya dari Raja Bhumibol Adulyadej, yakni Raja Maha Vajiralongkorn.

IDRIS BOUFAKAR
Baca : 6 Fakta Tradisi Festival Songkran Warga Thailand

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus