Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump, Kamis, secara resmi menandatangani surat keputusan untuk mengukuhkan Kash Patel yang berasal dari India sebagai direktur kesembilan Biro Investigasi Federal (FBI), Hindustan Times melaporkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kash Patel akhirnya direstui Senat untuk menjadi bos baru FBI setelah pemungutan suara dengan hasil ketat 51 mendukung dan 49 menolak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada dua pembelotan penting dari Partai Republik: Lisa Murkowski dari Alaska dan Susan Collins dari Maine. Mereka bergabung dengan 47 anggota Partai Demokrat untuk menentang apa yang disebut oleh para kritikus sebagai pencalonan yang berbahaya untuk memimpin FBI.
Dalam sebuah postingan di X, Gedung Putih menulis, "Konfirmasi Kash Patel sebagai Direktur FBI merupakan langkah penting dalam melaksanakan agenda Presiden Trump untuk memulihkan integritas dan menegakkan supremasi hukum."
Patel juga memposting di X dan mengatakan, "Bagi mereka yang berusaha menyakiti orang Amerika - anggap ini sebagai peringatan Anda. Kami akan memburu Anda di setiap sudut planet ini. Misi Pertama. Amerika Selalu. Mari kita mulai bekerja.”
Menurut laporan Reuters, pencalonan Patel sendiri merupakan bukti dari upaya Trump untuk memberikan kontrol yang lebih besar terhadap penegakan hukum federal. Direktur FBI, yang memiliki masa jabatan 10 tahun, bukanlah jabatan yang biasanya berganti seiring dengan pergantian pemerintahan presiden yang baru
Trump mencalonkan Patel setelah memenangkan pemilu November lalu, yang secara efektif memaksa mantan Direktur Christopher Wray, yang ditunjuk Trump untuk jabatan tersebut pada 2017, untuk mengundurkan diri. Trump memecat pendahulu Wray, James Comey.
Siapakah Kash Patel?
Kash Patel lahir dari orang tua Gujarat di Garden City, New York, pada 25 Februari 1980. Ia melanjutkan pendidikannya di University of Richmond dan kemudian meraih gelar Juris Doctor dari Fakultas Hukum Universitas Pace.
Patel kemudian memulai kariernya sebagai pengacara dengan bekerja sebagai pengacara publik. Ia menangani berbagai kasus mulai dari pembunuhan dan perdagangan narkotika hingga kejahatan keuangan yang kompleks dalam persidangan juri di pengadilan negara bagian dan federal.
Lahir dan dibesarkan di AS, Patel sering berbicara tentang warisan India-nya dan bagaimana warisan tersebut membentuk nilai-nilai dan kariernya.
Pria berusia 45 tahun ini telah menduduki beberapa posisi penting, termasuk wakil asisten Presiden dan direktur senior untuk kontraterorisme di Dewan Keamanan Nasional (NSC).
Selama ini, Patel bertanggung jawab atas misi yang bekerja untuk "menghabisi ISIS dan kepemimpinan Al-Qaeda seperti al-Baghdadi dan Qasem al-Rimi, serta pemulangan sejumlah sandera Amerika dengan selamat," kata Departemen Pertahanan AS.
Kontroversi Patel
Penunjukan Patel mendapat tentangan keras dari Demokrat dengan seluruh anggotanya di Senat memberi suara menolak. Dalam beberapa menit sebelum Senat memberikan suara untuk mengonfirmasi Patel, Senator Demokrat Alex Padilla dari California mencirikan Patel sebagai "sapi perah" - alat untuk memesan penampilan media dan kesepakatan penerbitan, seperti dikutip Al Jazeera.
Padilla juga mempertanyakan apakah Patel memiliki pengalaman penegakan hukum atau intelijen yang memenuhi syarat untuk pekerjaan sebagai direktur FBI. "Kash Patel telah menunjukkan bahwa dia tidak mau atau tidak mampu mengesampingkan politik demi melindungi rakyat Amerika dan menegakkan konstitusi, jika ia dikukuhkan untuk memimpin FBI," kata Padilla.
Bahkan rekannya sesama Republik yang membelot mengungkapkan kekhawatiran mereka dengan agenda politiknya di FBI. "Keberatan saya terhadap Tuan Patel berasal dari aktivitas politiknya sebelumnya dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi kepemimpinannya," tulis Lisa Murkowski. "FBI harus dipercaya sebagai agen federal yang membasmi kejahatan dan korupsi, bukan berfokus pada penyelesaian masalah politik."
Susan Collins menggemakan sentimen itu, mengatakan bahwa "aktivitas politik Patel yang agresif" menimbulkan keraguan atas kemampuannya untuk memimpin biro nonpartisan. "Profil politik Patel baru-baru ini merusak kemampuannya untuk melayani dalam peran apolitis sebagai Direktur FBI," kata dia dalam pernyataannya, seperti dikutip Reuters.
Agenda Patel
Kedekatan Patel dengan Trump telah menimbulkan kekhawatiran dari Partai Demokrat dan banyak pakar hukum. Namun, Patel telah bersumpah bahwa politik tidak akan berperan dalam kepemimpinannya di FBI. "Saya tidak tertarik, tidak memiliki keinginan dan tidak akan, jika dikonfirmasi, untuk mundur. Tidak akan ada politisasi FBI," kata dia kepada para senator dari Partai Demokrat saat ia menghadapi pertanyaan-pertanyaan sengit.
Anggota Partai Demokrat di Komite Kehakiman Senat AS, Dick Durbin, pekan lalu menuduh Patel mendalangi pemecatan para pejabat FBI dari luar, dengan mengutip informasi dari para pelapor.
Patel mengatakan bahwa ia akan meningkatkan peran FBI dalam melawan imigrasi ilegal dan kejahatan dengan kekerasan, yang merupakan prioritas utama Trump, dengan "membiarkan polisi yang baik menjadi polisi."
Dia juga mengatakan bahwa dia akan mengurangi pekerjaan investigasi di markas besar FBI di Washington di mana banyak penyelidikan kontra-intelijen, keamanan nasional, dan korupsi publik dipusatkan.
Patel juga menjelaskan rencananya untuk meningkatkan kemampuan penegakan hukum FBI, termasuk melalui distribusi sumber daya yang lebih besar di 50 negara bagian. "Sepertiga tenaga kerja FBI bekerja di Washington, DC," jawab Patel.
Ia melanjutkan, "Saya berkomitmen penuh untuk membawa tenaga kerja tersebut ke pedalaman negara tempat saya tinggal, di sebelah barat Mississippi, dan bekerja sama dengan departemen sheriff dan petugas setempat."
Sebagai putra imigran India yang pindah dari Uganda ke Kanada dan kemudian ke Amerika Serikat, Patel mengecam serangan terhadap karakternya sebagai "tuduhan palsu dan kesalahan karakterisasi yang aneh".
Tetapi dia telah berulang kali dihadapkan dengan kata-katanya sendiri, dari berbagai penampilan di podcast dan buku-buku yang dia tulis. Patel, misalnya, telah menyebarkan teori konspirasi bahwa FBI merencanakan serangan terhadap Gedung Kongres AS pada 6 Januari 2021, sebagai operasi "bendera palsu" untuk memojokkan para pendukung Trump.
Dalam sebuah wawancara pada September di acara The Shawn Ryan Show, Patel juga mengancam akan "menutup" markas besar FBI di Washington, DC, dan mengubahnya menjadi "museum untuk deep state".
Dan berbicara kepada sekutu Trump, Steve Bannon, pada 2023, Patel berjanji untuk memburu pesaing politik sang presiden, yang ia gambarkan sebagai "penjahat" dan "konspirator".
Dia juga mengulangi klaim palsu bahwa kekalahan pemilu Trump pada 2020 melawan Joe Biden adalah curang. "Kami akan mencari para konspirator, tidak hanya di pemerintahan tetapi juga di media," kata Patel. "Kami akan mengejar orang-orang di media yang berbohong tentang warga negara Amerika yang membantu Joe Biden mencurangi pemilihan presiden."
Patel bahkan telah menulis sebuah buku anak-anak, The Plot Against the King, yang menggambarkan Trump sebagai seorang raja yang dikepung oleh tokoh-tokoh antagonis yang mirip Hillary Clinton dan Kamala Harris, pesaingnya dari Partai Demokrat dalam pemilihan presiden 2016 dan 2024.
Pilihan Editor: Wapres AS: Ukraina Tak Akan Menang Lawan Rusia