Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mengenal Kash Patel, Loyalis Trump yang Ditunjuk untuk Pimpin FBI

Penunjukan Kash Patel, ajudan setia Trump untuk jabatan FBI dapat mengakhiri tradisi yang sudah berlangsung lama untuk menjaga jarak dengan presiden.

2 Desember 2024 | 20.37 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump telah mencalonkan salah satu ajudannya yang paling setia, Kash Patel, untuk menjalankan Biro Investigasi Federal (FBI). Pencalonan ini menuai reaksi tajam dari para pengkritik yang mempertanyakan kualifikasi dan ketidakberpihakannya dalam memegang jabatan tersebut, Al Jazeera melaporkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Patel, seorang kritikus yang vokal terhadap FBI seperti bosnya, telah dipercaya untuk memimpin lembaga penegak hukum federal yang paling penting di negara ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pria berusia 44 tahun ini dengan gigih mempromosikan gagasan tentang keberadaan "deep state" dan keyakinan bahwa badan tersebut bias terhadap Trump. Dia telah mendorong untuk merombak badan tersebut.

Dengan pencalonan Patel, Trump juga memberi sinyal bahwa ia bersiap untuk melaksanakan ancamannya untuk menggulingkan Christopher Wray, anggota Partai Republik yang pertama kali ia tunjuk pada tahun 2017 dan masa jabatannya selama 10 tahun baru akan berakhir pada 2027.

Apa yang kita ketahui tentang Kash Patel?

Kashyap Pramod Vinod Patel, yang biasa dipanggil Kash, lahir di kota New York, seorang anak dari orang tua imigran yang berasal dari negara bagian Gujarat, India.

Kash lulus sarjana hukum pada 2005 dari Pace University setelah mendapatkan sertifikat dalam bidang hukum internasional dari University College London setahun sebelumnya. Sebelumnya, ia menyelesaikan gelar sarjana di bidang hukum pidana dan sejarah dari University of Richmond.

Menurut biografi Departemen Pertahanan AS, Patel adalah "pemain, pelatih, dan penggemar hoki es seumur hidup".

Sebagai pengacara berusia 40 tahun dengan sedikit pengalaman di pemerintahan, Patel bergabung dengan pemerintahan Presiden Trump pada 2019, naik jabatan dengan cepat dengan menunjukkan apa yang digambarkan oleh beberapa media sebagai pengabdiannya yang penuh kepada Trump.

"Setiap jabatan baru memicu alarm baru," demikian menurut The Atlantic menggambarkan Patel. Suatu ketika, Direktur CIA saat itu, Gina Haspel, dikabarkan mengancam akan mengundurkan diri setelah Trump mengatakan bahwa ia ingin menunjuk Patel sebagai wakil direktur CIA.

Patel menjabat di beberapa posisi penting selama masa jabatan pertama Trump, termasuk mengawasi divisi kontraterorisme di Dewan Keamanan Nasional dan kemudian menjabat sebagai kepala staf di Departemen Pertahanan.

Sebelum menjabat di Gedung Putih, Patel bekerja di Komite Intelijen DPR di Kongres, di mana ia memainkan peran penting dalam penyelidikan dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden 2016.

Dalam sebuah postingan di jejaring sosial Truth, Trump menggambarkan Patel sebagai "pengacara, penyelidik, dan pejuang 'America First' yang brilian".

Mengapa Trump memilih Kash untuk peran tersebut?

Trump sering menyuarakan ketidakpercayaan terhadap FBI, menuduh lembaga tersebut memiliki bias politik, terutama setelah penggeledahan di resor Mar-a-Lago miliknya untuk mencari dokumen rahasia yang diduga disimpannya secara ilegal.

Patel menemukan kesamaan dengan Trump dalam hal skeptisisme terhadap pengawasan pemerintah dan "deep state" - sebuah istilah yang merendahkan yang digunakan oleh Trump untuk menyebut birokrasi pemerintah.

Dia menulis buku lain - Government Gangsters - yang merupakan sebagian memoar dan sebagian lagi merupakan kecaman terhadap apa yang disebut deep state.

Pencalonan Patel telah mendapat dukungan dari para pendukung Trump yang terkemuka, termasuk orang-orang yang mendukung agenda presiden terpilih di FBI dan Departemen Kehakiman serta gagasan untuk menggunakan kemenangannya dalam pemilu untuk melakukan pembalasan terhadap musuh-musuhnya.

Trump mengatakan bahwa Patel akan mengembalikan "kesetiaan, keberanian, dan integritas" pada badan tersebut. Di bawah kepemimpinan Patel, kata Trump, FBI akan "mengakhiri epidemi kejahatan yang terus meningkat di Amerika, membongkar geng-geng kriminal migran, dan menghentikan momok jahat perdagangan manusia dan narkoba melintasi perbatasan".

Patel adalah bagian dari sekelompok kecil pendukung selama persidangan pidana Trump baru-baru ini di New York yang menemaninya ke gedung pengadilan, di mana ia mengatakan kepada wartawan bahwa Trump adalah korban dari "sirkus yang tidak konstitusional".

Dia juga bersaksi di sidang pengadilan Colorado terkait upaya Trump untuk membatalkan hasil pemilihan presiden 2020 menjelang kerusuhan 6 Januari 2021 di Gedung Kongres AS.

Patel, yang pada saat kerusuhan itu terjadi menjabat sebagai kepala staf menteri pertahanan saat itu, bersaksi bahwa Trump telah mengizinkan 10.000 hingga 20.000 tentara untuk dikerahkan beberapa hari sebelum serangan. Akan tetapi, pengadilan Colorado kemudian memutuskan bahwa Patel "bukan saksi yang kredibel" dalam topik tersebut.

Sebuah artikel Atlantic pada Oktober 2024 menyatakan, Patel "tampak sangat fokus untuk menyenangkan Trump".

"Bahkan dalam pemerintahan yang penuh dengan loyalis, Patel luar biasa dalam pengabdiannya."

Menyusul pengumuman Trump pada Sabtu, Gerry Connolly, seorang anggota senior Partai Demokrat di Dewan Perwakilan Rakyat, menyebut Patel sebagai seorang "fanatik".

"Dari sekian banyak nominasi yang tidak memenuhi syarat, berbahaya, dan benar-benar aneh, ini mungkin yang terburuk," kata Connolly dalam sebuah posting di X.

Apa sikap Patel terhadap birokrasi FBI?

Patel telah mengisyaratkan melalui wawancara dan pernyataan publik tentang tekadnya untuk menjungkirbalikkan FBI dan secara radikal mengubah misinya.

Dia telah menyerukan untuk secara dramatis mengurangi jejak FBI dan membatasi otoritasnya, serta mengejar pejabat pemerintah yang mengungkapkan informasi kepada wartawan.

Dalam sebuah wawancara awal tahun ini di podcast Shawn Ryan Show, Patel berjanji untuk memisahkan kegiatan pengumpulan intelijen FBI dari misi lainnya, dan mengatakan bahwa ia akan "menutup" gedung markas besar biro tersebut di Pennsylvania Avenue, Washington, DC, dan "membukanya kembali keesokan harinya sebagai museum "deep state"".

Dalam wawancara terpisah dengan ahli strategi konservatif Steve Bannon, Patel mengatakan bahwa ia dan yang lainnya "akan mencari para konspirator tidak hanya di pemerintahan tetapi juga di media".

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus