Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anna Politkovskaya meneguk secangkir teh panas yang ditawarkan seorang pramugari. Reporter koran Novaya Gazeta itu terbang dari Moskow ke Beslan dengan tugas meliput penyanderaan 1.200 anak di sekolah Beslan. Tapi Anna tak pernah sampai ke Beslan. Setidaknya dalam kondisi sadar. Tak lama setelah meneguk teh di atas, Anna pingsan. Ketika sadar, dia berada di rumah sakit di kawasan selatan Rusia, di Kota Rostov-on-Don.
Anna kaget ketika seorang perawat mengatakan bahwa ia dalam keadaan sekarat saat dibawa ke rumah sakit. "Mereka mencoba meracuni Anda," bisik sang perawat ke telinga Anna. Si perawat juga menunjukkan bukti hasil tes laboratorium yang dilakukan setelah Anna teler di bandara. Belakangan hasil tes itu dimusnahkan atas "perintah dari atas". Berita ini menjadi isu panas dalam Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama Eropa (OSCE). Selasa pekan lalu, lembaga ini merilis laporan tentang kelakuan buruk pemerintah Rusia dalam menangani media massa.
Kremlin dinilai menggunakan cara-cara KGB (badan intelijen di masa Uni Soviet) pada masa lalu untuk membungkam pers. Pemerintah mengontrol jaringan televisi sejak Presiden Vladimir Putin berkuasa pada 2000. Direktur jaringan televisi independen NTV, misalnya, dipecat gara-gara pemerintah marah terhadap liputan krisis di teater Moskow pada 2002. "Pemerintah menjadi histeris sejak serangan Beslan. Mereka menyemburkan kemarahan kepada para jurnalis," ujar Oleg Panfilov, aktivis di bidang media massa. Repotnya, menurut Panfilov, para jurnalis Rusia tak tahu cara melawan.
Anna, misalnya, dua pekan setelah keluar dari rumah sakit, duduk tercenung di kantornya dan hanya bisa berkata, "Ada orang yang tak ingin saya tiba di Beslan." Siapa? Tak jelas wujudnya. Tapi banyak mata memandang Kremlin dengan nyalang. Bukan rahasia lagi bahwa pemerintah Putin kewalahan menghadapi serangan dan teror gerilyawan Chechen. Maka semua hal yang menguntungkan perlawanan rakyat Chechen harus dihentikan, termasuk pemberitaan pers. Jangan lupa, ketika krisis Beslan baru pecah, Kremlin berupaya menutupi jumlah sandera yang sesungguhnya.
Kesialan yang menimpa Anna sejatinya berpangkal pada prestasinya. Penyandang sejumlah penghargaan jurnalistik Rusia ini dikenal dengan laporan-laporannya yang mendalam tentang pelanggaran hak asasi manusia di Chechnya. Dia juga kerap berkontak dengan pemimpin gerilyawan Chechen yang relatif moderat, Aslan Maskhadov. Akibatnya? Anna berkali-kali diancam pihak militer Rusia karena berbagai laporannya.
Anna tak sendirian. Ada sejumlah wartawan Rusia yang mengalami nasib serupa: Andrei Babitsky dari Radio Liberty serta Nana Lezhava, reporter televisi Georgia Rustavi-2. Begini kisah tentang Babitsky. Ketika berita penyanderaan itu tersiar, dia meluncur ke bandara Moskow untuk terbang ke Beslan meliput penyanderaan. Dua pemuda menghadangnya dan terjadi baku hantam. Tapi polisi justru menciduk Babitsky dan menjebloskannya ke bui selama lima hari hingga krisis Beslan usai. Belakangan kedua pemuda tadi diketahui sebagai orang bayaran Badan Keamanan Federal (FSB) yang bertugas mencegah kepergian Babitsky ke Beslan.
Badan ini juga terlibat dalam penangkapan Nana Lezhava. Bersama juru kameranya, Nana dicokok polisi pada 4 September saat berupaya mewawancarai sandera yang selamat. Alasan polisi, ia tak punya dokumen yang sah sebagai warga negara Georgia untuk meliput ke wilayah Rusia. Mereka diseret ke markas FSB. Saat perwira FSB menginterogasinya, Nana disodori roti dan semangkuk kopi yang diimbuhi cognac. Akibatnya, ia terjungkal pingsan dan baru bangun 24 jam kemudian di sel isolasi. "Saya tak tahu apa yang terjadi saat itu," kata Nana. Menurut seorang dokter Georgia, aparat intelijen kadang menggunakan narkotik untuk menghipnotis tersangka sebelum menginterogasinya.
Alih-alih melawan, sejumlah media Rusia malah menyensor diri sendiri. Sebut contoh majalah Kommersant-Vlast, yang membuat daftar apa yang boleh dan tak boleh disiarkan dalam krisis Beslan. Stasiun televisi NTV melarang penyebutan fakta yang merugikan pemerintah. Ditambah sepak terjang FSB yang mewarisi tradisi KGB untuk menekan media, kian kompletlah tekanan yang harus ditanggung oleh media massa Rusia. Mengutip Anna Politkovskaya: "Kami punya tradisi lama Byzantium untuk melenyapkan orang yang tak diinginkan."
Raihul Fadjri (The Christian SM, Toronto Star, AFX)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo