PEMBUNUH Senator Benigno Aquino belum juga bisa ditunjuk batang hidungnya. Menjelang genap dua tahun terbunuhnya Aquino, 21 Agustus depan (lihat: Perjalanan Terakhir. . .), sidang Sandigabayan, yang khusus mengadili perkara pembunuhan itu, terancam buntu. Sesudah the crying lady Roberta Quijano dan the kissing ladies Pelagia Hilario dan Lydia Morata, belum ada lagi saksi hidup yang berani maju. Tiba-tiba saja di tengah kelesuan begitu ada informasi baru mencelat dari Amerika. Diungkapkan oleh harian San Francisco Examiner, Juli lalu, informasi berasal dari empat perwira angkatan udara AS yang bertugas di basis Wallace, 325 km di utara Manila. Menurut perwira yang tidak disebut namanya itu, ada perintah dari angkatan udara Filipina untuk mencegat pesawat CAL (China Airlines) dan membelokkannya ke basis angkatan udara Filipina di Villamore, di luar Manila. Sebuah buku log telah diajukan sebagai barang bukti tentang adanya perintah untuk mencegat pesawat CAL yang ditumpangi Aquino itu. Tapi pemerintah AS tampaknya tidak mau tergesa-gesa. Juru bicara Deplu Bernard Kalb di Washington menyatakan bahwa angkatan udara AS masih akan mempelajari buku log dan berbagai bukti lainnya, baru kemudian menyerahkannya pada pemerintah Filipina. Diakui Kalb bahwa merahasiakan bukti penting selama dua tahun tentulah bisa dianggap aneh tapi "saya tidak mau berspekulasi tentang itu". Kabarnya, empat perwira itu juga tidak melaporkan rahasia buku log kepada atasan mereka. Bahwa mereka kemudian mengungkapkannya kepada Examiner, dan tidak kepada surat kabar yang lebih berpengaruh, juga menimbulkan tanda tanya. Terlepas dari alasan-alasan dinas ataupun pribadi, ada beberapa catatan buku log yang teramat penting. Perintah pencegatan CAL, misalnya, dikeluarkan 90 menit sebelum pesawat itu dijadwalkan mendarat di bandar udara Manila. Tapi Kastaf Angkatan Udara Vicente Piccio membantah adanya perintah untuk melakukan pencegahan. Perkara adanya kekacauan lalu lintas udara seperti terlihat di buku log, menurut Piccio, adalah soal rutin. Dan ia menduga, nama Aquino yang tercantum di situ telah dengan sengaja disisipkan belakangan. Lupino kazaro, pengacara keluarga Tersangka Rolando Galman, akhir pekan lalu memanaskan suasana dengan keterangan yang tidak kurang mengejutkan. Menurut Lazaro, ia punya bukti tentang adanya perintah yang ditujukan kepada perusahaan penerbangan PAL (Philippines Airlines) untuk menggagalkan penerbangan CAL. Beberapa hari sebelum pembunuhan Aquino terjadi, manajemen PAL mengirimkan pesan teleks ke berbagai cabangnya di seluruh dunia, memerintahkan agar penerbang mereka "menggagalkan penerbangan Aquino". Lazaro benar-benar menggunakan kesempatan untuk memojokkan pihak militer yang tetap bertahan pada teori bahwa Aquino dibunuh oleh Galman. Teori ini, akhir Juli lampau, diperkuat kesaksian dua pramuria Pelagia Hilario dan Lydia Morata. Keduanya berada dalam pesawat CAL yang ditumpangi Aquino, bahkan mereka sempat berkelakar dan mencium bekas senator itu. Di depan sidang Sandigabayan, Hilario berkata bahwa seorang pria berpakaian biru - yang diidentifikasikannya sebagai Galman - muncul tiba-tiba dari arah belakang pengawal Aquino dan mengacungkan senjata ke arah korban. Kesaksian Morata tidak berbeda. Dengan demikian, kesaksian Roberta Quijano, yang mengatakan bahwa Aquino ditembak seorang pengawal, jadi agak tergoyahkan. Dan ini tentu saja menguntungkan 25 tersangka militer, termasuk Kastaf Angkatan Bersenjata Jenderal Fabian Ver. Sementara itu, di luar Sandigabayan, situasi politik menanjak panas. Presiden Ferdinand Marcos, yang tersengat oleh resolusi tidak percaya dari pihak oposisi, pekan lalu mengancam akan mengadakan pemilihan presiden lebih cepat dari jadwal (1987). Resolusi yang ditandatangani 52 dari 58 wakil oposisi di Parlemen itu diajukan sesudah tersiar berita tentang harta kekayaan Imelda, keluarga dan beberapa sahabat Marcos di Amerika. Isma Sawitri Laporan kantor-kantor berita
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini