13 Agustus 1983. Menumpang American Airlines 195 Benigno Aquino berangkat dari Boston ke Los Angeles melalui Chicago. 14 Agustus 1983. Setelah menginap satu malam, Ninoy - begitu panggilan akrabnya - terbang dengan pesawat Pan-Am menuju Tokyo. 16 Agustus 1983. la dikabarkan menjadi tamu Sultan Johor (sekarang Yang Dipertuan Agung Malaysia) di istananya, Johor Baru. Sebelum ini ia sempat singgah di Hong Kong dan Singapura. Dari Johor Baru ia berkunjung ke Kuala Lumpur. Di sini Ninoy konon menemui, beberapa diplomat asing untuk mengatur rencana kepulangannya ke Manila. Sumber TEMPO mengungkapkan bahwa Aquino berkeinginan memakai Jakarta sebagai batu loncatan terakhir memasuki Manila. Sayang, keinginannya tidak mendapat "respons dari pihak-pihak yang berkepentingan" di Jakarta. Karena itu, Aquino lantas kembali ke Singapura. 19 Agustus 1983. Aquino, yang mengganti identitasnya dengan nama Marcial Bonifacio, meninggalkan Singapura menuju Taipei via Hong Kong. 20 Agustus 1983. Dari hotel termahal di Taipei, Yuan Shu da Fon Dian (hotel Grand), Ninoy menelepon kembali ke Jakarta. Ia berbicara dengan Des Alwi, pengusaha Indonesia yang sudah lama dikenalnya di Manila. Ia menanyakan kemungkinan menyeberang ke Manila melalui Kota Kinabalu, Sabah. Rencana tersebut tidak mungkin terlaksana karena, menurut perjanjian, Garuda tidak diperkenankan mengangkut penumpang jalur Kota Kinibalu-Manila, dan sebaliknya. 21 Agustus 1983. Pesawat Boeing 767 China Airlines telah bersiap di landasan bandar udara Chiang Kai-shek untuk berrolak ke Manila. Disertai 12 wartawan dan juru kamera, Ninoy, ikut menaiki pesawat, hanya untuk dihadang maut di Pintu 8 bandar udara Manila.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini