PERSIS satu menit lewat tengah malam, 4.000 wartawan siaran kata BBC meninggalkan pekerjaan mereka. Terjadilah pemogokan 24 Jam yang menarik perhatian dunia. Tanpa kecuali siaran luar negeri BBC ikut mogok. Didengar oleh 125 juta orang dari seluruh penjuru dunia, siaran yang mencakup 37 bahasa itu membisu untuk pertama kali dalam tempo 53 tahun. Peristiwa bersejarah ini terjadi sesudah sidang darurat, Selasa pekan silam, membatalkan wawancara televisi itu dengan tokoh IRA (Tentara Irlandia Utara). Program yang sangat kontroversial itu, yang menampilkan gembong IRA, Martin McGuinness, dibatalkan atas permintaan Mendagri Lion Brittan. Alasannya: apa pun isi wawancara, program tv tersebut tetap akan dinilai sebagai pengukuhan bagi perjuangan IRA, yang menentang dominasi Inggris di Irlandia Utara. Pro dan kontra terhadap pembatalan tak dapat dihindarkan lagi. "Keputusan itu merusakkan kredibilitas kita," ujar Victoria Barrett, seorang tokoh Serikat Wartawan Nasional (NUJ) di BBC. Dalam kebijaksanaan pemberitaan, BBC memang selama ini berdaulat penuh, bebas dari campur tangan pemerintah. Tapi untuk kegiatan operasionalnya, BBC, yang terdiri atas radio dan televisi, dibiayai oleh pajak khusus yang tarifnya ditentukan pemerintah. Dalam kata lain BBC dibiayai para pembayar pajak Inggris yang sebagian kabarnya menyesalkan "sensor" pemerintah itu. "Kebebasan BBC sudah dikompromikan," kata Neill Kinnock, pemimpin Partai Buruh Inggris. Apa alasan mogok karyawan siaran kata BBC? Mereka mogok karena takut dikecam rekan-rekan dari negara blok sosialis. Seperti bisa diduga kecaman dari kubu sosialis memang bertubi-tubi. Radio Moskow langsung menuduh pemerintah Inggris bersikap munafik. Radio Suara Republik Islam Iran menuding BBC sebagai alat pemerintah. Radio Cekoslovakia, Polandia, Libya, bahkan Marokko ikut melontarkan kecaman serupa. Staf Siaran Luar Negeri BBC sampai khawatir, jangan-jangan semua kecaman itu tergalang menjadi kampanye internaslonal yang ujung-ujungnya memfitnah BBC. Betapa tidak. Suara dari Yugoslavia, misalnya, bernada kecewa karena, "Apa yang disebut kebebasan berbicara sebenarnya tidak ada di Inggris." Direktur BBC Stuart Young segera saja membela diri. "Komitmen BBC pada jurnalisme yang teguh, akurat, dan jujur baik dalam pemberitaan dalam maupun luar negeri, bagaimanapun juga, tak tergoyahkan," katanya. Kalau begitu, mengapa ada sensor? Masalahnya kini, apakah sensor itu mesti dilihat sebagai sensor semata atau lebih luas dari itu. Demi stabilitas politik, tindakan pemerintah melarang siaran yang kontroversial itu sangat masuk akal. Soalnya, menampilkan McGuinness di layar tv sama artinya dengan memberi kesempatan pada lawan untuk berbicara leluasa. Dampak politis penampilan McGuinness bisa luas sekali. Menghadapi konflik seperti itu haruslah dipertanyakan apakah aksi mogok wartawan BBC semata-mata untuk kebebasan bersuara atau untuk tujuan lebih mulia aari itu. Sulit menjawabnya karena film dokumenter yang batal diudarakan ini tidak diketahui persis apa isinya. Majalah The Economist melaporkan, film itu sebenarnya menampilkan dua tokoh: Martin McGuinness dan lawannya, tokoh Protestan militan, Gregory Cambell. Tentulah keduanya di situ melakukan adu pendapat yang pasti sangat menarik, setidaknya menurut penilaian BBC. Soalnya, karena ada sisi lain yang bisa ditampilkan dari konflik Protestan-Katolik, sisi yang bersih dari kucuran darah. Tapi andai kata jadi disiarkan, apakah "sisi lain" itu tidak akan dianggap konyol dan diprotes publik? Menghadapi kemungkinan ini PM Margaret Thatcher tidak mau ambil risiko. Baginya lebih baik dikritik opini dunia daripada dikecam pembayar pajak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini