Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keputusan Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mencabut rancangan undang-undang ekstradisi tak membuat para pengunjuk rasa pro-demokrasi menghentikan aksi protes. Para demonstran bersumpah melanjutkan protes sampai pemerintah memenuhi semua tuntutan mereka.
Pencabutan RUU ekstradisi satu dari lima tuntutan para pengunjuk rasa. Empat tuntutan lain adalah pencabutan kata “kerusuhan” untuk menggambarkan unjuk rasa, pembebasan semua demonstran yang ditahan polisi, penyelidikan independen terhadap kebrutalan polisi dalam menangani unjuk rasa, serta pemberian hak memilih pemimpin sendiri bagi rakyat Hong Kong.
Lam menjamin rancangan aturan itu akan ditarik melalui mosi di Dewan Legislatif pada Oktober mendatang. “Keputusan ini dibuat pemerintah Hong Kong. Pemerintah pusat (Cina) memahami keputusan ini dan mendukung sepenuhnya,” kata Lam seperti diberitakan Channel News Asia, Kamis, 5 September lalu.
Keputusan Lam rupanya belum me-muaskan para demonstran, yang rutin turun ke jalan di berbagai wilayah di Hong Kong untuk menggelar protes. Langkah aparat kepolisian membubarkan massa dengan me-nem-bakkan gas air mata dan kekerasan mem-buat unjuk rasa kerap berakhir ricuh.
ZIMBABWE
Eks Presiden Mugabe Wafat
PRESIDEN pertama Zimbabwe, Robert Mugabe, meninggal pada usia 95 tahun, -Jumat, 6 September lalu. “Mugabe ikon pembebasan, seorang Pan-Afrika yang mendedikasikan hidupnya untuk pembebasan dan pemberdayaan rakyatnya,” ucap Presiden Emmerson Mnangagwa seperti dikutip Al Jazeera.
Sejak didesak mundur dari jabatannya pada November 2017, Mugabe banyak menghabiskan waktunya dirawat di rumah sakit di Singapura karena penyakit yang tidak diungkapkan. Selama di bawah kendali Mugabe, Zimbabwe mengalami inflasi yang tak terkendali, pengangguran massal, hingga krisis makanan, air, listrik, dan bahan bakar. Protes nasional meletus dan Mugabe lengser setelah didesak militer.
Mantan tahanan politik yang berubah menjadi pemimpin gerilya itu berkuasa setelah memenangi pemilihan umum 1980. Dia menjadi pemimpin pertama Zimbabwe, yang sebelumnya merupakan wilayah koloni Inggris. Tapi, begitu berkuasa, Mugabe bertahun-tahun memerintah Zimbabwe dengan tangan besi.
INGGRIS
Langkah Brexit Boris Terganjal
PERDANA Menteri Inggris Boris Johnson menghadapi ganjalan pertama dalam upayanya membawa negaranya keluar dari Uni Eropa (Brexit) pada 31 Oktober mendatang. Johnson menderita kekalahan perdana yang memalukan di Parlemen saat mayoritas legislator, termasuk 21 anggota partainya yang membelot, secara resmi memilih mengambil alih agenda Parlemen, Selasa, 3 September lalu.
Melalui pemungutan suara, sebanyak 328 anggota Parlemen memutuskan memajukan rancangan undang-undang yang memblokir proposal Brexit “tanpa kesepakatan” yang diusung Johnson dan mendorong sekali lagi batas waktu Brexit. Adapun Johnson hanya bisa meraup 301 dukungan suara.
Situasi tak menguntungkan bagi Johnson itu terjadi setelah pengganti Theresa May tersebut berencana menangguhkan Parlemen mulai pertengahan bulan ini. Dengan strategi itu, Johnson berharap dapat secara efektif mempersingkat waktu yang tersedia bagi anggota Parlemen untuk memblokir skenario Brexit “tanpa kesepakatan”. Ini akan menjadi penskorsan Parlemen terlama sejak Perang Dunia II.
Upaya Johnson menggelar pemilihan umum dini—untuk mengganti 21 anggota Partai Konservatif yang dicopot karena membelot—juga gagal setelah pemimpin oposisi, Jeremy Corbyn, menolak usulnya. Corbyn mengatakan partainya akan mendukung pemilihan dini jika Johnson mencabut proposal Brexit tanpa kesepakatan, yang akan membuat Inggris kehilangan semua kesepakatan dengan Uni Eropa.
Johnson, yang menuai perlawanan di Parlemen, tidak membuka opsi memperpanjang tenggat Brexit. “Saya lebih baik mati di selokan,” ujarnya seperti dirilis The Guardian, Kamis, 5 September lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo